Chapter 16.

Dahi Sarah berkerut. "Uncle Andrew? Hummmm apa Uncle Andrew suami dari Aunty Sonia?"

"Nah, tepat. Kau memang hebat, Sweetie. Ingatanmu sangat tajam," puji Tuan Bryan.

 Sarah tertawa kecil. "Memangnya ada apa dengan Uncle, Dad? Dan ... apa hubungannya dengan Sarah?"

"Dia baru saja kembali dari luar negeri, dan ingin bertemu denganmu. Katanya dia dan Sonia begitu rindu denganmu, Nak. Apa kamu mau?"

"Tentu saja, Dad. Atur saja pertemuannya, Sarah akan datang."

"Baiklah, nanti Dady akan mengajarimu lagi. Dady tutup teleponnya ya," pamit Tuan Bryan.

"Baik, Dad."

 Sambungan telepon terputus, Sarah bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju balkon. Melihat suasana sekitar rumah yang tampak damai dan tentram, walau tak setentram hatinya sekarang.

"Hah ... sayangnya waktu tak bisa di ulang," desah Sarah berat.

****

 Di kediaman Adam Jeni.

 Adam tengah duduk melamun di kursi teras rumahnya, pikirannya terus saja melayang pada pria tua yang mengaku sebagai ayah kandungnya itu. Cerita yang dia katakan sangat masuk akal, mengingat pemilik panti pun menceritakan hal yang sama padanya dulu.

 Namun, yang masih mengganjal di benak Adam adalah ... kenapa baru sekarang ayahnya datang kembali menjemputnya? Bukankah itu terlalu lama untuk alasan menyelesaikan perang bisnis?. Adam yang sejak kecil di besarkan dalam dunia anak-anak yang sederhana dan tak pernah di paksa memikirkan hal berat, kini menjadi tak mengerti mengapa semua ini bisa terjadi.

"Hah ... apa yang harus aku lakukan Ya Allah?" desis Adam bingung.

 Di satu sisi dia senang kalau pada akhirnya pria tua itu memang benar ayahnya, tapi di sisi lain ada kehidupan yang tak bisa begitu saja dia tinggalkan sekarang. Dia punya tanggung jawab, walau Jeni membencinya tapi tetap saja dia masih istrinya, dan masih berada dalam tanggung jawabnya.

"Melamun aja kerjanya," sindir Jeni sembari duduk tak jauh dari Adam, di tangannya ada sebungkus ciki yang sempat dia bawa dari rumah Sarah sebelumnya.

"Kan semua kerjaan Abang sudah beres , Jen. Duduk sebentar apa salahnya?" sahut Adam tak terpengaruh.

"Kamu nggak marah, Bang?" celetuk Jeni tiba-tiba, karena mengingat pertengkaran mereka sebelumnya walau sebenarnya hanya Jeni yang kebablasan marah-marahnya.

 Adam milirik Jeni sekilas, lalu kembali ke lamunannya lagi. "Tidak, marah untuk apa?"

 Dahi Jeni mngernyit. "Kok jadi formal begitu? Lagi pula kamu aneh deh, Bang. Biasanya suami itu kalo di bentak sama istrinya pasti dia marah, bisa-bisanya kamu malah bersikap kayak nggak terjadi apa-apa begini? Kamu normal kan, Bang?"

 Adam mendesah dan memutar posisi menghadap Jeni. "Jadi Abang harus gimana, Jen? Abang nggak biasa marah-marah, buang-buang tenaga ... lagi pula dengan Abang diam kan pertengkarannya nggak bakal panjang. Kayak sekarang gini ... kita kaya yang baik-baik aja kan? Padahal sebelumnya Abang sudah minta kamu pikirkan mau bercerai atau nggak?"

Jleb

 Hati Jeni serasa tertusuk, selama ini bahkan Adam tak pernah sekalipun membahas cerai padanya. Namun hanya dengan sekali ucapannya siang tadi bisa membuat Adam membulatkan tekad jika Jeni menginginkan bercerai darinya.

 Jeni bangkit dari duduknya dengan wajah pongah. "Aku pikir-pikir lagi deh."

 Ego Jeni bahkan terlalu tinggi hanya untuk mengakui kalau dia masih membutuhkan Adam sebagai tulang punggungnya dan juga kedua orang tuanya. Jeni melangkahkan kaki menuju kamar dan menutup pintunya rapat-rapat.

"Hah, andai saja sekarang aku udh jadi istrinya Mas Bima. Dan dia udah bisa menguasai semua harta warisan istrinya yang culun itu, pasti sekarang aku nggak perlu bergantung sama Bang Adam terus begini. Pasti hidup aku bakalan bahagia banget kalo nikahnya sama Mas Bima. Duh kapan ya semua itu kejadiannya?" gumam Jeni sambil naik ke pembaringan dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.

 Sedangkan Adam yang masih tetap di posisinya kembali terpikirkan akan ucapan pria tua di kedainya tadi.

"Hah ... kalau nanti aku bercerai dengan Jeni dan kembali ke rumah orang tua kandungku. Apa nasibku akan berubah? Apa Jeni bakalan menyesal bercerai dari aku?"

 Pikiran Adam terus melayang, pada kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi dalam waktu-waktu ke depan.

****

 Pagi menyambut, embun dan kabut masih menghiasi bumi saat Adam keluar dari rumahnya dengan seember cucian yang siap di jemur.

"Bismillah," gumam Adam mengangkat ember cucian itu ke tempat jemurnya.

"Ya ampun, Bang Adam. Pagi-pagi buta begini udah beresan nyuci, duh suami idaman banget sih, Bang? Jadi pengen punya satu deh, eh. Soalnya suami saya aja masih ngorok tuh di rumah, boro-boro mau bantu-bantu, tidur aja masih harus di pok-pokin," celetuk salah satu tetangga Adam yang adalah seorang ibu muda yang baru mempunyai satu anak balita.

 Adam mengangguk dan tersenyum ramah. "Iya, Bu. Udah kebiasaan di panti dulu soalnya."

"Duh, Bang. Beruntung banget sebenarnya si Jeni itu dapet suami kayak kamu. Udah rajin, penyabar, nggak neko-neko, bisa-bisanya yang modelan begini malah di ajak berantem tiap hari. Gak tau aja dia kalo Bang Adam sampe cerai dari dia yang ngantri buat dapetin Bang Adam lagi itu pasti udah kayak penonton konsernya blekping," ujar si ibu-ibu menggebu-gebu.

"Ah, Ibu bisa aja. Ya udah saya pamit masuk dulu ya, Bu. Mau nyiapin dagangan soalnya," pamit Adam sambil membawa ember cuciannya yang sudah kosong.

 Saat menaiki teras Adam melihat sudut lantai terasnya tampak berdebu, jadi dengan cekatan dia mengambil pel dan mulai membersihkannya.

"Kang Adam," sapa seorang gadis manis yang Adam kenal sebagai anak kepala desa di tempat tinggalnya. Gadis berjilbab itu tampak tersipu saat Adam balas menatapnya dan tersenyum.

"Eh, Neng Euis."

 Gadis yang di panggil Euis itu hanya menunduk malu dan bergegas menjauh dengan wajah merah padam.

"Wah enaknya, pagi-pagi udah tebar pesona," sindir Jeni yang sangat tumben sekali sudah bangun sepagi itu.

Jeni duduk di kursi teras sedangkan Adam hanya diam tak menanggapi sindirannya.

  Adam masuk ke dalam rumah, dan tak berapa lama keluar kembali membawa sebuah termos besar berisi bahan jualannya.

"Abang berangkat dulu," ucapnya datar sambil membawa termos itu ke motor bututnya yang terparkir di halaman.

 Jeni hanya mengangkat sebelah alisnya acuh.

****

 Sesampainya di tempatnya biasa berjualan Adam gegas menurunkan termos dan mulai bersiap membuat gerai nasi gorengnya, saat tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya perlahan.

"Bang!"

 Adam terjingkat dan langsung berbalik. "Eh, Eneng rupanya."

 Senyum manis Sarah terkembang dan mengangguk samar.

"Tumben pagi-pagi udah di sini, Neng?" tanya Adam sambil tetap sibuk mengurus gerobaknya, membersihkannya agar tampak higienis di mata pelanggan.

"Saya ... mau belajar masak nasi gorengnya boleh, Bang? Janji deh nggak saya sebarin ke siapa-siapa dan nggak bakal buka gerai juga," canda Sarah mengangkat kedua jari telunjuk dan jari tengahnya.

 Adam tergelak. "Ya kenapa atuh memangnya kalo mau buka gerai sendiri? Ya silahkan saja, saya mah nggak melarang. Kalo mau belajar hayuk lah saya ajarin."

"Kalau begitu, Abang nggak perlu jualan hari ini ya. Semua dagangan Abang saya borong, kita belajar di rumah saya."

Terpopuler

Comments

072_sabina hatala

072_sabina hatala

Hahaha mampus Lo Pelakor jahannam

2023-04-23

0

keyJoe

keyJoe

wah, sarah ada2 aja deh...

keknya mau bikin bima jengkel ini...

2023-03-30

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1.
2 Chapter 2.
3 Chapter 3.
4 Chapter 4.
5 Chapter 5.
6 Chapter 6.
7 Chapter 7.
8 Chapter 8.
9 Chapter 9.
10 Chapter 10.
11 Chapter 11.
12 Chapter 12.
13 Chapter 13.
14 Chapter 14.
15 Chapter 15.
16 Chapter 16.
17 Chapter 17.
18 Chapter 18.
19 Chapter 19.
20 Chapter 20.
21 Chapter 21.
22 Chapter 22.
23 Chapter 23.
24 Chapter 24.
25 Chapter 25.
26 Chapter 26.
27 Chapter 27.
28 Chapter 28.
29 Chapter 29.
30 Chapter 30.
31 Chapter 31.
32 Chapter 32.
33 Chapter 33.
34 Chapter 34.
35 Chapter 35.
36 Chapter 36.
37 Chapter 37.
38 Chapter 38.
39 Chapter 39.
40 Chapter 40.
41 Chapter 41.
42 Chapter 42.
43 Chapter 43.
44 Chapter 44.
45 Chapter 45.
46 Chapter 46.
47 Chapter 47.
48 Chapter 48.
49 Chapter 49.
50 Chapter 50.
51 Chapter 51.
52 Chapter 52.
53 Chapter 53.
54 Chapter 54.
55 Chapter 55.
56 Chapter 56.
57 Chapter 57.
58 Chapter 58.
59 Chapter 59.
60 Chapter 60.
61 Chapter 61.
62 Chapter 62.
63 Chapter 63.
64 Chapter 64.
65 Chapter 65.
66 Chapter 66.
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69.
70 Chapter 70.
71 Chapter 71.
72 Chapter 72.
73 Chapter 73.
74 Chapter 74.
75 Chapter 75.
76 Chapter 76.
77 Chapter 77.
78 Chapter 78.
79 Chapter 79.
80 Chapter 80.
81 Chapter 81.
82 Chapter 82.
83 Chapter 83.
84 Chapter 84.
85 Chapter 85.
86 Chapter 86.
87 Chapter 87.
88 Chapter 88.
89 Chapter 89.
90 Chapter 90.
91 Chapter 91.
92 Chapter 92.
93 Chapter 93.
94 Chapter 94.
95 Chapter 95.
96 Chapter 96.
97 Chapter 97.
98 Chapter 98
99 Chapter 99.
100 Chapter 100.
101 Chapter 101.
102 Chapter 102.
103 Chapter 103.
104 Chapter 104.
105 Chapter 105.
106 Chapter 106. SEASON 2.
107 Chapter 107. S2
108 Chapter 108. S2.
109 Chapter 109.
110 Chapter 110.
111 Chapter 111.
112 Chapter 112.
113 Chapter 113. S2
114 Chapter 114. S2
115 Chapter 115. S2
116 Chapter 116.
117 Chapter 117.
118 Chapter 118
119 Chapter 119.
120 Chapter 120
121 Chapter 121.
122 Chapter 122.
123 Chapter 123.
124 Chapter 124.
125 Chapter 125. S2
126 Chapter 126.
127 Chapter 127.
128 Chapter 128.
129 Chapter 129.
130 Chapter 130.
131 Chapter 131.
132 Chapter 132.
133 Chapter 133.
134 Chapter 134.
135 Chapter 135.
136 Chapter 136.
137 Chapter 137.
138 Chapter 138.
139 Chapter 139.
140 Chapter 140.
141 Chapter 141.
142 Chapter 142.
143 Chapter 143.
144 Chapter 144.
145 Chapter 145.
146 Chapter 146.
147 Chapter 147.
148 Chapter 148.
149 Chapter 149.
150 Chapter 150.
151 BAB 151.
152 Chapter 152.
153 Chapter 153.
154 Chapter 154.
155 Chapter 155.
156 Chapter 156.
157 Chapter 157
158 Chapter 158.
159 Chapter 159.
160 Chapter 160.
161 Chapter 161
162 Chapter 162.
163 Chapter 163.
164 Chapter 164.
165 Chapter 165.
166 Chapter 166.
167 Chapter 167.
168 Chapter 168.
169 Chapter 169.
170 Chapter 170.
171 Chapter 171.
172 Chapter 172.
173 Chapter 173.
174 Chapter 174.
175 Chapter 175.
176 BAB 176. TANGIS PERPISAHAN.
177 BAB 177. RUANG RAHASIA.
178 Chapter 178.
179 Chapter 179.
180 Chapter 180.
181 Chapter 181.
182 Chapter 182.
183 Chapter 183.
184 Chapter 184.
185 Chapter 185.
186 Chapter 186
187 Chapter 187.
188 Chapter 188.
189 Chapter 189.
190 Chapter 190.
191 Chapter 191.
192 Chapter 192.
193 Chapter 193.
194 Chapter 194.
195 Chapter 195.
196 Chapter 196.
197 Chapter 197.
198 Chapter 198.
199 Chapter 199.
200 Chapter 200.
201 Chapter 201.
202 Chapter 202.
203 Chapter 203.
204 Chapter 204.
205 Chapter 205
206 Chapter 206.
207 Chapter 207.
208 Chapter 208.
209 Chapter 209.
210 Chapter 210.
211 Chapter 211.
212 Chapter 212.
213 Chapter 213.
214 Chapter 214.
215 Chapter 214.
216 Chapter 215.
217 Chapter 216.
218 Chapter 217.
219 Chapter 218.
220 Chapter 219.
221 Chapter 220.
222 Chapter 221.
223 Chapter 222.
224 Chapter 223.
225 Chapter 224.
Episodes

Updated 225 Episodes

1
Chapter 1.
2
Chapter 2.
3
Chapter 3.
4
Chapter 4.
5
Chapter 5.
6
Chapter 6.
7
Chapter 7.
8
Chapter 8.
9
Chapter 9.
10
Chapter 10.
11
Chapter 11.
12
Chapter 12.
13
Chapter 13.
14
Chapter 14.
15
Chapter 15.
16
Chapter 16.
17
Chapter 17.
18
Chapter 18.
19
Chapter 19.
20
Chapter 20.
21
Chapter 21.
22
Chapter 22.
23
Chapter 23.
24
Chapter 24.
25
Chapter 25.
26
Chapter 26.
27
Chapter 27.
28
Chapter 28.
29
Chapter 29.
30
Chapter 30.
31
Chapter 31.
32
Chapter 32.
33
Chapter 33.
34
Chapter 34.
35
Chapter 35.
36
Chapter 36.
37
Chapter 37.
38
Chapter 38.
39
Chapter 39.
40
Chapter 40.
41
Chapter 41.
42
Chapter 42.
43
Chapter 43.
44
Chapter 44.
45
Chapter 45.
46
Chapter 46.
47
Chapter 47.
48
Chapter 48.
49
Chapter 49.
50
Chapter 50.
51
Chapter 51.
52
Chapter 52.
53
Chapter 53.
54
Chapter 54.
55
Chapter 55.
56
Chapter 56.
57
Chapter 57.
58
Chapter 58.
59
Chapter 59.
60
Chapter 60.
61
Chapter 61.
62
Chapter 62.
63
Chapter 63.
64
Chapter 64.
65
Chapter 65.
66
Chapter 66.
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69.
70
Chapter 70.
71
Chapter 71.
72
Chapter 72.
73
Chapter 73.
74
Chapter 74.
75
Chapter 75.
76
Chapter 76.
77
Chapter 77.
78
Chapter 78.
79
Chapter 79.
80
Chapter 80.
81
Chapter 81.
82
Chapter 82.
83
Chapter 83.
84
Chapter 84.
85
Chapter 85.
86
Chapter 86.
87
Chapter 87.
88
Chapter 88.
89
Chapter 89.
90
Chapter 90.
91
Chapter 91.
92
Chapter 92.
93
Chapter 93.
94
Chapter 94.
95
Chapter 95.
96
Chapter 96.
97
Chapter 97.
98
Chapter 98
99
Chapter 99.
100
Chapter 100.
101
Chapter 101.
102
Chapter 102.
103
Chapter 103.
104
Chapter 104.
105
Chapter 105.
106
Chapter 106. SEASON 2.
107
Chapter 107. S2
108
Chapter 108. S2.
109
Chapter 109.
110
Chapter 110.
111
Chapter 111.
112
Chapter 112.
113
Chapter 113. S2
114
Chapter 114. S2
115
Chapter 115. S2
116
Chapter 116.
117
Chapter 117.
118
Chapter 118
119
Chapter 119.
120
Chapter 120
121
Chapter 121.
122
Chapter 122.
123
Chapter 123.
124
Chapter 124.
125
Chapter 125. S2
126
Chapter 126.
127
Chapter 127.
128
Chapter 128.
129
Chapter 129.
130
Chapter 130.
131
Chapter 131.
132
Chapter 132.
133
Chapter 133.
134
Chapter 134.
135
Chapter 135.
136
Chapter 136.
137
Chapter 137.
138
Chapter 138.
139
Chapter 139.
140
Chapter 140.
141
Chapter 141.
142
Chapter 142.
143
Chapter 143.
144
Chapter 144.
145
Chapter 145.
146
Chapter 146.
147
Chapter 147.
148
Chapter 148.
149
Chapter 149.
150
Chapter 150.
151
BAB 151.
152
Chapter 152.
153
Chapter 153.
154
Chapter 154.
155
Chapter 155.
156
Chapter 156.
157
Chapter 157
158
Chapter 158.
159
Chapter 159.
160
Chapter 160.
161
Chapter 161
162
Chapter 162.
163
Chapter 163.
164
Chapter 164.
165
Chapter 165.
166
Chapter 166.
167
Chapter 167.
168
Chapter 168.
169
Chapter 169.
170
Chapter 170.
171
Chapter 171.
172
Chapter 172.
173
Chapter 173.
174
Chapter 174.
175
Chapter 175.
176
BAB 176. TANGIS PERPISAHAN.
177
BAB 177. RUANG RAHASIA.
178
Chapter 178.
179
Chapter 179.
180
Chapter 180.
181
Chapter 181.
182
Chapter 182.
183
Chapter 183.
184
Chapter 184.
185
Chapter 185.
186
Chapter 186
187
Chapter 187.
188
Chapter 188.
189
Chapter 189.
190
Chapter 190.
191
Chapter 191.
192
Chapter 192.
193
Chapter 193.
194
Chapter 194.
195
Chapter 195.
196
Chapter 196.
197
Chapter 197.
198
Chapter 198.
199
Chapter 199.
200
Chapter 200.
201
Chapter 201.
202
Chapter 202.
203
Chapter 203.
204
Chapter 204.
205
Chapter 205
206
Chapter 206.
207
Chapter 207.
208
Chapter 208.
209
Chapter 209.
210
Chapter 210.
211
Chapter 211.
212
Chapter 212.
213
Chapter 213.
214
Chapter 214.
215
Chapter 214.
216
Chapter 215.
217
Chapter 216.
218
Chapter 217.
219
Chapter 218.
220
Chapter 219.
221
Chapter 220.
222
Chapter 221.
223
Chapter 222.
224
Chapter 223.
225
Chapter 224.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!