5

Sepeninggalnya Tasya dan Reyhan, Bagas pun bergegas menuju Bengkel miliknya yang telah dikelolanya semenjak ayahnya meninggal, disini lah tempat kesehariannya bersama sahabatnya yang bernama Dimas, dan beberapa orang karyawan yang bekerja dengannya...

Ternyata Dimas tidak benar-benar pulang kampung, itu semua hanya trik Bagas untuk mendekatkan adiknya dengan suaminya.

"Hai bro... Gua perhatiin lo dari tadi ngelamun terus, apa yang sedang lo pikirkan??" tiba-tiba Dimas mengagetkan Bagas yang memang dari tadi sedang melamun, begitu banyak yang dia pikirkan..

"Iyaaa Bro... Gua memang lagi pusing mikirin si Tasya. Gua pikir setelah menikahkan Tasya dengan Reyhan gua bakalan pergi dengan tenang ke Jerman, tapi sepertinya tidak begitu. Tasya begitu keras kepala, di suruh cuti aja nggak mau. Apa salahnya kan libur dulu, minimal satu atau dua hari lah. Mereka juga sepertinya belum bertegur sapa. Pusing gua.." Bagas memicit keningnya...

"Sudah lah bro, ini namanya permulaan. Ya nggak mudah lah bagi mereka langsung dekat gitu. Apalagi sebelumnya mereka belum pernah ketemu kan? mereka butuh waktu bro.." Dimas menenangkan sahabatnya itu. "Kapan rencananya lo berangkat??"

"Lusa kayaknya.. Gua benar-benar minta tolong ama lo. Lo jaga dan rawat lah bengkel ini seperti milik lo sendiri. Hanya ini peninggalan bokap gua bro. Sebenarnya gua berat meninggalkan bengkel ini, gua seperti nggak ngejaga peninggalan bokap gua. Yang sudah di rintisnya dari O, tapi ya mau gimana lagi. Gua juga nggak mungkinkan hidup begini terus.."

Bengkel Bagas memang sudah teekenal di mana-mana.

"Lo tenang aja bro, gua pasti akan menjaga dan menjalankan bengkel ini dengan baik.. Elo nggak usah khawatir tentang itu, lo hanya perlu membahagiakan keluarga yang telah lama lo tinggalkan, syukur-syukur nanti Intan bisa lo bawa balik ke Indonesia..." Kata Dimas sambil menepuk-nepuk punggung Bagas...

"Oke bro, gua percaya sama lo.... "

Jam sudah menunjukan pukul 3 sore dan sudah waktunya Tasya pulang. Hari ini begitu melelahkan baginya, karna ada kecelakaan lalu lintas, yang mengakibatkan 4 orang penumpang didalam mobil itu mengalami luka-luka berat. Kebetulan hari ini Tasya piket Ugd.

"Hadeeehhh... kok Reyhan belum datang ya? capek banget nih pengen istirahat.."

Cukup lama Natasya memandangi layar ponselnya, dia ragu-ragu untuk menelpon duluan.

"Telpon nggak... telpon nggaakkk..? Uuuuuuhhhhh.., benar-benar menyebalkan. Apa gua naik taksi online aja kali ya..? Tapi kalau nggak pulang sama dia, Mas Bagas pasti ngomelin gua.."

Tok..tok.. ceklek, Vara langsung masuk ke ruangan Tasya. "Buk Dokter kok belum pulang sih? lagi nunggu jemputan ya?? acie.. cie... yang udah punya suami.." goda Vara

"Apaan sih lo Var? nggak lucu..!" Tasya memberengut kesal.

Vara adalah sahabat baik Tasya dari SMA. Mereka bahkan kuliah satu kampus. Namun Vara mengambil jurusan perawat, karna tidak punya biaya untuk mengambil kedokteran seperti Tasya.

"Gua duluan ya.." ucap Vara.

"Iiihh tunggu dulu.."

"Nggak ahh, kita kan udah nggak pulang bareng sekarang.." Vara menjulurkan lidahnya kemudian berlalu meninggalkan Tasya sendiri.

"Iihh nyebelin si Vara. Gua nggak punya pilihan lain, gua harus telpon tu orang'

Tasya langsung memencet nomor Reyhan di hpnya. Tak menunggu lama, langsung ada jawaban di ujung sana.

"Hallo.."

"Gua udah mau pulang ni.."

"Oke, tunggu ya sepuluh menit lagi gua nyampe.."

Tut.. Reyhan memutuskan sambungan telpon terputus

"Huuuuuuffftt nggak sopan bangat sih..!" Tasya melemparkan ponselnya di meja.

10 menit telah berlalu, namun Reyhan belum datang juga.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***