BAGAIMANA RASANYA DICIUM?

Nathan baru saja selesai membersihkan diri. Ia langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya menatap langit langit kamar tidurnya, menerawang tanpa suara.

Ia menghela nafasnya pelan kemudian meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Ia membukanya dan melihat sesuatu yang nampak di layar ponselnya, sampai akhirnya muncul nama Ten di sana, asisten pribadinya yang secara khusus disiapkan oleh Mom Alexa.

"Ada apa, Uncle?" tak biasanya Ten mengusik dirinya saat ia sudah berada di rumah, apalagi malam sudah larut.

"Nala masuk rumah sakit," ucap Ten.

"Siapkan mobil, kita ke sana. Jangan sampai Dad dan Mom tahu hal ini," perintah Nathan. Dad Michael dan Mom Alexa sedang mengunjungi Grandpa Azka dan Grandma Mia, bersama dengan Nicholas. Nathan dan Nala akan menyusul mereka beberapa hari lagi.

Nathan yang awalnya ingin beristirahat pun kembali ke area wardrobe dan mengganti piyamanya. Ia segera keluar dan menemui Ten yang tinggal di paviliun belakang bersama dengan keluarganya.

Ten melajukan mobilnya dengan cepat. Untung saja suasana jalan sudah sepi karena memang hari sudah sedikit larut. Mereka pun akhirnya sampai di rumah sakit.

Nathan langsung menuju ke bagian gawat darurat. Di sana ia melihat One dan juga Edelweiss. Matanya menatap tajam ke arah sahabat adiknya itu.

Bukankah aku sudah menitipkan Nala padanya. Seharusnya ia bisa memperhatikan Nala, meskipun sedikit. Tak dapat dipercaya! - batin Nathan.

"Saat ini sedang ditangani oleh dokter. Nala tercebur ke dalam kolam renang," jelas One.

Nathan rasanya semakin marah, apalagi mendengar bahwa Nala mengalami musibah di mana itu adalah trauma nya. Air, ya ... Sejak kejadian ia hampir ditenggelamkan oleh pengasuhnya di dalam bathtub, Nala memang sangat menghindari hal hal yang berhubungan dengan air, kecuali minum dan mandi.

"Selidiki semuanya!" perintah Nathan. Ia yakin tak mungkin Nala menceburkan dirinya sendiri. Pasti ada sesuatu yang terjadi di sana setelah ia pergi.

One langsung pergi dari sana sementara Ten tetap menemani Nathan. Mata Nathan kembali mengarah pada Edelweiss.

"Pulanglah! Tak ada gunanya juga kamu berada di sini," ucap Nathan.

"T-tapi ..."

Nathan tak mengindahkan Edelweiss lagi. Ia menjauh dari sahabat adiknya itu dan duduk di salah satu sofa di sana. Ten pun langsung mendekati Edelweiss.

"Sebaiknya Nona pulang saja," ucap Ten.

"Tuan, bisa kah nanti mengabariku kalau Nala sudah sadar? Aku sungguh mengkhawatirkannya," ucap Edelweiss. Ia mengambil secarik kertas dari dalam tas nya dan menuliskan nomor ponselnya di sana, lalu memberikannya pada Ten.

"Baiklah."

"Terima kasih," Edelweiss pun pamit pada Ten dan melihat sekilas pada Nathan yang duduk diam menatap bagian gawat darurat.

Segera lah sadar, Na. Aku ingin bertemu denganmu sebelum kita berpisah. - batin Edelweiss.

*****

Keesokan paginya, Nala terbangun. Bayangan saat dirinya diselimuti oleh air kembali masuk dalam ingatannya. Ia juga bisa mendengar suara Edelweiss yang berteriak memanggil namanya.

"Na," Nala merasakan tangannya hangat karena genggaman seseorang.

"Nat," ucap Nala saat membuka matanya dan melihat dengan jelas bahwa Nathan lah yang ada di sampingnya.

Nathan langsung menekan tombol untuk memanggil dokter dan perawat. Mereka pun langsung datang untuk memeriksa keadaan Nala.

"Keadaannya sudah tidak apa apa," ucap sang dokter.

"Baiklah, terima kasih," ucap Nathan.

"Apa aku sudah boleh pulang?" tanya Nala yang memang tidak suka berada di rumah sakit.

"Sebaiknya Nona beristirahat lagi semalam di sini, setelah itu baru pulang," ucap sang dokter, kemudian keluar dari ruangan.

"Nat, aku mau pulang," ujar Nala. Nathan memang selalu melindungi Nala dan memperhatikan saudara kembarnya itu, meskipun sikapnya datar dan dingin.

"Baiklah, aku akan bicara dengan dokter."

"Terima kasih," ucap Nala dengan tersenyum.

*****

"Uncle sudah menemukan penyebabnya?" tanya Nathan pada One.

One menganggukkan kepalanya, "Semalam seorang pria bernama Mario menyatakan perasaannya pada Nala."

Mario? - batin Nathan.

"Nala menolaknya, lalu pria itu pergi meninggalkan lokasi acara. Nona Edelweiss menemani Nala ke sebuah meja, kemudian meninggalkan Nala untuk mengambil makanan. Saat itu lah datang empat orang gadis dan mulai berbicara dengan Nala."

Pasti Nicole dan teman temannya. - batin Nathan lagi.

"Dua orang gadis menarik Nala dan langsung mendorongnya ke arah kolam renang, lalu mereka meninggalkannya."

"Siapa?"

"Nona Fanta dan Nona Amadea," jawab One.

"Hanya mereka berdua?" tanya Nathan.

"Ya. Nona Nicole hanya melihat dan Nona Starla berdiri agak jauh," jelas One lagi.

"Buat perusahaan keluarga mereka sedikit goyang. Jika mereka macam macam lagi, hancurkan saja," perintah Nathan.

"Baik," One pun langsung pergi dari sana dan melaksanakan tugasnya.

Nathan kembali ke dalam ruang rawat Nala dan melihat saudara kembarnya itu sedang menatap sarapan pagi yang ada di hadapannya.

"Apa tidak ada makanan lain?" tanya Nala yang tak suka makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Sepertinya ia harus berbicara dengan Dad Michael agar mempekerjakan seorang koki handal di rumah sakit agar rumah sakit mereka bisa semakin ramai.

"Kalau kamu tidak mau makanan seperti itu, jangan masuk rumah sakit. Kamu seharusnya menjaga dirimu baik baik," ujar Nathan.

"Ishhh, aku kan kaget saat mereka tiba tiba menarikku. Mereka curang! Bisanya main keroyokan," gerutu Nala. Tapi di dalam hati ia bergidik ngeri jika kembali memikirkan bagaimana semalam ia harus tercebur ke dalam kolam yang dingin itu.

Tokk ... Tokk ... Tokk ...

Pintu ruang rawat Nala terbuka dan menampakkan sosok Edelweiss di depan pintu. Mata Nala langsung bersinar dan bibirnya melengkung membentuk senyuman.

"El, kamu datang!" ucap Nala senang.

Edelweiss masuk ke dalam ruangan sambil membawa sebuah tas yang Nala yakini isi di dalam nya adalah tempat makan.

"Apa yang kamu bawa?" tanya Nala antusias.

Edelweiss melangkah mendekati Nala dan meletakkan kotak makan itu di depan Nala. Nala yang tidak naffsu saat melihat makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit, kini menelan salivanya saat melihat apa yang dibawakan oleh Edelweiss.

"Aku keluar dulu," ucap Nathan. Fokus Edelweiss sedari tadi adalah Nala, hingga ia baru tersadar bahwa Nathan masih berada di sana. Ia langsung menundukkan kepalanya. Ia masih merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada Nala, karena meninggalkan sahabatnya itu sendirian.

"Makanlah," ucap Edelweiss setelah Nathan sudah benar benar keluar dari ruang rawat. Nala pun tak sungkan sungkan karena ia memang merasa sangat lapar.

Setelah Nala menghabiskan makanannya, Edelweiss membasuh tempat makan itu di wastafel, kemudian membungkusnya lagi dengan tas makan yang tadi dibawanya.

"Maafkan aku karena meninggalkanmu sendiri semalam, Na," ucap Edelweiss.

"Aku tidak apa apa, El. Tenanglah. Aku yakin Nathan akan menyelesaikan semuanya," ujar Nala yang sangat tahu bagaimana sifat Nathan. Ia yakin Nathan akan membuat perhitungan dengan para anggota F4 yang telah mengganggunya.

"Hmm ... Lalu, bagaimana rasanya dicium oleh Uncle One?" tanya Edelweiss.

"Dicium?!"

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

💕febhy ajah💕

💕febhy ajah💕

rasanya dicium gimana ya
ku jg ngak tahu 🤣🤣🤣

2023-08-27

1

Nabila Petta

Nabila Petta

Wowowowwww... Melakukan tekan pada dada enggak bisa pake nafas buatan baru bisa... Heheheeheeee Author bisa aja...


Up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up terus ya Author... Tetap semangat ya Author... God bless you Thor...

2023-03-24

1

Patrick Khan

Patrick Khan

.lanjut kak

2023-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!