20. Siapa yang Kau Pilih Suamiku

Mata Laila memicing ketika seperti melihat Arsy sedang duduk bersama seorang pria di sebuah kafe bersebelahan langsung dengan toko roti. "Bu, itu Arsy kan?" Tanyanya kepada ibunya.

"Iya. Sama siapa dia, ya?"

Laila tidak menggubris, ia melangkah memasuki area toko roti tersebut kemudian mengambil potret Arsy bersama seorang pria asing. Senyum licik terbingkai di wajahnya dan segera mengirim potret tadi ke Haris.

Benar saja dugaannya. Haris tiba di rumah tidak berapa lama darinya. Laila baru pertama kali melihat wajah Haris yang tak bersahabat seperti ini. Tentu saja akan membuatnya senang jika mereka bertengkar dan Haris akan datang kepadanya.

Semenjak Haris mengungkapkan bahwa cintanya telah berpaling, sikap pria itu kepada Laila sungguh membuat terluka. Meski masih melakukan setiap kemauan Laila tetapi jiwanya seakan melayang ke tempat Arsy.

Merasa puas melihat Arsy di bentak oleh Haris barusan. Bahkan ia dengan sukarela menenangkan Haris dan menjadi pelampiasan hasrat Haris karena amarah dan cemburu tersebut. Meski harus bermain sedikit kasar, setidaknya Haris kembali memberikan nafkah batin yang akan membuatnya sesegera mungkin hamil kembali.

****

Sudah satu Minggu Arsy mendiamkan Haris setelah kejadian sore itu. Ia tahu betul bahwa tidak boleh mendiamkan suami hingga berhari-hari seperti ini. Tetapi, rasa sakitnya dipermalukan di hadapan Laila sungguh sulit dimaafkan.

Untuk mengisi kekosongan waktu, Arsy juga mengambil les private di toko roti yang sudah menjadi langganannya. Arsy sangat beruntung, masih banyak orang-orang baik menerimanya meski berpenampilan tertutup seperti ini.

Haris juga sebenarnya beberapa kali mengajak Arsy berbicara, tetapi agaknya wanita bercadar itu masih belum ingin berbaikan dengan suaminya.

Satu hal yang masih dipertanyakan oleh Arsy, selama belajar membuat kue di toko roti ini sering sekali melihat Jo. Entah perlu apa pria itu di tempatnya belajar.

***

Sore hari saat langit sudah mulai berubah warna menjadi jingga. Dengan sengaja memilih berjalan kaki menyusuri jalanan kota yang sudah sangat lama tidak dilihatnya. Lima tahun berada dalam penjara atas perbuatan yang belum sempat dilakukan, kini telah bebas. Penampilannya sudah terlihat lebih bugar dan rapi karena telah pangkas rambut dan mencukur kumisnya.

Dia adalah ayah Wahyu, ayah Arsy. Ketika telah sampai halte, ayah Wahyu segera naik bus angkutan umum menuju tempat pemberhentian yang tak jauh dari perumahan sang anak. Rasanya sudah sangat lama Arsy tidak menjenguknya semenjak terakhir kali mereka bertemu dan Arsy mengatakan sangat merindukan dirinya.

Apalagi kali ini Arsy dan Haris tidak menjemput kepulangannya. Sebagai seorang ayah pastilah merasa khawatir, tapi berusaha berpikir positif dan kali ini akan memberi kejutan bagi anak dan menantunya.

Lima tahun lalu, ayah Yusuf menitipkan Arsy kepada sahabatnya, ayah Sulaiman yang sekarang sudah tiada. Keputusan ayah Sulaiman justru menjodohkan Haris dan Arsy. Sebagai seorang ayah yang akan meninggalkan sang putri, ia setuju. Hatinya menjadi tenang ketika melihat perlakuan Haris kepada Arsy yang terlihat menjaga dan bertanggung jawab.

Jangan tanyakan hubungan ayah Wahyu dengan ibu Sandra, karena telah hancur sejak dahulu. Hanya karena Arsy dirinya mempertahankan pernikahan yang ternoda.

Ayah Wahyu turun dari bus setelah membayar ongkos. Kemudian berjalan kaki menuju Perumahan tempat tinggal Arsy yang tidak jauh dari tempatnya berpijak. Senyumannya merekah saat tempat yang dituju hampir sampai.

"Pak. Arsy ada di rumah?" Tanya ayah Wahyu kepada penjaga rumah Haris.

Penjaga itu tidak langsung menjawab karena sedang memperhatikan penampilan ayah Wahyu yang sangat asing. "Maaf, pak. Anda siapa, ya?"

Ayah Wahyu tersenyum memahami pertanyaan penjaga rumah itu. Ia pun membuka tas ranselnya, mengambil sebuah foto. Sebuah foto dirinya bersama Arsy. Sebelum menunjukkan kepada penjaga, ayah Wahyu menutupi wajah Arsy sebab sekarang sudah bercadar.

"Saya adalah ayah Arsy," jawab ayah Wahyu dan penjaga itu percaya setelah melihat foto tersebut.

"Nyonya sedang keluar, pak. Silahkan masuk."

Ayah Wahyu tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Kemudian menuju pintu utama rumah berlantai dua itu. Rasanya sudah sangat lama sekali tidak berkunjung ke rumah ini. Ia ingat, setelah akad nikah Arsy di rumah ini, ia langsung dibawa ke penjara.

Di pencet bel rumah beberapa kali barulah pintu utama itu terbuka. Mata ayah Wahyu memicing melihat seorang wanita berhijab biru yang membukanya, seseorang yang tak asing baginya.

"Siapa tamunya, sayang?" Tanya seorang wanita yang masih diingat oleh ayah Wahyu.

Seketika mata ayah Wahyu menatap tajam kedua wanita tersebut, rahang nya mengeras selaras dengan wajah yang memerah menahan amarah, dan tangannya terkepal kuat sebagai penekan amarahnya.

"Dimana anakku!" Kata ayah Wahyu dingin berusaha menekan amarahnya.

"Minggir, anak haram!!" Sentak ayah Wahyu lagi kemudian menerobos masuk tanpa peduli ibu Sandra dan Laila hampir terjatuh karena tubuh ayah Wahyu lebih kekar.

"Mas," cicit ibu Sandra hendak menghampiri ayah Wahyu tetapi melihat suaminya mengangkat salah satu tangan menandakan agar tetap berada di tempat semula membuatnya urung.

"Dimana anak dan menantuku," tanya ayah Wahyu dingin menatap ibu Sandra.

"Ayah," cicit Laila tetapi ucapannya terpotong oleh ucapan ayah Wahyu.

Ayah Wahyu menatap Laila dengan tatapan tajam. "Saya bukan ayahmu. Saya tidak sudi mengakuimu sebagai anak, harus saya tekankan, kamu hanyalah anak haram istriku. Anakku hanya Arsy!!" Sentak ayah Wahyu mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya sudah terungkap sejak lama.

"Mas!!!" Sentak ibu Sandra langsung menghampiri Laila yang sudah menangis.

Ayah Wahyu menoleh ke arah pintu melihat Haris baru pulang kerja. Sangat jelas wajah Haris terlihat terkejut atas kedatangannya.

"Ayah," Haris mendekat dan mencium punggung tangan ayah Wahyu.

"Dimana Arsy, Haris? Ayah dari tadi belum melihat istrimu," ayah Wahyu mencoba menahan amarahnya karena tidak ingin menantunya tahu masalah keluarganya.

Haris tampak salah tingkah. "Arsy sedang belajar membuat roti, yah. Ayah sudah lama?" Tanya Haris berusaha terlihat baik-baik saja.

"Belum. Kenapa dia ada di rumah kamu?" Tanya ayah Wahyu menatap jijik ibu Sandra dan Laila.

Haris menelan saliva yang terasa kasar. Ia lupa bahwa ayah Wahyu telah bebas tahun ini dan belum tahu pernikahan keduanya bersama Laila.

"Aku istri mas Haris," jawab Laila lantang membuat ayah Wahyu langsung menatap Laila dan Haris bergantian kemudian menatap ibu Sandra.

"Kurang ajar!!"

Bug

Bug

Bug

Ayah Wahyu melampiaskan amarahnya yang sedari tadi ditahan dengan memberikan bogeman ke perut dan wajah Haris. Saking emosinya, tangan ayah Wahyu gemetar. "Kau sudah berjanji untuk membahagiakan dan menjaga Arsy, tapi kenapa kamu menikah lagi dengan anak haram ibu mertuamu, hah?!!" Ayah Wahyu mencengkram kemeja Haris saat tersungkur ke lantas.

Dalam keadaan lemah, Haris terkejut atas ucapan ayah Wahyu. Laila anak haram Ibu Sandra?

"Kami menikah karena saking mencintai dan salahkan anak anda yang mandul!!"

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

oh pantesan ibu Sandra membenci Arsy karena bukan anaknya tapi yg beneran ibu Sandra adalah Laila dari laki2 bukan dari ayah wahyu

2023-10-04

1

yani suko

yani suko

ayah wahyu atau ayah yusuf ???

2023-09-17

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

koreksi bu... Arsy bukan mandul tp hanya belum mendapat kepercayaan dr Allah tp kalau situ udah pasti jelas mandul krn rahim situ udah di angkat... sombong jgn kelewat batas ntar jatoh.. nyungsep.. sakit loh...

2023-06-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!