2. Siapa yang kau pilih suamiku

Ayah..

Kapan kau akan pulang?

Mengapa kau pergi meninggalkan aku bersama ibu?

Padahal, kamu tahu segalanya.

Padahal, hanya kamu tempatku berlindung.

Ayah..

Pada akhirnya, aku merelakan dan mencoba ikhlas.

Mungkin, ini menjadi karma atas kesalahanku. 

Ayah..

Aku rindu.

****

Sore itu, keluarga Prasetya berkumpul di taman belakang. Arsy tersenyum melihat keponakan-keponakan dari keluarga suaminya itu sedang kejar-kejaran. Ia juga melihat suaminya sedang berbincang bersama para sepupunya.

Helaan nafas panjang terdengar lirih. Semenjak usai makan siang bersama, ibu mertua dan ibu Arsy tidak menampakkan batang hidungnya. Ia tidak tahu kemana perginya mereka.

Matanya terpejam mengingat pembicaraannya dengan Haris malam tadi dan hari ini mereka langsung diundang makan bersama. Ia juga merasa ibu mertua dan ibunya terlihat ramah padanya. Apakah suaminya telah memberitahu bila dirinya telah memberi izin untuk menikah lagi?

Mata Arsy tertuju pada beberapa orang berjalan ke arah taman belakang tempat ia berada saat ini. Senyumannya merekah manakala kedua ibunya itu membawa seorang gadis yang dikenalnya. 

Arsy beranjak menghampiri. "Laila," sapanya ramah memeluk teman sekolahnya dahulu. Lebih tepat, Laila adalah kakak kelasnya ketika SMA dan mereka berpisah karena Laila harus kuliah ke luar kota. 

"MasyaAllah, Arsy. Kamu tambah cantik," puji Laila memeluk Arsy. 

Arsy tersenyum dan membalas pelukan Laila. Selepas pelukan itu, ibu Rahma mengajak mereka untuk berkumpul di gazebo. Tumben sekali, tapi Arsy tetap diam dan bersyukur akhirnya sikap ibu Rahma kembali seperti awal-awal ia menjadi menantu di keluarga Prasetya.

Ibu Rahma dan Ibu Sandra tampak antusias yang semakin membuat Arsy terheran sekali. Bahkan semakin bingung ketika ibu Rahma mendekatinya. 

"Arsy. Kata Haris, kamu sudah memberi izin agar menikah lagi 'kan?" Tanya ibu dari suaminya itu.

Arsy tersenyum getir mendengar pertanyaan dari ibu mertuanya. Wanita mana yang suka rela cinta prianya terbagi? Istri mana akan memberikan izin suaminya menikah lagi?

Tidak. Arsy tidak merelakan Haris menikah lagi. Namun, ia harus melakukannya demi kebahagiaan bersama.

Kebahagiaan? 

Satu kata itu hanya berlaku untuk mereka, tidak dengan Arsy.

"Mama sudah punya calon istri untuk Haris," kata ibu Rahma.

Bagai dihantam batu saat mendengar kalimat yang terucap dari mulut ibu Rahma. Arsy hanya diam membisu menahan buliran bening agar tidak mengalir membasahi pipinya. Ia tidak menyangka mereka tega dan tidak memikirkan perasaannya sama sekali.

"Si-siapa orang itu, ma?" Tanya Arsy terbata merasa teramat sakit dihatinya.

Ibu Rahma tidak menjawab. Beliau menoleh menatap Laila dan ibu Sandra sedang bercerita bahkan sesekali salah satu diantara mereka tertawa. Dahi Arsy mengerut melihat pemandangan itu. 

Sudut hatinya tercubit melihat keakraban mereka yang tak pernah didapatnya jika sedang bersama ibu Sandra. Bibir bawah bagian dalam digigit Arsy sebagai pelampiasan rasa sakitnya. Entah mengapa ketakutan dalam hatinya menjadi kenyataan.

"Laila. Dia gadis yang mama pilih sebagai istri Haris," ucap ibu Rahma tanpa perasaan.

Bagai di sayat-sayat belati tajam. Hati Arsy semakin hancur mendengarnya. "Laila sahabat Arsy, ma."

"Lebih bagus, kan? Kalian sudah saling mengenal, pasti akan seru melayani Haris secara bersamaan. Pasti kalian akan terus akur," bukan ibu Rahma yang memberi jawaban melainkan ibu Sandra, ibu Arsy sendiri.

Arsy menunduk, memejamkan mata menahan amarah dan kesedihan yang menimpanya. Mengapa mereka begitu mudah mengatakan seperti itu? Mengapa tidak ada yang memikirkan hatinya?

"Mama memilih Laila karena dia sama seperti kamu, Arsy. Dia cantik dan solehah persis sepertimu," tutur ibu Rahma.

Arsy sendiri hanya diam dan membiarkan ibu Sandra menggenggam tangannya seolah membenarkan ucapan ibu Rahma. 

Selang beberapa saat kemudian. Arsy beranjak ketika melihat Haris tiba. Ia menyambut suaminya pulang bekerja. Mencium punggung tangan Haris dan ia akan mendapat kecupan pada pucuk kepalanya yang terbungkus hijab syar'i tersebut.

Lihatlah. Bagaimana Arsy tidak jatuh cinta sedalam-dalamnya kepada Haris? Sementara perlakuan Haris sangat lembut padanya. Tak pernah sedikitpun Haris menyakiti hatinya.

"Maaf mas lama jemput kamu. Kita pulang sekarang?" Tanya Haris lembut dan Arsy menggeleng sebagai jawaban. Hal itu berhasil membuat Haris terheran. 

"Kita masuk sebentar, yuk. Ada yang perlu kita bicarakan di dalam." Arsy mengajak Haris masuk ke dalam rumah ibu Rahma menuju ruang keluarga. Di ruangan itu sudah ada ibu Rahma, ibu Sandra, dan Laila.

Arsy menghentikan langkah ketika Haris berhenti melangkah. Ia mengikuti arah pandang suaminya itu bersitatao dengan tatapan mata Laila. 

Cemburu?

Tentu saja. Hanya saling memandang saja membuat Arsy cemburu. Apalagi harus berbagi segalanya tentang Haris kepada Laila.

"Mas," tegur Arsy tak tahan tapi tetap saja suara lembutnya selalu menghiasi.

Haris tampak salah tingkah dipanggil oleh Arsy. Ia tidak menyangka bisa seperti ini. "Iya." Ia mengikuti Arsy duduk di sofa seberang ibu Rahma berada.

Sekali lagi Arsy berdoa dan meyakinkan hati agar selalu ikhlas atas takdir yang diberikan Sang Maha Segalanya. 

"Laila. Kamu sudah tahu tujuan kamu diajak kerumah mama Rahma?" Tanya Arsy dan mendapat gelengan dari Laila.

Memang benar. Laila sudah mengenal ibu Rahma dan ibu Sandra sejak lama. Laila baru menyelesaikan wisuda Minggu lalu dan ibu Rahma langsung menelepon dan datang tempatnya. Begitu juga siang tadi, Laila dijemput langsung oleh mobil milik ibu Rahma tersebut.

"Mama memilihmu sebagai istri muda suamiku, Laila." Sakit. Hati Arsy benar-benar sakit mengatakan kalimat itu.

"Arsy," tegur Haris terkejut. Tatapan pria itu beralih menatap ibu Rahma. 

Arsy memiringkan badan menghadap Haris. Ia memasang senyuman indah disana. "Kata mama. Alasan memilih Laila untuk menjadi istri kamu karena dia mirip aku, mas. Cantik dan solehah. Terus kata ibu, akan seru kalau Laila menjadi madu Arsy. Kami akan melayani mas bersama dengan suka cita," dada Arsy benar-benar sesak menghadapi ini semua. 

Haris hanya diam terpaku mendengar Arsy bicara seperti itu barusan. Ia mengenal Arsy, dihadapannya sekarang adalah Arsy yang sedang menahan tangis.

Arsy menghela nafas dalam-dalam. Kemudian tatapannya beralih menatap Laila yang tampak diam saja. 

"Laila," panggil Arsy sangat lembut membuat gadis bernama Laila itu menatap kearahnya.

"Kamu ingat. Mas Haris adalah lelaki yang aku kagumi sejak lama. Aku sangat bahagia ternyata kami dijodohkan," terang Arsy sedikit bercerita kepada Laila.

Laila tersenyum dan mengangguk. Melihat itu membuat Arsy juga tersenyum.

"Kamu ingat nggak. Saat beberapa hari lagi aku menikah dengan mas Haris. Aku bercerita kalau aku ragu dinikahi mam Haris karena takut gak bisa jadi istri yang sempurna bagi mas Haris. Tapi kamu yakinkan hatiku agar tetap melanjutkan pernikahan," lelehan buliran bening itu akhirnya lolos dan membasahi pipinya tetapi cepat-cepat ia usap pipi tersebut.

Entah apa arti tatapan Laila. Arsy tidak mengerti.

"Aku masih sangat ingat," itulah yang dikatakan Laila.

Arsy tersenyum. "Laila. Maukah kamu menjadi istri suamiku?"

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

duh sungguh berat perjuanganmu utk menahan emosi dan cemburumu, sedangkan istri Rosul saja bisa cemburu

2023-10-04

0

Amalia Gati Subagio

Amalia Gati Subagio

perempuan munafik santuy he

2023-08-13

1

Nuning Nuno

Nuning Nuno

nyesek thor,malah aq takut baca novelmu ini

2023-06-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!