KECUPAN DI PIPI

"Dicium?!" Nala langsung memegang bibirnya.

"Kapan? Kok aku nggak merasakan apa apa," ucap Nala.

"Waktu kamu tercebur di kolam renang itu. Pas keluar kan tak bernafas, jadi dicium cium gitu sama Uncle mu itu, bahkan bagian dadda mu dipegang pegang," jawab Edelweiss.

"Dadda ku?" Nala langsung memegang kedua payyudara nya dengan kedua tangan.

"Bagaimana bisa?" tanya Nala dengan sendu.

Edelweiss mengelus punggung Nala, menenangkan sahabatnya itu, "Aku tahu, kamu pasti kecewa karena dia telah berbuat hal yang tidak pantas padamu."

"Bagaimana bisa aku tidak merasakannya, El?! Aku sudah mengharapkan sejak dulu kalau ia akan menyentuhku, bahkan aku sampai terbawa ke dalam mimpi karena mengharapkannya," ujar Nala.

"Kalau begitu kamu terjun lagi saja ke kolam, pasti ia akan mengulangi hal yang sama."

Pletakkk

"Ishhh ... Masa kamu menyuruhku terjun lagi ke dalam kolam mengerikan itu? Membayangkan saja aku mau pingsan," ungkap Nala.

"Kan kamu ingin merasakannya lagi," ucap Edelweiss.

"Seharusnya saat itu kamu membangunkan aku, jadi aku bisa merasakannya," ucap Nala lagi.

"Saat itu aku panik, Na. Apalagi ada genk F4 di sana. Kamu tahu kan kalau aku tak suka dekat dekat dengan mereka," ucap Edelweiss.

"Aku tahu, aku hanya bercanda," Nala sangat mengerti perasaan Edelweiss. Dulu sebelum dekat dengan Nala, Edelweiss sering sekali di bully oleh genk F4. Mereka bahkan menjadikan Edelweiss sebagai pembantu mereka dalam mengerjakan segala tugas tugas.

"Na, aku juga datang ke sini menjengukmu karena ... Aku mau pamit."

"Pamit? Kamu jangan seperti orang yang akan pergi jauh! Kita akan bertemu lagi kalau kamu pulang ke sini," ucap Nala.

"Aku ... Aku tak akan kembali lagi ke sini, Na. Aku akan menetap di Toronto. Kedua orang tuaku akan pindah ke sana."

"Whatt?!" Nala tak percaya apa yang didengarnya. Bukankah Keluarga Rivera memiliki usaha di kota ini, bahkan perusahaan mereka terbilang cukup besar, meski tak sebesar Alpenze Corp milik keluarganya.

Edelweiss tersenyum tipis. Ia pun tak tahu mengapa kedua orang tua nya tiba tiba berubah pikiran, tak ada yang memberitahukan apapun padanya.

"Kalau begitu nanti aku yang akan mengunjungimu di sana, El. Aku berjanji akan sering menghubungimu," ucap Nala.

Edelweiss menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu aku pulang dulu. Aku harus segera berangkat. Jaga dirimu baik baik, okay. Aku menyayangimu, Na."

"Aku juga sayang padamu, El. Sudah ... Sudah ... Jangan menangis lagi. Aku tak kuat jika melihatmu menangis," ucap Nala yang mengusap bulir air yang mulai keluar dari sudut matanya.

"Aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi," pamit Edelweiss.

"El! Jangan merindukanku," ucap Nala bercanda yang membuat Edelweiss langsung tersenyum.

*****

Setelah satu malam menginap di rumah sakit, akhirnya Nala kembali pulang. Rumah mereka terasa sepi sekali, itu karena Dad Michael, Mom Alexa, dan Nicholas sedang pergi berlibur ke Indonesia.

"Istirahatlah," ucap Nathan.

"Aku sudah terlalu banyak beristirahat," gerutu Nala kesal. Pasalnya sejak tadi, Nathan selalu saja menyuruhnya istirahat.

"Kalau begitu, hubungi sahabatmu dan minta ia menginap di sini," ucap Nathan lagi. Ia tahu Nala akan selalu kembali ceria jika bersama dengan Edelweiss.

"Elis sudah pergi, Nat."

"Pergi?" tanya Nathan yang ingin mempertegas ucapan Nala.

"Hmm ... Ia berangkat ke Toronto semalam ... dan keluarganya akan menetap di sana," jawab Nala sendu.

"Ke Toronto? Mengapa ia tak mengatakannya padaku?"

"Aku ke kamar dulu, Nat," ucap Nala kemudian melangkahkan kakinya untuk menaiki tangga menuju kamar tidurnya. Sementara itu Nathan terdiam dengan pikirannya sendiri.

Di dalam kamar, Nala mengambil ponselnya. Ia mencoba menghubungi Edelweiss, tapi tidak tersambung. Ia mencoba sekali lagi, tapi tetap tak tersambung.

"Kamu sedang apa, El? Aku kangen," gumam Nala.

*****

One meletakkan dua buah map di atas meja, di hadapan Nathan. Map tersebut berisi surat pemindahan kepemilikan perusahaan milik Keluarga Fanta dan juga Keluarga Amadea.

Nathan memang hanya ingin memberi goncangan kecil, yakni mengambil alih perusahaan itu, tapi tetap membiarkan keluarga mereka bekerja dan memimpin perusahaan tersebut. Jika sampai sekali lagi mereka berani mengganggu Nala, maka Nathan akan membuat mereka berada di jalanan tanpa sepeser uang pun.

Tak banyak kata yang diucapkan oleh Nathan. One pun akhirnya keluar setelah menyerahkan map tersebut. Di usia Nathan yang masih 17 tahun, ia terlihat lebih mengerikan dibandingkan Tuan Axton. Padahal Michael dan Alexa tak semengerikan itu, bahkan Michael dikenal sebagai sosok yang sangat 'humble'.

"Uncle!" Nala langsung menghampiri One yang baru saja keluar dari ruang kerja di rumahnya itu.

"Ada apa?" tanya One.

"Uncle tak menemaniku di rumah sakit?" tanya Nala. Sungguh ia ingin sekali ditemani oleh One, tapi bodyguard nya itu tak pernah kelihatan. Justru yang selalu ada malah Ten, asisten sekaligus bodyguard Nathan.

"Ada hal yang harus Uncle kerjakan," jawab One.

"Apa hal itu lebih penting dariku?" tanya Nala.

Melihat keadaan Nala yang sudah seperti sebelum kejadian itu, membuat One bernafas dengan lega. Musibah apapun yang menimpa Nala, selalu membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan rasa takut seakan menjalar di dalam hatinya.

"Tentu saja tidak, tapi ....," melihat wajah One yang berubah, membuat Nala sedikit tersenyum.

"Jangan dipikirkan, Uncle. Aku tidak marah. Terima kasih sudah menyelamatkanku," Nala langsung memeluk One dengan sangat erat, sementara One hanya terdiam, menahan kedua tangannya untuk tidak membalas pelukan Nala.

Nala melepaskan pelukannya ketika tak ada balasan dari One. Sungguh ia sangat menginginkan dan mengharapkan balasan dari pelukannya tadi. Ia menatap wajah One dengan jelas karena jarak mereka yang begitu dekat.

Uncle, mengapa kamu harus begitu tampan? Bahkan dengan mudahnya Uncle memporak poranda kan hatiku ini, bahkan dengan sikapmu yang terkadang acuh padaku. - batin Nala.

cuppp ...

Nala tersenyum setelah berhasil mendaratkan sebuah kecupan di pipi One, sementara One hanya diam saja di hadapan Nala. Tak ada reaksi apapun, hingga Nala tak bisa menilai dan memperkirakan apa yang saat ini dirasakan oleh Uncle bodyguardnya itu.

"Aku permisi dulu," pamit One yang harus kembali ke markas Black Alpha untuk mengerjakan sesuatu.

Ia harus segera pergi dari sana, sebelum ia melakukan hal yang tak semestinya. Ya, sedari tadi ia menahan diri untuk tidak membalas semua perlakuan Nala padanya. One memegang pipinya di mana ia masih bisa merasakan kecupan dari bibir lembut Nala.

Ia harus terus menjaga sikapnya. Ia tak ingin membuat kekacauan yang berakhir dirinya akan dipulangkan kembali ke Jepang, tempat Ayahnya berasal.

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Merasa kehilangan kan Nath..Makanya jgn dingin- dingin sama El..

2024-08-11

0

Datu Zahra

Datu Zahra

jarak usia One sama Nala ini berapa ya Thor

2024-06-20

0

Ita rahmawati

Ita rahmawati

huh apa kmu blg nathan "mngpa tdk mngtakannya padaku" emg kmu siapa,,cuma kakak dari sahabatnya dn juga suka jutek sm dia ngapain juga hrus bilang² 😏😏
kmu terjejutkn,,atau merasa kehilangan 🙄🙄

2024-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!