Ta'aruf.

"Ab, besok kita silaturahmi ke rumah Aslihah, kata ibunya sore tadi Lihah sama anaknya sudah pulang," tutur pak Umar. Pak Umar bermaksud menjodohkan Abu dengan Liha lantaran menolong anak yatim.

"Ayah... bukan aku menolak, tetapi jika saya menikah dengan Aslihah dengan alasan menolong, namun pada akhirnya saya tidak menjadi suami yang baik, justeru akan memambah dosa Ayah," tolak Abu secara halus.

"Jangan jadikan alasan Ab, mengapa Ayah bermaksud menjodohkan kamu, karena Ayah yakin sepenuhnya kamu bisa melindungi keduanya." pak Umar penuh harap.

Abu tidak menjawab, berdebat dengan sang Ayah tidak akan menang jika itu menyangkut kebaikan.

"Ayah kamu benar Ab, menikahi perempuan yang sudah berstatus armala itu... jika tujuan kamu baik akan mendatangkan pahala. Yang penting niat kamu untuk melindungi serta menafkahi dengan benar karena Allah," imbuh bu Ifah.

"Nanti saya shalat istikharah dulu Bu, minta petunjuk" Abu mengalah

"Saya istirahat dulu Ayah... Ibu... sudah malam"

"Baiklah... pikirkan yang matang Ab, jangan sampai kamu menyesal, kami juga mau istirahat." kata pak Umar.

Abu berjalan ke kamar dengan pikiran tidak menentu. Menikah dengan Liha? Menikah dengan Liha? pikiran itu memenuhi otak Abu.

Abu merebahkan tubuhnya berbantalkan tangan. Bisa saja ia menerima saran ayah agar menikahi Liha. Abu tahu ayah tidak akan membuat anaknya sengsara. Namun, bagaimana nasip gadis tomboy?

Ya Allah...

Selama hidup baru kali ini Abu dihadapkan dalam dua pilihan yang sama-sama berat. Jika di tanya apakah Abu mencintai Midah? Tentu tidak! Kasihan itulah sebutan yang paling tepat. Tetapi kesungguhan Midah membuat hati Abu selama dua tahun ini belum mau membuka hati untuk wanita lain dengan harapan bisa mencintai Midah, walaupun cinta itu tak kunjung hadir di hati Abu hingga kini.

*********

Pagi hari setelah subuh burung-burung berkicau di pepohonan sekeliling rumah panggung paling kecil di antara rumah-rumah yang lain. Mata hitam menatap keluar jendela kamar, namun belum ada yang terlihat. Waktu belum menunjukan pukul 5 pagi tentu masih gelap. Angin pagi menerpa wajah nan ayu, rambut tergerai panjang. Tentu walaupun membuka hijab toh tidak ada yang melihat.

Gredeek...

Wanita cantik membuka jendela lebih lebar lagi agar udara segar masuk. Ia balik badan menatap putrinya masih dalam keadaan tidur pulas.

"Cup" wanita itu mengecup wajah putri nya. Membetulkan selimut sebelum akhirnya ke dapur.

"Kamu sudah shalat Liha?" Tanya ibu berusia 45 tahun sedang menyalakan kompor guna merebus air.

"Sudah Bun... Bunda mau masak apa? Kok sayuranya banyak sekali?" Liha menatap sayuran dalam tampah dan ada dagingnya pula. Tidak biasanya bu Indah memasak daging jika tidak sedang ada acara. Tentu berbeda saat masih ada ayah masak makanan seperti ini bukan masakan mewah karena almarhum ayah Aslihah seorang pemborong teman pak Umar.

"Liha... Seperti yang ibu bicarakan kemarin, keluarga pak Umar siang nanti mau silaturahmi, Nak," kata bu Indah diplomatis.

"Ibu... sudah aku bilang, aku belum mau menikah dulu untuk saat ini" tolak Aslihah. Menikah dengan pria yang masih lajang membuat nya berpikir dua kali. Apakah pria itu nanti akan bisa menyayangi putrinya? Itulah yang menjadi pertimbangan Liha.

"Liha... Ibu tahu, pasti kamu berpikir apakah Abu bisa menyangi Aisyah gitu kan maksud kamu?" bu Indah seolah tahu apa yang Liha pikirkan. "Jangan khawatir Liha, Ibu tahu siapa Abu," bu Indah meyakinkan.

Keduanya saling diam bu Indah melanjutkan memasak sementara Aslihah membantu.

Siang harinya.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikumsalam..."

Pak Umar, dan bu Ifah sudah tiba, di ikuti Abu di belakang. Bu Indah menyambut tamu-tamu nya dengan senyum merekah.

"Masuk-Masuk" titah bu Indah.

"Terimakasih" Ifa pun akhirnya masuk bersama suami dan Abu.

"Om Abu..." bocah kecil yang tak lain adalah Ais menyambut kedatangan Abu dengan riang. Tentu membuat tiga orang tua itu menganga.

"Ais... kamu tinggal disini?" seketika Abu menggendong Aisyah.

"Iya Om, ini kan rumah Nenek Ais," celoteh Ais.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya nenek dan Ifah bersamaan.

"Nenek... ini namanya Om Abu" Ais menunjuk dada Abu dengan tangan kiri sementara tangan kanan merangkul Abu. Ketiga orang tua itu saling pandang.

"Kami bertemu di bandara tempo hari Bu..." Abu menyahut.

"Oh gitu... kok kamu tidak cerita sama Nenek?" tanya bu Indah kepada Ais.

"Lupa..." Ais menjatuhkan kepalanya di dada Abu. Mengundang gelak tawa.

"Ya Allah... sampai lupa, silahkan duduk Pak.. Bu..." titah bu Indah.

"Terimakasih..." semua lantas duduk di tikar yang sudah di gelar oleh bu Indah. Mereka ngobrol ringan sebelum berbicara serius. Sentara Abu Miftah asik mendengarkan celotehan Ais, kadang terbahak-bahak.

Wanita berhijab cantik baru keluar dari dapur sambil membawa nampan siapa lagi jika bukan Aslihah. Ia berjalan santai menuju tikar meletakan minuman di tempat itu.

"Liha," sapa bu Ifa dan pak Umar bersamaan.

"Bapak... Ibu..." Lihah salim tangan bu Ifah.

"Kamu makin cantik saja..." bu Ifah tersenyum.

"Terimakasih Bu..."

"Umma... ini Om yang aku celitain kemalin," kata Ais masih duduk di pangkuan Abu cerita dengan kas bahasa cadel .

Liha menatap wajah Abu begitu juga sebaliknya. Keduanya sama-sama berpikir. Oh... jadi pria ini, yang akan di jodohkan dengan aku? Liha menunduk menyuguhkan minuman satu persatu.

Sementara Abu sebenarnya masih ingat wajah Liha ketika SMK dulu, karena Liha adik kelasnya yakni teman Rembulan. Namun Abu tidak memperhatikan Liha karena yang selalu Abu lirik ketiku itu adalah Rembulan. Ternyata Dia lebih cantik. Abu pun kemudian menundukkan pandangan.

"Silahkan diminum Bu... Pak..." kata Liha.

"Terimakasih Liha" Pak Umar menyeruput teh minuman yang digemari masyarakat indonesia itu.

Liha pun akhirnya duduk bergabung dengan kedua keluarga posisi melingkar. Pak Umar membicarkan niat baiknya bermaksud melamar Liha.

"Liha... kami sudah membicarakan hal ini kepada Abu dan Abu pun menyetujui lalu bagaimana dengan kamu?" Pak Umar ingin jawaban langsung dari Aslihah.

Aslihah menarik napas panjang. Di tatapnya pria tampan di depannya yang sedang memangku Ais. Tergambar kebahagiaan di wajah Ais. Hati Liha sedikit mencair. Terlebih Ais sedang memainkan jenggok pria itu dengan cara melintir. Tetapi anehnya pria itu tampaknya senang juga di perlakukan seperti itu.

"Sebenarnya saat ini saya hanya ingin fokus kepada Aisyah Pak, jika saya boleh usul biarkan kami ta'aruf dulu" jawab Liha.

"Saya setuju Yah..." Abu menyahut dengan semangat.

"Ide kalian bagus, tetapi bukankah kamu tinggal disini hanya seminggu Abu?" Tanya Umar.

"Ayah betul, dalam waktu seminggu ini biarkan kami saling mengenal," pungkas Abu. Pertemuan dua keluarga telah selesai, Pak Umar pun pamit undur diri.

"Om... Om jangan pulang... Om disini saja," Aisyah menahan tangan Abu ketika ingin beranjak.

...BERSAMBUNG....

Terpopuler

Comments

Senajudifa

Senajudifa

aku ngga tega jd bacax😥😥

2023-06-04

0

Rahma AR

Rahma AR

lanjut

2023-04-11

0

mom mimu

mom mimu

ketiku/ketika ✌🏻

2023-04-06

0

lihat semua
Episodes
1 PoV Abu Miftah.
2 Aslihah.
3 Tiba di kampung halaman
4 Ta'aruf.
5 Mengantri jodoh.
6 Masuk rumah sakit.
7 Rencana menikah.
8 Sah
9 Menjadi sahabat
10 Rindu hangat kuku.
11 Berangkat sendiri. Pulang bertiga.
12 Kecewa.
13 Dag dig dug.
14 Terkejut.
15 Sedikit tahu tentang siapa Abu.
16 Guguk vs Meong.
17 Mesum dengan meong.
18 10 ribu dapat tiga.
19 Mau dikawinkan.
20 Hancurnya hati kedua wanita.
21 Aku tidak layak untuk kamu.
22 Sakit hati Liha.
23 Isi hati Abu.
24 Midah menghilang.
25 Buka Kartu.
26 Pulang kampung.
27 Melamar pekerjaan.
28 Menyogok.
29 Marah.
30 Main petak umpet.
31 Tamu tak diundang
32 Drama malam.
33 Sedih, kecewa, iri.
34 Kecelakaan.
35 Setengah hari lima juta.
36 Masalah datang lagi.
37 Pertemuan pertama.
38 Ancaman.
39 Benarkah ini tomboy.
40 Sandiwara cinta.
41 Sambal Pahit.
42 Kalau rindu kirim surat.
43 Tidak sengaja bertemu.
44 Ondel Ondel.
45 Tertangkap mesum.
46 Teteh mau kawin.
47 Tangis di tengah sawah.
48 Piu piu. Fai lieur.
49 Pingsan.
50 Kebaya Lamaran.
51 Pelukkan Dahsyat.
52 Terpaksa mengiklaskan.
53 Aisyah hilang.
54 Siap Tempur.
55 Pertarungan.
56 Tidak kuat menerima kenyataan.
57 Kamu dimana Anakku.
58 Terluka parah.
59 Sifat manja Nanta.
60 Perasaan Nanta.
61 Senjata makan tuan.
62 Mengarang cerita.
63 Hanya Mimpi.
64 Bab 63
65 Pengantin Pria Tidak Datang.
66 Tidak punya perasaan.
67 Terlanjur kecewa.
68 Air Mata di malam pertama.
69 Babak belur.
70 Om vs Radito Pratama.
71 Lepas dari genggaman.
72 Tidak seperti yang dulu.
73 Aku masih seperti yang dulu.
74 Sehari semalam bersamamu.
75 Bertemu mertua.
76 Cubit-cubitan.
77 Senantiasa bersyukur.
78 Tiba di kampung halaman.
79 Memadu kasih di atas bukit.
80 Keluarga harmonis.
Episodes

Updated 80 Episodes

1
PoV Abu Miftah.
2
Aslihah.
3
Tiba di kampung halaman
4
Ta'aruf.
5
Mengantri jodoh.
6
Masuk rumah sakit.
7
Rencana menikah.
8
Sah
9
Menjadi sahabat
10
Rindu hangat kuku.
11
Berangkat sendiri. Pulang bertiga.
12
Kecewa.
13
Dag dig dug.
14
Terkejut.
15
Sedikit tahu tentang siapa Abu.
16
Guguk vs Meong.
17
Mesum dengan meong.
18
10 ribu dapat tiga.
19
Mau dikawinkan.
20
Hancurnya hati kedua wanita.
21
Aku tidak layak untuk kamu.
22
Sakit hati Liha.
23
Isi hati Abu.
24
Midah menghilang.
25
Buka Kartu.
26
Pulang kampung.
27
Melamar pekerjaan.
28
Menyogok.
29
Marah.
30
Main petak umpet.
31
Tamu tak diundang
32
Drama malam.
33
Sedih, kecewa, iri.
34
Kecelakaan.
35
Setengah hari lima juta.
36
Masalah datang lagi.
37
Pertemuan pertama.
38
Ancaman.
39
Benarkah ini tomboy.
40
Sandiwara cinta.
41
Sambal Pahit.
42
Kalau rindu kirim surat.
43
Tidak sengaja bertemu.
44
Ondel Ondel.
45
Tertangkap mesum.
46
Teteh mau kawin.
47
Tangis di tengah sawah.
48
Piu piu. Fai lieur.
49
Pingsan.
50
Kebaya Lamaran.
51
Pelukkan Dahsyat.
52
Terpaksa mengiklaskan.
53
Aisyah hilang.
54
Siap Tempur.
55
Pertarungan.
56
Tidak kuat menerima kenyataan.
57
Kamu dimana Anakku.
58
Terluka parah.
59
Sifat manja Nanta.
60
Perasaan Nanta.
61
Senjata makan tuan.
62
Mengarang cerita.
63
Hanya Mimpi.
64
Bab 63
65
Pengantin Pria Tidak Datang.
66
Tidak punya perasaan.
67
Terlanjur kecewa.
68
Air Mata di malam pertama.
69
Babak belur.
70
Om vs Radito Pratama.
71
Lepas dari genggaman.
72
Tidak seperti yang dulu.
73
Aku masih seperti yang dulu.
74
Sehari semalam bersamamu.
75
Bertemu mertua.
76
Cubit-cubitan.
77
Senantiasa bersyukur.
78
Tiba di kampung halaman.
79
Memadu kasih di atas bukit.
80
Keluarga harmonis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!