Sepanjang malam Nala memikirkan jalan keluar untuk masalahnya, tapi tetap saja dia tidak menemukannya, buntu. Darimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? batinnya bingung,
"Besok mereka pasti akan datang lagi, apa yang harus aku lakukan? tak mungkin aku berhutang di kantor! kalau pun boleh pasti tidak sebanyak itu, bagiamana ini?"
Hingga larut malam dia berpikir tanpa menemukan solusinya, sampai akhirnya Nala tertidur karena kelelahan.
Keesokan harinya gadis itu berangkat kerja dan meninggalkan ibunya sendiri dirumah.
Nala memilih naik Go-Jek agar cepat sampai di kantornya.
Sebagai seorang sekretaris Nala harus mempersiapkan semua dan memastikan jika ruangan si boss bersih, rapi dan wangi.
Nala gadis yang cekatan, pekerjaan bagus dan Pak Aditya sangat menyukainya.
Jam tujuh kurang lima belas menit Nala sampai, dan langsung masuk keruangan nya. Dia menyiapkan kopi, merapikan berkas dan juga mengecek jadwal Dimas untuk hari ini.
"Rajin amat," goda Sisil saat dia tiba di ruangan mereka. Sisil dan Nala adalah sekretaris Dimas, tapi pekerjaan mereka berbeda. Dimas sering membawa Nala, dan gadis itu harus menyiapkan semua kebutuhan nya.
"Masih pagi, sil. Jangan mulai deh,"
"Iya, iya, sorry..." ucap Sisil mengatupkan tangannya di dada.
"Ini laporan yang diminta Bapak, dan ini beberapa laporan yang harus di tandatangani,"
"Ok, makasih," Nala menerimanya dan meletakkannya diatas meja kerja Dimas.
"Oh ya, proyek kerjasama kemaren mana?"
"ini masih aku kerjakan, dua jam lagi aku antar."seru sisil
"Ok,"
Kedua gadis itu pun memulai aktivitas mereka.
Tepat jam delapan pagi pria itu tiba di kantor, Dia berjalan masuk ke dalam ruangannya dan mulai bekerja.
Nala dan Sisil menyambut hormat kedatangannya.
Nala sudah menyusun semua berkas sesuai dengan isinya. Dia mulai memeriksa berkas yang di letakkan di depannya dan membubuhkan tanda tangan sebagai persetujuan.
**
"Nala, ke ruangan saya sekarang"
"Siap pak." gadis itu bangkit dan berjalan menemui Dimas.
"Ya Pak,"
"Jangan lupa nanti sore,"
"Iya Pak."
"Oh ya, apa jadwal saya hari ini."
"Tidak banyak pak, siang nanti Ada jadwal memeriksa proyek pembangunan bersama dengan Pak Dedi dan setelah itu ada meeting dengan NT group jam setengah empat,"
"Ok makasih, oh ya kopi saya mana?"
"Sebentar Pak, saya buatkan, tadi sudah saya buat akan tetapi anda belum datang.
"Jadi kemana kopinya?"
"Saya minum pak, daripada mubazir,"
"Kau!!!" geram Dimas
"Masih pagi Pak, jangan marah-marah." sindir Nala
"Hahaha, aku tidak marah, aku hanya mengingatkan mu jika seharusnya kopi ku sudah tersedia sebelum aku memintanya."
"Maaf, besok akan saya siapkan,"
Setelah bicara Nala berbalik dan bersiap kembali ke ruangan nya.
"Oh ya, jangan lupa nanti sore,"
"Siap Pak,"
Nala kembali ke ruangannya dan fokus pada pekerjaan.
Jam makan siang dia menemani Dimas meninjau langsung pembangunan apartemen dan beberapa proyek lainnya.
"Ada lagi jadwal saya setelah ini?" tanya Dimas sambil terus melajukan mobilnya.
"Tidak Pak,"
"Baiklah, berarti kita nggak usah balik ke kantor, kita akan menemui Papa dan Mama."
"Dengan penampilan ku yang seperti ini,?" tanya Nala kaget. Gadis itu sadar betul jika pakaian yang dia pakai kurang pantas untuk datang dan menemui calon mertua palsunya.
"Tentu saja tidak, apa kau ingin mempermalukan aku dengan penampilan jelek mu ini,"
"Sudah tau jelek mengapa tetap memilihku?"
"Sudahlah tak usah berdebat, pokoknya kau harus berhasil meyakinkan Mama."
"Ok,"
Sepanjang jalan gadis itu diam, pikiran nya kembali ke rumah. Dia sangat khawatir jika sampai para preman itu kembali dan menyakiti ibunya. Dimas sesekali melirik tanpa berniat menyapa.
Dan akhirnya mereka sampai di sebuah butik besar dan mewah. Belum sempat gadis itu bertanya, Dimas sudah menyuruhnya untuk turun.
"Turun," ucap Dimas dengan senyum remehnya, "kamu pasti belum pernah ke butik ini kan?"
Nala menatap geram, 'dasar sombong, seenaknya bicara, kalau belum memangnya kenapa? bukan urusannya juga kan? lagian ngapain juga ngajak aku kesini,"
"Ayo masuk," ucap Dimas membuyarkan lamunan Nala, jujur gadis itu akui tempat ini cukup mewah, dari luarnya saja sudah jelas terlihat, apalagi nanti di dalamnya.
Dimas melangkah masuk ke dalam, Nala berjalan pelan di belakangnya. Karena tidak sabar menunggu dia berbalik dan menarik tangan Nala, membuat sang gadis melirik tapi tak berani komentar apalagi membantah, dia diam dan ikut masuk dengan Dimas.
"Sore, ada yang bisa kami bantu," sapa salah seorang datang dan menyambutnya.
"Kalian make over dia," ucap Dimas tetap dengan gaya angkuh.
Pria itu duduk bersandar dan menyilangkan kakinya diatas.
Nala menoleh tak suka, namun tak berani membalas ucapan Dimas, tatapan mata pria itu mewakili dirinya untuk menekan Nala, agar gadis itu patuh dan mengikuti semua perintahnya.
"Mari ikut saya," seorang pelayan mengajak Nala ke belakang.
"Aku mau dia terlihat berbeda, dan aku mau dia menggunakan gaun terbaik disini," ucap Pria itu lagi dengan gaya angkuhnya.
"Baik Pak, kami akan melakukan yang terbaik." sahut gadis itu dan melangkah masuk, tak lama kemudian dia kembali dengan membawa dua buah gaun yang cantik, satu berwarna kuning gading dengan kerah rendah, dan satu lagi berwarna putih tulang bertangan pendek, tapi terlihat lebih sopan.
'Saya pilih yang ini," tunjuknya pada gaun berwana putih tulang.
Setelah itu pelayan kembali membawa masuk gaun tersebut dan menemui Nala yang sedang dirias. Nala sangat risih dengan segala macam ritual yang dilakukan oleh para periasnya. Mereka tak segan mencukur alisnya hingga rapi, melakukan perawatan dan mulai meng make over dirinya. Rambut panjang Nala yang biasanya dia kuncir keatas, kini dibuat lurus ke bawah dengan memakaikan pita kecil dibagian kiri kepalanya.
Satu jam kemudian gadis itu telah berubah menjadi seorang peri, cantik bahkan sangat cantik. Nala menatap penampilannya didepan kaca dan gadis itu takjub dengan dirinya sendiri. Dia sungguh tak percaya jika seseorang yang terlihat didalam kaca itu adalah dirinya.
"Nona sangat cantik," puji salah seorang perias
"Terima kasih, ini semua berkat kalian," sahut Nala
"Mari Nona saya bantu memakai gaun anda,"
"Tidak, terima kasih saya bisa memakainya sendiri, dimana ruang gantinya?"
"Di sebelah sana, mari saya antar. Biar saya saja yang bawa gaunnya," ucap Pelayan pada Nala.
"Terima kasih,"
Tak sampai lima menit Nala keluar, gaun itu terlihat sangat cocok dengan tubuhnya. terlihat sangat anggun dan pas dengannya. Mereka juga memberikan sepatu dan tas dengan warna senada.
'Ini semua?'' tanya Nala bingung
'Iya, semua dipilih oleh langsung oleh Pak Dimas, anda sungguh beruntung Nona,"
"Oh ya?"
"Benar, semoga acaranya sukses," ucap Pelayan lagi
Nala berjalan pelan keluar dari ruangan tersebut dan menemui Dimas yang sudah menunggunya lebih dari satu jam. Dimas sendiri sampai terbengong melihat kecantikan Nala, dia sungguh tidak menyangka jika gadis yang kini berada di hadapannya itu adalah sekretarisnya yang cupu. Yang selalu dia bilang jelek dan menyebalkan.
Dia sungguh terpesona, sampai Nala berada di depannya pun Dimas tidak mengatakan apa-apa hanya terdiam dan terus menatap Nala tanpa kedip. Yang di tatap sedemikian intens pun menjadi inscure, dia melihat kembali penampilannya, "Apakah ada yang tidak sesuai, mengapa tuannya menatapnya sedemikian rupa,
"Ada yang salah?' tanya Nala dengan tatapan bingung
Dimas tersadar dan dengan cepat dia mampu menguasai keadaan, 'Tidak, kamu sangat cantik, ayo kita pergi," ucap Dimas yang berjalan lebih dulu darinya.
Dimas sengaja berjalan duluan karena dia takut Nala menyadari jika dia terpesona dengan gadis itu, tak hanya itu jantungnya juga berdetak cepat saat berada di samping Nala.
Perjalanan menuju kediaman orangtua Dimas memakan waktu yang lumayan lama, karena mereka sempat terjebak macet. Beberapa kali pria itu menekan kuat klakson mobilnya karena tidak sabar dengan kemacetan yang ada. Nala yang melihat hanya bisa menghela napas, dia tahu betul jika tuannya ini bukan lah orang yang sabar.
Mobil mereka memasuki halaman rumah Dimas. Nala bisa melihat jika itu bukanlah rumah melainkan istana. Bangunan yang cukup megah dan mewah, halaman yang luas dan asri, membuat Nala nyali Nala menjadi ciut.
"Ingat, kau harus berpura-pura menjadi kekasihku, bersikaplah layaknya seorang kekasih,"
"Iya saya tau Pak,"
"Jangan panggil aku Pak, panggil aku hubby."
"Hubby?" ulang Nala meyakinkan ucapan Dimas
"Iya, itu panggilan sayang kamu ke aku, dan aku akan memanggilmu Lala,"
'Kok lala?''
"Itu juga panggilan sayang aku ke kamu. Paham?'
Gadis itu mengangguk paham, dan dia bersiap untuk turun, 'Tunggu" Dimas meraih sesuatu dari dalam saku jasnya, dan tanpa ijin dia mengalungkan tangannya di leher Nala dan memakaikan kalung liontin yang sangat cantik.
"Jika kamu bisa membuat wanita itu pergi dan Mama membatalkan niatnya menikah kan ku dengan gadis itu, aku akan memberikanmu bonus,"
"Ok!!!"
Mereka berdua pun turun dan masuk dengan bergandengan tangan, beberapa kali Nala menatap tangannya yang di genggam oleh Dimas, apalagi jarak mereka cukup dekat. Sebagai wanita biasa, tentu saja Nala merasa gugup, deg-degan, ini kali pertama dia jalan dengan cowok, dan satu lagi mau bertemu calon mertua lagi,
'Ma...Mama..." Panggil Dimas di depan pintu rumah. Tanpa sungkan Dimas merangkul pinggang Nala dan membawanya masuk, Nala terkejut dan melirik Dimas, tapi sepertinya pria itu tidak mengacuhkannya dan dia terus masuk kedalam.
'Dimas?' ucap ibunya terkejut melihat puteranya datang membawa seorang gadis.
'Nala?' ucapnya lagi,
'Ini???" Bu Miska menatap keduanya bergantian, meminta kejelasan dengan apa yang dia lihat saat ini.
"Malam tan..te"
ucapan Nala terpotong seorang gadis yang tiba-tiba muncul di hadapannya.
'Siapa tante?" seorang gadis cantik berambut pirang, dengan gaun seksi berjalan mendekat,
'Dimas," serunya bahagia. Dia langsung memeluk Dimas tanpa ijin, membuat Dimas terkejut dan Nala bengong dibuatnya.
'Oh jadi ini gadis yang dia maksud cantik, seksi lagi. Kenapa Dimas menolaknya?
Eh, tapi itu bukan urusan ku, Sudahlah lupakan ini saatnya aku beraksi." Ucapnya dalam hati.
''Apa kabar Dim? aku sangat merindukanmu," ucap gadis manis itu bergelanyut manja di lengan kiri Dimas,
"Ekhm, maaf" ucap Nala menarik Dimas kearahnya, hingga cekalan Rena terlepas. Sontak saja hadis itu marah dan merasa terganggu. Dia menatap sinis Nala,
"Siapa dia?' tanya Rena
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Rohiyah
awal yang bagus👍
2023-03-25
0
Nofita Sari
berantem mulu ujung²ny jatuh cinta trs bucin
2023-03-25
2
Uni Rasid
up lg thor
2023-03-25
0