4

Tidak ada yang bisa mama lakukan untuk membantu Risma. Karna Risma sendiri tidak pernah bisa melupakan kenangan yang telah ia lalui selama ini.

Mama sudah berusaha membuat Risma percaya, kalau pertemuan dan perpisahan akan selalu ada, selama malam masih berganti dengan siang. Selama matahari masih bersinar, maka selama itulah, hukum pertemuan, akan selalu ada perpisahan.

Cara apalagi yang harus di tempuh. Selama ini, mama juga mencoba mencari tahu kabar Wanda. Tapi tidak pernah membuahkan hasil.

Keluarga Wanda hilang begitu saja, seperti ditelan bumi, tanpa kabar berita.

....

Risma menyandang tas kecil di pungungnya. Seperti biasa, ia dan kedua kakak sepupunya akan berangkat sekolah bersama.

"Kalian tahu gak? Sebentar lagi, sekolah akan mengadakan pertandingan seni antar sekolah lho," ucap Wira penuh semangat.

"Benarkah? Dari mana kak Wira tahu kalau ada pertandingan seni antar sekolah?" kata Syima penuh semangat.

"Ya tahulah, kaka gak sengaja lewat, lalu mendengarkan kepala sekolah membicarakan soal lomba seni kemarin."

"Wuah, kalo iya apa yang kak Wira katakan ini, aku juga mau ikut," kata Syima penuh semangat.

"Aku juga mau ikut lomba, tapi kalau gak salah. Lomba tidak bisa diikuti oleh siapa saja, sekolah akan memilih pesertanya untuk ikut lomba. Karna ini adalah perwakilan sekolah," kata Wira menjelaskan dengan nada sedikit menyesal.

"Yah, kalo gitu pupus sudah harapanku untuk ikut. Lagian, kemampuanku dalam bermain biola tidak bagus," kata Syima dengan nada lemah.

"Oh iya, aku baru ingat. Kalo soal biola, kan Risma jagonya," kata Wira penuh semangat.

"Eh iya, aku juga melupakan hal ini," kata Syima penuh semangat sambil memandang penuh harap pada Risma.

"Aku tidak tertarik untuk mengikuti lomba seni kak. Kalian bisa coba saja, aku tidak tertarik sedikitpun," kata Risma datar.

"Yah, Risma. Jangan gitu dong, permainan biola kamu itu sangat memukau, jangan biarkan bakat itu terbuang sia-sia Ris," kata Syima sambil menatap penuh harap.

"Aku tidak berniat kak Syima."

"Ris, kamu punya bakat yang luar biasa. Kenapa kamu tidak ingin mencobanya?" kata Wira ikut membantu Syima membujuk Risma.

"Kak Wira, bukankah kakak juga punya bakat bermain gitar yang luar biasa. Kenapa kaka gak mau mencobanya. Bukankah lomba itu tidak bisa diikuti oleh semua siswa. Akan ada banyak siswa yang lebih berbakat dari aku kakak."

"Oh ya, aku masuk duluan yah. Aku tidak tertarik membahas soal lomba," ucap Risma sambil berjalan meninggalkan Syima dan Wira.

Kedua kakak sepupunya hanya bisa melihat pungung Risma semakin menjauh memasuki pintu kelas.

"Hmz," ucap Syima sambil membuat napas beratnya.

"Aku juga masuk kak Wira. Nanti kita bahas lagi, aku yakin, Risma pasti mau ikut nanti."

"Gak putus asa juga kamu ternyata Syim," kata Wira sambil tersenyum.

"Aku tidak akan putus asa kaka. Aku ingin semua tahu, kalau Risma punya bakat yang luar biasa. Biar ia dikenali dan akan sibuk dengan dunianya," ucap Syima sambil berjalan mengikuti langkah Risma.

"Dasar perempuan, kalau sudah punya keinginan, pasti akan ingin mewujudkan keinginannya," kata Wira.

Bel masuk berbunyi, semua siswa menuju kekelas mereka masing-masing. Meninggalkan semua kegiatan yang mereka lakukan di kantin.

"Selamat pagi anak-anak," ucap seorang guru menyapa murid-murid.

"Selamat pagi ibuk ...." ucap semua murid serentak.

"Hari ini, kalian kedatangan seorang siswa baru. Ia adalah pindahan dari sma di luar kota kita."

"Silahkan masuk Yudha, silahkan sapa dan perkenalkan dirimu," ucap guru itu lagi.

Seorang anak laki-laki masuk dengan gaya cool yang memperlihatkan aura kharisma yang luar biasa.

Semua mata tertuju pada laki-laki yang baru saja masuk dan berdiri di depan kelas dengan senyum yang terlukis indah.

Risma membulatkan matanya saat melihat sosok laki-laki yang tidak asing lagi baginya ini.

Laki-laki itu tersenyum kearahnya. Senyum yang sangat mempesona. Membuat para gadis meleleh, saat melihat senyum itu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***