Sampai di rumah sakit, Yoga segera turun dari mobilnya. Ia berlari menuju ruang rawat Rere.
Brak...
Yoga membuka pintu dengan kasar, suster menoleh ke arahnya.
" Ara." Panggil Yoga masuk ke dalam. Ia mengedarkan pandangannya mencari Ara namun tidak ada.
" Maaf Tuan, nyonya Ara baru saja pergi." Ucap suster.
" Apa? Kemana dia pergi?" Tanya Yoga.
" Mungkin belum sampai parkiran Tuan, soalnya baru saja belum lama kok." Sahut suster.
Tanpa membuang waktu Yoga berlari keluar menuju parkiran mobil.
" Ara... Ara.. " Ucap Yoga berharap Ara masih ada di sana. Namun sepertinya dewi fortuna tidak berpihak kepadanya, ia tidak melihat Ara di sana.
Yoga berlari keluar area rumah sakit mencoba mencari mobil Ara, barangkali belum keluar lama. Ia berlari kesana kemari seperti orang gila. Di rasa usahanya sia sia, ia duduk di trotoar pinggir jalan mengatur nafasnya yang tersengal.
" Hah... Hah.. Dimana kamu Ara? Kenapa kamu harus pergi dengan membawa kesalah pahaman ini? Setidaknya kau harus bersabar menunggu penjelasanku dulu." Tak terasa air mata menetes di pipi Yoga.
" Tapi ini bukan salahmu, akulah yang salah di sini. Aku yang memintamu pergi, aku yang tidak pernah menghargaimu. Maafkan aku Ara! Aku membuat kesalahan yang sama saat aku bersama Rebecca dulu. Saat ini aku benar benar merasakan kehilangan lagi, tapi entah mengapa kali ini rasanya lebih sakit. Aku takut... Aku takut kita tidak bisa bertemu lagi. Aku takut kau akan melupakan aku, aku takut kau benar benar menceraikan aku Ara. Aku mohon kembalilah! Selesaikan masalah kita dan kesalah pahaman ini. Aku mohon hiks." Yoga mengusap air matanya.
" Aku berjanji akan merubah sikapmu kepadamu, aku berjanji aku akan mencintai dan menyayangimu sepenuh hatimu. Aku janji kita bertiga akan hidup bahagia Ara. Aku mohon kembalilah! Kembalilah sekarang juga! Aku mohon kembalilah Ara!"
" Ara!!!!!" Teriak Yoga menyugar kasar rambutnya.
Deg...
Tiba tiba hati Ara mencelos, seperti ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya. Ia menatap keluar jendela mobil melihat jalanan kota yang nampak di padati mobil dan kendaraan roda dua. Sesekali ia mengusap air matanya.
Ya... Ara menggunakan jasa travel kenalan ayahnya untuk sampai tujuannya. Walaupun ia tidak yakin Yoga akan melacak keberadaan mobilnya, tapi menurutnya akan lebih aman jika memakai travel.
Kesedihan di hati Ara sangat mendalam, sejujurnya ia berat melakukan ini. Ia merasa tidak sanggup berpisah dengan putri kecil yang sangat ia sayangi. Tapi apa yang bisa ia lakukan saat Yoga memintanya untuk pergi? Apalagi Yoga memiliki wanita lain selain dirinya.
" *Aku tidak menyangka jika perpisahan ini terjadi lebih cepat dari perkiraanku. Aku berpikir akan berpisah dengan mas Yoga karena Mas Yoga tidak bisa move on dari mendiang istrinya, tapi ternyata aku salah. Mas Yoga mencintai wanita lain, dan sayangnya itu bukan aku. Maafkan mama Rere! Mama harus meninggalkanmu dengan cara dan situasi seperti sekarang ini. Mama akan selalu berdoa semoga wanita yang papa kamu cintai bisa mengurusmu dengan baik. Semoga dia bisa menyayangimu dan mencintaimu melebihi cinta mama padamu sayang. Mama pasti akan sangat merindukanmu."
" Untukmu mas Yoga, aku minta maaf jika selama ini aku membuatmu tidak nyaman karena berada di sekitarmu. Maafkan aku jika aku tidak bisa menjadi istri yang baik. Aku berdoa semoga kalian berbahagia. Dan aku akan menyambut kebahagiaanku sendiri. Semangat Ara!! Kau tidak boleh lemah! Semua sudah menjadi takdir Tuhan dan kau harus menjalaninya dengan ikhlas. Aku ikhlas menjalani semua ininya Rob, semoga aku bisa melewati ujianmu dengan baik*." Ujar Ara di dalam hatinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam ini Rere pulang dari rumah sakit. Yoga menggendongnya menuju kamar, lalu ia menidurkan Rere di boxnya. Nyonya Hana menatap Yoga yang nampak lesu.
" Mandilah dan istirahatlah! Kau nampak lelah." Ucap nyonya Hana.
Tanpa menyahut ucapan mamanya, Yoga masuk ke kamar mandi. Ia menyalakan shower lalu duduk di bawah guyuran airnya. Pikirannya tertuju pada Ara, sebelum pulang ke rumah ia mendapat telepon dari Yoseph jika ia tidak berhasil melacak keberadaan Ara karena tidak ada petunjuk sama sekali. Sepertinya Ara mengganti nomer sekaligus ponselnya dengan yang baru.
" Hiks... Hiks... Maafkan aku Ara! Aku memang bodoh, bahkan sangat bodoh karena telah menelantarkanmu begitu saja. Dulu aku lihai dalam bercinta tapi dari dulu aku bodoh dalam urusan cinta. Dua kali aku merasakan jatuh cinta tapi dua kali juga aku terlambat menyadarinya. Aku menyadari perasaanku setelah aku kehilangan mereka. Kamu bodoh Yoga... Kamu benar benar bodoh.. Aku merasa sangat kehilangan Ara padahal kami belum lama bersama. Ara... Aku mohon kembalilah! Jangan tinggalkan aku seperti ini! Aku tidak sanggup merawat putri kita sendirian, aku tidak sanggup hidup tanpamu. Ara maafkan aku! Aku mohon kembalilah demi aku dan Rere. Hiks... Ya Tuhan... Berikan keajaibanmu padaku, kembali Ara kepadaku atau setidaknya berikan petunjuk padaku dimana dia sekarang. Aku akan menyusulnya dan membujuknya untuk pulang. Hiks... " Isal Yoga memukuki dadanya yang terasa sesak.
Bayang bayang kebersamaan mereka terlintas di pikiran Yoga membuatnya semakin merasa bersalah dan kehilangan. Senyuman Ara, tutur kata dan kelembutan yang Ara tunjukkan padanya terus terngiang di ingatannya.
" Aku berjanji tidak akan membuatmu pergi lagi setelah aku bisa membawamu kembali ke rumah ini Ara. Aku mencintaimu dan aku menyayangimu. Aku tidak ingin berpisah darimu. Walaupun kau mengirimkan surat perpisahan tapi aku tidak akan pernah menandatanganinya. Entah kapan waktunya pasti aku akan menemukanmu." Gumam Yoga.
Di lain tempat, Ara baru saja tiba di rumah barunya yang berada di provinsi Jogjakarta. Ia mendapat pekerjaan di sebuah rumah sakit ternama di kota itu sambil melanjutkan studinya untuk mendapat gelar spesialis anak. Ara memang menyukai anak anak itu sebabnya ia mengambil gelas spesialis anak. Ia ingin mengobati anak anak bangsa yang membutuhkan pertolongannya sehingga mereka bisa tersenyum dan tertawa lagi.
Setelah menata barang barangnya di dalam kamar, Ara duduk di teras rumah sambil menyesap teh hangat. Ia menikmati pemandangan malam yang di iringi angin sepoi sepoi.
" Hai, warga baru ya."
Ara menoleh ke rumah sebelah dimana seorang pria tampan sedang berdiri menatapnya.
" Iya, kenalkan namaku Zahra, kau bisa memanggilku Ara." Ucap Ara tersenyum membuat hati pria itu meleleh.
Pria itu menghampiri Ara lalu duduk di kursi samping Ara.
" Dokter Ara, kenalkan namaku Rodean. Kau bisa memanggilku Dean." Sahut Dean.
" Kenapa kau memanggilku Dokter?" Tanya Ara mengerutkan keningnya.
" Ya aku tahu kau dokter baru di rumah sakit xx. Aku juga bekerja di sana." Sahut Dean.
" Benarkah? Kerja di bagian apa?" Tanya Ara senang. Setidaknya ia punya teman yang ia kenal di tempat barunya.
" Di bagian apa ya...." Dean nampak berpikir.
" Cleaning servis." Sahut Dean.
" Masa' sih?" Ujar Ara tidak percaya.
" Iya." Sahut Dean.
Ara menatap Dean sekilas lalu ia melihat ke arah rumah Dean. Rumah berlantai dua yang nampak mewah.
" Masa' iya seorang cleaning servis bisa punya rumah sebesar ini? Atau mungkin dia pembantu di rumah itu ya? Astaga Ara... Sejak kapan kau memandang orang lain dari segi sosialnya? Astaghfirullahal'adzim ya Tuhan.. Maafkan hambamu yang sedang khilaf ini." Batin Ara.
Kira kira Dean itu siapa ya? Jangan lupa tekan like koment vote dan 🌹yang banyak buat author... Terima kasih...
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Heryta Herman
hahaha..lucu skli bercandamu tuan Rodean...seorang cleaning servis yg punya rmh mewah..tapi mungkin saja bisa.. kita ga tau nasib dan perjuangan seseorang sprti apa dan bagaimana..
lanjut thor
2024-11-11
0
Alanna Th
pwrs dari pmlk rs tmpt ara bkrj? zeru deh 👍😘
2023-06-22
1
Erchapram
Dean kayak pernah baca? apa dia tooh bagian dari karya kamu Thor?
2023-04-02
2