2.1

Selama kelas berlangsung, Ana hanya tersenyum-senyum membuat Jinny yang duduk di sampingnya menatap gadis itu heran.

“Kenapa?” tanya Jinny pada sang sahabat.

“Nothing!”

“Huh....” Jinny mengabaikan Ana yang masih tersenyum. Gadis itu menggeleng menatap sahabatnya yang seperti itu.

Setelah kelas selesai, dan dosen keluar dari kelasnya, Ana langsung berdiri dan merapikan buku-bukunya yang ada di atas meja dengan terburu-buru.

“Jinn, aku duluan ya?” Jinny hanya mengangguk mendengar ucapan Ana. Dia menggelengkan kepalanya saat sahabat cantiknya itu sudah keluar dari dalam kelas dengan sedikit berlari kecil.

Ana berjalan dengan cepat menuju parkiran kampus. Dia melihat pada jam yang ada di tangannya. Sebentar lagi!

Mobil Matt terlihat masih berada di parkiran. Ana mendesah lega karena itu. Dia duduk di salah satu bangku yang tersedia disana. Sembari menunggu Matt dia memainkan ponselnya untuk mengusir kebosanan.

Cukup lama Ana menunggu hingga rombongan ketiga laki-laki itu tampak dimatanya. Ana berbinar senang. Dia berjalan mendekat pada Matt yang sedang berjalan dengan Arion dan Erick.

“Hai calon suami....” Matt mendesah kecil melihat Ana yang kini sudah ada di depannya. Dia mengabaikan Ana yang masih tersenyum padanya.

“Hei An, mau pulang bersama Matt?” Erick bertanya pada Ana padahal dia sendiri sudah tahu jawabannya. Laki-laki itu terkekeh kecil saat gadis yang ada di hadapannya mengangguk dengan semangat.

“Aku tidak bisa pulang bersamamu, An!” Matt memberi tahu, sebelum Ana menyampaikan keinginannya pada laki-laki itu.

Ana mengerucutkan bibirnya kesal.

“Kenapa kak Matt?” tanya Ana dengan suara pelan.

“Aku ada urusan!” Matt menjawab singkat. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain, tidak mau menatap binar mata yang kecewa itu.

“Urusan apa?” Matt mengangkat bahunya acuh, dia tidak menjawab pertanyaan Ana membuat gadis kecil itu mendesah kesal.

“Aku mau ikut!” Ana menatap Matt penuh harap. Dia sudah menunggu laki-laki itu lama hanya untuk bisa pulang bersama. Sia-sia sekali usahanya.

“Tidak bisa!” jawab Matt kekeh.

“Kak Matt! Aku pulang sama kak Matt ya?”

“Ana....?” mendengar ada seseorang yang memanggilnya, Ana menoleh kebelakang. Ada Jinny, Rico, dan juga Kelvan yang berjalan mendekat ke arah mereka.

“Ya Van?” Ana berbalik dan menjawab sapaan Kelvan, dia berdiri di dekat Matt.

Sedangkan Arion dan Erick berdehem untuk menyembunyikan senyuman mereka saat kedua orang itu melihat rahang Matt mengeras tidak suka ketika melihat kedatangan teman-teman Ana. Terlebih saat melihat laki-laki yang bernama Kelvan itu tersenyum hangat pada Ana dan Ana membalasnya.

“Mau pulang bersama?” Ana menggigit bibir bawahnya bingung. Dia menatap Matt yang langsung mengalihkan pandangannya saat dia menoleh pada laki-laki itu.

“Ayolah An? Kak Matt tidak bisa mengantarmu kan?” Ana mengangguk mendengar perkataan Jinny.

Ana masih diam. Padahal dia berharap Matt akan mencegahnya dan melarangnya pulang bersama Kelvan. Tapi nyatanya laki-laki itu hanya acuh, membuat Ana tersenyum kecut.

“Baiklah, Ayo....” putus Ana akhirnya. Kelvan tersenyum senang pada Ana yang mau pulang bersama dengannya.

“Bye kak Matt, selamat berkencan!” Ana melambaikan tangannya pada Matt. Dia berjalan menjauh dari Matt yang mengepalkan tangannya. Gadis itu berjalan di samping Kelvan.

“Matt, jangan terlalu memperbesar ego! Kau bisa kehilangan dia untuk yang kedua kalinya jika kau terus seperti ini. Tidak hanya satu orang saja yang menyukai dia Matt, tapi banyak laki-laki disini yang menyukai Ana. Dia gadis yang cantik, dan juga ceria, kau benar-benar akan menyesal nanti jika kau terlalu lambat!”

Erick yang melihat Matt mengepalkan tangannya, mengingatkan Matt.

“Dan juga, seorang wanita itu butuh kepastian.” tambah Arion, dan Erick mengangguk membenarkan perkataan laki-laki itu.

Arion dan juga Erick, menepuk bahu Matt secara bergantian. Setelah itu mereka berjalan masuk kedalam mobil masing-masing. Matt masih berdiri disana menatap Ana yang sudah masuk kedalam mobil Kelvan.

“Huh!” Matt berjalan menuju mobilnya dan membuka pintu mobil miliknya dan masuk kedalam.

***

Didalam perjalanan pulang, Ana hanya diam duduk di samping Kelvan.

“Aku masih heran, kenapa kau sudah bicara pada Matt lagi, aku kira kau akan terus mendiaminya An?” Kelvan membuka pembicaraan, saat kedua orang itu sudah mulai larut dalam diam. Dia menatap Ana saat menanyakan hal itu.

“Aku hanya salah paham Van! Aku tidak bermaksud untuk mendiamkannya, tapi aku terpaksa.” Kelvan menatap ke arah Ana. Dia menaikkan alisnya tanda belum mengerti dengan perkataan gadis itu.

“Salah paham kenapa?” tanyanya bingung.

Ana mulai bercerita sedikit pada Kelvan membuat laki-laki itu tersenyum kecut.

‘Kak Matt, mencintai Ana?’ batin Kelvan. Tanpa sadar, dia mengepalkan tangan saat Ana mengatakan hal itu.

“Kalau memang seperti itu, lalu kenapa dia tidak mau mengantarmu pulang? Dan juga tadi kau bilang, dia akan pergi berkencan?” Kelvan masih menatap Ana dengan penasaran.

“Haha, soal itu aku hanya asal. Aku tidak tau dia mau kemana, jadi aku sebut saja di pergi berkencan.” Ana tertawa canggung. Dia sendiri tidak yakin dengan jawabannya, karena dia hanya tidak ingin, kepalanya memikirkan hal yang tidak-tidak seperti itu, karena dia tidak akan sanggup jika itu benar-benar terjadi.

“Dan kau meyakini itu?” Ana menganggukkan kepalanya.

“Tentu saja!”

“Kenapa?”

“Karena aku tau, dia tidak akan melakukan itu. Dia mencintai aku, jadi itu tidak akan mungkin.” nada suara Ana mengecil saat dia mengatakan hal itu. Dia berharap, kalau ucapannya benar-benar terwujud.

“Kenapa tidak mungkin An? Bukankah kau sudah mendiamkan dia beberapa lama, kenapa tidak mungkin, kalau dia dekat dengan seorang perempuan, selama kau menjauhinya!” Ana tersenyum kecut saat kembali mengingat kesalahan yang sudah dia perbuat beberapa waktu belakangan ini.

“Kalau memang seperti itu, aku akan berjuang lagi Van.” Ana menjawab dengan senyum tipis. Kelvan hanya menghela nafas, saat melihat pancaran cinta untuk laki-laki yang bernama Matteo itu begitu besar di mata Ana. Dan Kelvan berpikir, kalau Matt sungguh adalah laki-laki yang beruntung karena mempunyai seorang wanita yang sangat mencintainya, terlebih dia adalah seorang Anastasya.

“Ana, berjuang itu untuk sesuatu yang mau kau perjuangkan. Dia saja tidak mau kau perjuangkan, lalu kenapa kau masih membuat hatimu lelah karena perjuanganmu sendiri?!”

“Tak apa Van, dari awal aku sudah bersalah. Setidaknya aku mencoba lagi, karena cinta memang butuh perjuangan.”

“Ya kau benar, cinta butuh perjuangan!” Kelvan mengangguk membenarkan perkataan Ana.

‘Karena itu, aku juga mau berjuang untuk mendapatkanmu An.’

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!