Tiga bulan berlalu kini Rere tumbuh menjadi anak yang lucu dan imut. Kulit putih bersih dan badan gemuk serta pipi chubby yang membuat semua orang gemas jika melihatnya. Hubungan Yoga dan Ara tidak ada kemajuan sama sekali, Yoga tetap bersikap acuh dan tidak peduli kepada Ara. Apapun yang Ara lakukan seolah tidak terlihat oleh matanya.
Saat ini Ara sedang bersiap ingin ke rumah orang tuanya. Sudah lama ia sibuk mengurus Rere sampai lupa mengunjungi kedua orang tuanya.
" Mas nanti sore jemput aku ya." Ucap Ara sambil memakai jilbabnya.
" Hmm." Gumam Yoga.
" Kalau Mas nggak jemput, aku menginap di sana." Ujar Ara.
" Terserah kau saja, aku tidak peduli." Ucap Yoga berlalu dari kamarnya.
Ara duduk di depan meja rias sambil menghela nafasnya.
" Sudah sejauh ini aku berusaha namun aku belum bisa mendapatkan cintanya. Padahal apapun sudah aku lakukan untuknya. Jangankan cintanya, sedikit perhatiannya saja aku tidak mendapatkannya sama sekali. Satu tahun... Hanya tinggal menunggu sembilan bulan lagi. Sabar Ara... Sembilan bulan tidak lama, aku harus menyiapkan semuanya." Monolog Ara.
Selesai bersiap, Ara menggendong Rere menuju ruang tamu dimana Yoga sudah menunggu mereka.
" Ma aku pergi dulu ya, InsyaAllah aku kembali nanti sore." Ucap Ara menyalami tangan nyonya Hana dengan takzim.
" Hati hati sayang." Ucap nyonya Hana.
" Iya Ma, assalamu'alaikum." Ucap Ara.
" Wa'alakaikumsallam." Sahut nyonya Hana.
Ara berjalan menuju mobil Yoga, ia masuk ke dalam mobil.
" Ayo Mas." Ucap Ara
Yoga melajukan mobilnya menuju rumah mertuanya. Tiga puluh menit kemudian mereka sampai di kediaman tuan Alif. Yoga menghentikan mobilnya di depan pintu.
" Mas masuk dulu temui ayah dan bunda." Ujar Ara.
" Aku buru buru, nanti saja." Sahut Yoga.
" Baiklah, aku masuk dulu." Ucap Ara menyodorkan tangannya.
Yoga melirik tangan Ara, Ara menarik paksa tangan Yoga lalu mencium punggung tangannya.
" Assalamu'alaikum." Ucap Ara turun dari mobil.
Yoga menatap punggung Ara yang saat ini masuk ke dalam rumah. Entah apa yang ia rasakan saat ini hanya dia yang tahu.
" Assalamu'alaikum Oma." Ucap Ara menghampiri nyonya Aisyah yang sedang duduk di ruang keluarga.
" Wa'alakaikumsallam sayang, aduh cucu Oma udah gedhe rupanya. Cantik sekali seperti kamu sayang." Ujar nyonya Aisyah mencium pipi Rere.
" Sayang salin sama Oma." Ara memegang tangan Rere lalu menyalami omanya.
" Barakallah sayang, langsung ke kamar aja Ra biar Rere bisa leluasa tidurannya." Ujar nyonya Aisyah.
" Iya Bun." Sahut Ara.
Mereka berdua menuju kamar Ara. Ara menidurkan Rere di atas ranjangnya.
" Bagaimana kehidupanmu di sana sayang? Apa Yoga bersikap baik kepadamu?" Tanya Tanya nyonya Aisyah.
" Iya Bun, Mas Yoga menjalankan perannya sebagai suami dan ayah yang baik untuk kami berdua." Sahut Ara.
" Kenapa dia tidak masuk ke dalam? Apa dia sedang terburu buru?" Tanya nyonya Aisyah lagi.
Bukan tanpa alasan nyonya Aisyah menanyakan semua itu, pasalnya ia merasa Ara tidak baik baik saja. Ara terlihat lebih kurus dari sebelumnya.
" Iya Bun, mas Yoga ada meeting penting di perusahaan." Ujar Ara.
" Ya Tuhan ampuni hamba yang telah berbuat kebohongan kepada ibu hamba sendiri. Hamba hanya tidak ingin membuka aib suami hamba di depan orang lain." Ujar Ara dalam hati.
" Bunda lihat kamu semakin kurus Nak, apa kau tidak menjaga pola makanmu dengan baik?" Ujar nyonya Aisyah.
" Bun, Ara tahu kalau sebenarnya Bunda ingin memastikan keadaanku di sana. Bunda tidak perlu khawatir! Aku baik baik saja Bun, aku bahagia hidup bersama anak dan suamiku. kalau badanku terlihat lebih kurus, itu karena aku sering bergadang di malam hari. Aku harus menjaga Rere, aku juga harus membuatkan susu saat Rere terbangun Bun. Wajarkan kalau aku kurang tidur sampai sampai badanku menjadi kurus begini." Ujar Ara.
" Iya sayang kau benar, Bunda harap apa yang kau ucapkan juga kebenaran yang sesungguhnya. Jika kau tidak bahagia, jangan di paksakan sayang." Ucap nyonya Aisyah.
" Aku bahagia Bun." Sahut Ara.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jam lima sore Yoga menelepon Ara dan memintanya untuk menunggu di sebuah cafe xx yang tak jauh dari rumah Ara. Setelah pamit kepada kedua orang tuanya, Ara menggendong Rere masuk ke dalam taksi.
Taksi melaju menuju cafe xx dengan kecepatan sedang, sampai di sana Ara masuk ke dalam lalu duduk di meja nomer lima menunggu Yoga.
Lima menit, sepuluh menit, sampai setengah jam Ara masih menunggu. Bahkan sampai Rere tertidur lelap dalam gendongannya.
Satu jam, hingga jam tujuh malam Yoga tak kunjung datang. Ingin rasanya Ara meneleponnya namun ia ingat saat Yoga melarangnya menelepon karena sedang meeting bersama client penting. Dengan terpaksa Ara meninggalkan kafe itu karena baginya sudah terlalu lama menunggu.
Di luar turun hujan deras di sertai angin yang berhembus kencang. Ara memeluk Rere dengan erat agar Rere tidak kedinginan. Ara berdiri di depan cafe sambil menunggu taksi yang lewat, hingga sepuluh menit baru ada taksi yang bisa ia tumpangi.
Di dalam taksi Ara meneteskan air matanya. Air mata kesedihan karena ketidakpedulian Yoga terhadapnya.
" Kenapa kau lakukan ini pada kami Mas? Kau mungkin tega kepadaku tapi seharusnya kau tidak tega kepada putrimu sendiri. Rere sampai kedinginan seperti ini karena kamu Mas. Aku berharap ada rasa bersalah sedikit saja yang terbesit di dalam hatimu." Batin Ara.
Sampai di rumah Ara segera masuk ke dalam. Nyonya Hana yang melihatnya segera menghampirinya.
" Ya Tuhan Ara... Kenapa kamu basah begini? Dimana Yoga?" Tanya nyonya Hana.
" Aku pulang naik taksi Ma, aku tidak tahu Mas Yoga dimana." Sahut Ara.
Nyonya Hana menatap menantunya, ia bisa melihat mata Ara yang nampak merah karena menangis.
" Kamu menangis sayang? Yoga memang sudah keterlaluan. Mama akan memarahinya saat dia pulang nanti. Kau masuklah ke kamar! Ganti pakaianmu sebelum kamu masuk angin nanti." Ujar nyonya Hana.
" Iya Ma." Sahut Ara menaiki tangga menuju kamarnya.
Sampai si kamar Ara segera mengganti baju Rere dengan baju hangat. Setelah itu ia ke kamar mandi, ia mandi dengan air hangat. Selesai mandi, Ara menunaikan shalat isya. Ia mrmanjaykan doa untuk kebaikan keluarganya.
" Ya Allah, ampunilah segala dosa suami hamba yang tidak ia sadari Ya Rob. Ubahlah hatinya menjadi sedikit peduli dan perhatian kepada kami. Jadikan dia imam yang baik untuk kami. Dan selalu lindungi dia di setiap langkahnya. Amin." Doa Ara.
Ara naik ke atas ranjang membaringkan tubuhnya. Tiba tiba ponselnya berbunyi tanda pesan masuk. Ia segera melihat ponselnya lalu membaca sebuah pesan dari Yoga.
Suamimu tidak pulang, dia menginap di apartemenku~Yoga
Deg...
Jantung Ara berdetak kencang, sakit, perih dan kecewa menjadi satu saat melihat Yoga yang terlelap di sebuah ranjang, dan seorang wanita duduk di tepi ranjang mengarah ke kamera.
" Hiks... Hiks... Hiks.. " Ara memukuli dadanya yang terasa sesak.
" Apa yang sedang coba kau buktikan padaku Mas? Apa kau sedang membuktikan jika ada wanita lain di hatimu? Kenapa kau tega melakukan semua ini padaku Mas? Apa aku benar benar tidak berarti untukmu? Apa aku benar benar tidak terlihat sama sekali di matamu? Kau selalu menorehkan luka di hati ini tapi aku selalu memaafkanmu dan melupakannya. Lalu apa ini?"
Ara mengusap air matanya.
" Tidak Ara, kau tidak boleh berpikiran buruk kepada suamimu sendiri. Siapa tahu ada masalah yang sedang Mas Yoga hadapi. Aku harus bertanya padanya jika dia pulang nanti." Ucap Ara.
Apa yang sebenar terjadi? Penasaran? Jangan lupa tekan like koment vote dan hadiahnya buat author.
Terima kasih..
Miss U All...
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Kasmiwati P Yusuf
tor,sedih aku arany lemah..dia seorg dokter tp bodoh gt ya dgn alasan menurt agama istri hrus patuh ini itu..bosan aku bacanya
2025-03-05
0
Heryta Herman
ara...kau sebagai istri yg sholehah dan berbakti pada suami itu bagus,tapi jngn juga menjadi nodoh atau di bodohi suami dayusmu.. tegaskan sikapmu.. kamu juga berhak....
2024-11-11
0
Ririn Nursisminingsih
tinggalin aja ra..biar tau rasa
2023-11-11
1