8

Wira bangun dari duduknya, ia berjalan beberapa langkah kedepan, lalu membalikkan badannya lagi.

"Risma itu dulunya adalah gadis yang periang Yudha. Tidak seperti yang saat ini kamu lihat."

"Lalu, kenapa Risma berubah sangat dingin kak Wira?"

"Perubahan Risma terjadi, saat ia kehilangan seorang sahabat yang sangat ia sayangi tiga tahun yang lalu. Risma tidak bisa menerima kenyataan, kalau ia dan sahabatnya harus berpisah."

"Berpisah? Apakah berpisah untuk selamanya, atau ...."

"Teman Risma tidak meninggal, hanya saja, ia harus pindah keluar kota yang berbeda dengan Risma. Dan ia berjanji, untuk menemui Risma kembali. Tapi sampai detik ini, Wanda tidak pernah datang. Bahkan, Wanda juga tidak pernah memberi kabar tentang keberadaannya pada Risma, telah satu minggu keberangkatannya."

"Jadi, nama sahabat Risma itu adalah Wanda ya kak Wira?"

"Iya, namanya adalah Wanda."

"Benarkah kamu Wanda?" kata Yudha tanpa sengaja.

"Maksud kamu?"

"Eh, tidak ada apa-apa kak Yudha."

Tepat saat itu, bel tanda masuk berbunyi. Semua siswa harus meninggalkan apa yang mereka lakukan saat istirahat.

"Kak Wira, mungkin aku sangat membutuhkan bantuan kakak nantinya. Aku harap, kak Wira bisa membantu aku untuk berteman dengan Risam adik kak Wira, ya."

"Aku akan siap membantu kamu, jika kamu benar-benar berniat ingin berteman dengan adikku. Tapi, jika kamu hanya mempermainkan adikku, maka aku adalah orang pertama yang membuat kamu kehilangan apa yang kamu miliki," kata Wira sambil merangkul bahu Yudha denfan tatapan yang tajam.

"Kak Wira tenang saja, aku tidak akan mengecewakan kakak," kata Yudha dengan beraninya membalas tatapan tajam Wira.

Mereka berdua berjalan berlawanan arah. Karna letak lelas mereka yang memang tidak searah, membuat mereka harus berpisah.

"Aku harap, kamu tidak mengecewakan aku Yudha. Aku sangat berharap, kamu bisa membuat adikku kembali ceria," kata Wira sambil melihat Yudha yang berjalan semakin menjauh.

.....

"Kak Wira, aku ingin bicara sama kaka," kata Syima saat Wira baru saja keluar dari kelasnya.

"Boleh, mau bicara apa kamu sama aku? Bicarakan saja sekarang," kata Wira dengan santai sambil menyandang tas di punggungnya.

"Ada yang mau aku bicarakan, tapi tidak di sini kak. Kita cari tempat yang pas buat bicara," kata Syima.

"Oke baiklah, kita bisa pergi ketaman tak jauh dari jalan rumah kamu," kata Wira.

"Itu juga bagus," kata Syima sambil berjalan mendahului Wira.

"Oh ya, di mana Risma sekarang?" kata Wira sambil melihat kesana sini.

"Kak Wira, adik kaka itu bukan cuma Risma doang kak. Aku juga adik kaka kan?" kata Syima dengan nada kesal.

"Lho, apa yang salah dengan kamu Syima. Kenapa kamu terlihat sangat aneh sekarang?"

"Aku tidak aneh kak Wira, hanya saja, kaka itu terlalu membedakan antara aku dan Risma. Kenapa? Apa karna aku tidak bernasib buruk seperti Risma kak?"

"Kamu ini apa-apaan sih Syim? Gak jelas banget deh," kata Wira sambil berjalan meninggalkan Syiam yang terdiam di sana.

"Kak Wira, kaka gak sayang sama aku. Kaka pilih kasih sama aku," kata Syima sambil menangis.

"Apa-apaan sih kamu Syima, kamu gak malu apa di lihatin oleh segitu banyak siswa," kata Wira melihat kanan dan kiri.

"Aku tunggu kaka di taman, secepatnya harus sampai," kata Syima sambil berlari meninggalkan Wira dengan seribu pertanyaan yang memenuhi benaknya.

"Ngapain tuh adik sepupu lu Wir? Kesambet ya?" kata teman sekelas Wira.

"Gak tahu tuh anak, ada-ada aja tingkahnya hari ini. Mungkin gak enak badan kali dia," kata Wira sambil terus melanjutkan langkah kakinya.

"Hei, kamu ada lihat Risma gak?" kata Wira pada teman sekelas Risma.

"Risma udah pulang duluan kayaknya kak," kata anak itu menjawab.

"Oh, makasih ya."

"Sama-sama," kata anak itu sambil tersenyum manis.

"Ada apa sih Wir? Aku lihat kamu sibuk banget ngurusin adik-adik sepupu kamu itu, sampai-sampai, kamu gak ngurusin hidup kamu sendiri," kata Julia teman terdekat Wira.

"Bagi aku, mereka bukan hanya sekedar adik sepupu Juli. Mereka melebihi adik kandungku. Aku tidak ingin kehilangan satu adik lagi, seperti aku kehilangan Andini," kata Wira sambil menatap lurus kedepan. Matanya berkaca-kaca sekarang.

"Maafkan aku, maafkan aku Wira. Aku tahu bagaimana perasaan kamu. Aku minta maaf," kata Julia dengan sangat menyesal.

Julia sangat tahu, bagaimana persaan Wira saat ini. Wira pernah kehilangan satu adik kandung, karna kecelakaan mobil yang papa dan adiknya alami. Saat ini, Wira hanya tinggal dengan mamanya saja.

Terpopuler

Comments

Sella Kristin

Sella Kristin

next

2020-07-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!