"Kita lihat seberapa tajam instingmu itu," ucap Nyupena lalu memasang kuda-kuda yang terlihat kuat.
Sandra tersenyum kecil lalu berkata, "Dengan senang hati."
Tiba-tiba dari belakang, Sandra dikejutkan dengan kemunculan sosok yang menyerupai Nyupena. Sosok itu tersenyum jahat sambil mengambil posisi kuda-kuda yang sama seperti Nyupena yang ada di hadapannya. Kejadian serupa kembali terjadi pada sisi kiri dan kanan Sandra, hingga pada akhirnya Sandra di keliling oleh empat Nyupena dari empat arah.
Sandra nampak panik dengan posisinya, tubuhnya berputar-putar bergantian menghadap keempat Nyupena itu.
"Silahkan pilih mana yang akan kau hindari, Danadyaksa," ucap Nyupena dengan tersenyum lebar.
"Pilihlah aku," kata salah satu tubuh Nyupena yang berada di belakang Sandra.
Sandra lantas segera berbalik, napasnya menggebu cepat saat melihat senyum mengeringkan pada Wajah Nyupena.
"Tidak, pilihlah aku. Lihatlah tubuhku, terlihat begitu nyata bukan?"
"Pilihlah aku, pasti instingmu memilihku."
Sandra tampak bingung dan ketakutan seraya berputar-putar mengikuti keempat tubuh Nyupena yang bergantian berbicara. Rayuan dan hasutan Nyupena menggema di telinganya, membuat napasnya semakin tak beraturan, rasa putus asa perlahan mulai menghampiri hatinya.
"Tenangkan dirimu, Sandra. Ingatlah bahwa Nyupena pada saat ini adalah seorang penipu. Percayalah pada instingmu," ucap Dewi Apsarini melalui telepati.
Sandra tertegun mendengar ucapan Dewi Apsarini, ia kemudian menarik napas sambil memejamkan kedua matanya. Sandra terlihat diam menunduk, hingga pada akhirnya ia membuka kedua matanya dengan cepat. Sandra lalu menghadap salah satu dari keempat tubuh Nyupena, ia memandangnya dengan tajam. Dalam pandangannya, Sandra melihat Dewi Apsarini tengah memeluk gadis bergaun putih yang sedang menangis.
"Majulah," ucap Sandra.
"Dasar bodoh," gumam Nyupena.
Lalu keempat tubuh Nyupena melesat dengan cepat. Sandra lalu membuka kedua kakinya, mengambil posisi untuk menghindar. Dewi Apsarini terlihat cemas saat menyaksikan keempat bilah pedang mulai mendekati tubuh Sandra. Pedang Nyupena datang dari berbagai arah, mengurung Sandra dengan besi-besi tajam.
keempat tubuh Nyupena lalu bergumam dengan sombong,
"Matilah kau."
"Sudah berakhir."
"Mudah sekali."
"Bodoh sekali."
Sandra lalu tersenyum kecil, dengan reflek supernya ia kemudian menghindari tebasan pedang yang mengarah ke kepalanya, diikuti dengan loncatan cepat ke udara. Kejadian itu sontak membuat keempat tubuh Nyupena terkejut, serangan mereka yang sebelumnya terlihat kuat menjadi hambar dan tidak berdaya. Tidak berhenti disitu, Sandra lalu berputar di udara dan mendarat dengan elegan, membelakangi keempat tubuh Nyupena.
"Sekarang..." ucap Sandra sambil berbalik, "Siapa yang terlihat bodoh?" sambungnya menghadap Nyupena yang terlihat begitu marah.
Dewi Apsarini sekali lagi dibuat berdecak kagum saat melihat aksi Sandra, ia tersenyum kecil menyaksikan Danadyaksa itu.
"Bagaimana bisa?" ucap Nyupena yang geram.
"Kau kira aku tidak tahu?" balas Sandra, "keempat tubuhmu itu tidak ada yang palsu, kau menyuruhku untuk memilih tebasan mana yang harus aku hindari. Tapi sayangnya kau seorang penipu," sambungnya lalu tersenyum.
Nyupena lalu menggenggam gagang pedangnya dengan kuat, dan dalam sekejap, keempat tubuhnya kembali menyatu menjadi satu. Raut wajahnya yang sebelumnya penuh kemarahan, kini berubah menjadi datar dengan tatapan tidak mengenakan.
"Jangan meremehkanku ," kata Sandra sambil membuka kedua kakinya, "Karena aku adalah Dewi Athena!"
Tiba-tiba dengan cepat, sebuah pusaran debu emas muncul dari bawah kaki Sandra. Debu emas itu mengalir menuju ke kedua tangan Sandra yang terangkat. Sandra menyaksikan bagaimana debu emas itu bergerak dengan indah ke arah telapak tangannya yang terbuka. Dengan cepat dan yakin, Sandra membentangkan kedua tangannya, ia merasakan debu emas itu berpendar pada kedua telapak tangannya. Perlahan di tangan kanannya, debu emas yang bercahaya itu berubah dan membentuk sebuah tombak, sedangkan pada tangan kirinya, ia melihat terbentuknya sebuah perisai bundar yang memukau.
Sandra terpukau dengan kemegahan kedua senjata di tangannya. Ia merasakan jika dirinya bisa menggunakan senjata-senjata itu dengan mahir, Sandra lalu memutar-mutarkan tombaknya dengan percaya diri, kemudian segera memasang kuda-kuda yang terlihat kokoh.
Nyupena tidak menggubris hal itu, raut wajahnya masih terlihat datar dan tatapan matanya semakin keras ke arah Sandra. Tanpa berkata-kata, Nyupena kemudian memasang kuda-kuda dengan bilah pedang berada tepat di depan wajahnya. Dewi Apsarini tampak keheranan dengan Nyupena, ia merasakan ada yang aneh dengan Nyupena yang langsung memasang posisi siap untuk bertarung.
"Sandra..." ucap Dewi Apsarini melalui telepati, "Ada yang aneh dengan Nyupena."
Sandra terkejut dengan suara Dewi Apsarini. "Ada yang aneh?" balas Sandra, "Apa itu?"
"Nyupena tidak menggunakan kesempatan terakhirnya, dia malah langsung memasang kuda-kuda," ujar Dewi Apsarini.
"Mungkin Nyupena membatinnya," balas Sandra.
"Tidak," kata Dewi Apsarini, "Ucapan itu harus melalui lisan."
Sandra terdiam dan mulai menaruh curiga kepada Nyupena.
"Tidak ada gunanya berlama-lama menghadapi manusia lemah," ucap Nyupena, dengan cepat ia melesat ke arah Sandra.
Sandra terkejut dengan serangan tiba-tiba itu, dengan sigap tangan kirinya menangkis serangan Nyupena menggunakan perisainya. Benturan kedua senjata itu menghasilkan suara yang keras. Nyupena melanjutkan serangannya dengan membabi-buta, Sandra dengan sigap menangkis serangan demi serangan yang datang. Suara baja yang beradu terdengar begitu nyaring ke seluruh ruangan.
Terlihat Dewi Apsarini yang tengah memeluk wanita pemilik mimpi, menyaksikan pertarungan yang mengerikan itu. Tidak ada satupun serangan Nyupena yang berhasil mengenai Sandra. Tapi, Sandra terlihat kewalahan dengan serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Nyupena. Hingga suatu kejadian tak terduga terjadi, Sandra dengan gesit menusukan tombaknya dengan kuat ke perut Nyupena hingga menembusnya. Raut kesakitan tergambar pada raut wajah Nyupena, Sandra lalu menarik tombaknya, membuat Nyupena mengerang kesakitan lalu memaksanya untuk menjauh dengan terhuyung-huyung seraya memegang perutnya yang mengeluarkan darah berwarna hitam.
Nyupena lalu jatuh bersumpah dan membungkuk sambil memegangi lukanya. Ia sempat batuk beberapa kali hingga mengeluarkan darah hitam dari mulutnya. Sandra kemudian berjalan mendekati Nyupena yang sudah tidak berdaya.
"Sekarang siapa yang lemah?" ucap Sandra sambil berdiri di hadapan Nyupena.
Tiba-tiba dengan gerakan yang tidak terduga, Nyupena menusukan pedangnya mengarah ke jantung Sandra. Dengan terkejut, Sandra segera menepis serangan tersebut ke udara dengan perisainya. Dengan segera Nyupena bangkit dengan cepat, kemudian melancarkan pukulan keras dari tangan kirinya menuju perut Sandra. Tertipu oleh serangan sebelumnya, Sandra akhirnya menerima pukulan keras di bagian perut kanannya. Tidak berhenti disitu, Nyupena lanjut menendang dada Sandra hingga membuatnya terpental.
"Tidak!!" teriak Dewi Apsarini yang tercengang.
Dengan napas yang terengah-engah, Nyupena lalu menancapkan pedangnya ke lantai untuk menopang tubuhnya, lalu berkata, "Sampai disini dulu pertemuan kita, terimakasih telah menghiburku, Danadyaksa."
Nyupena lalu tertawa dengan jahat, kemudian pedangnya kembali masuk ke dalam lantai, dan tubuhnya melebur menjadi abu hitam yang hilang di udara.
Dewi Apsarini merasa sangat marah saat menyaksikan kepergian Nyupena. Ia kemudian mendengar batuk dari Sandra dan segera menghampirinya. Dewi Apsarini mendapati Sandra terkapar lemas di samping senjatanya, raut wajahnya menggambarkan rasa sakit yang dirasakan oleh tubuhnya. Dengan meneteskan air mata, Dewi Apsarini mendekati tubuh Sandra kemudian mengangkat kepalanya.
"D- Dewi...?" ucap Sandra dengan lirih.
"Sudah, dirimu sudah berhasil mengalahkannya. Sekarang kita kembali," ucap Dewi Apsarini.
Lalu munculah pusaran debu emas yang bercahaya menyelimuti mereka berdua, dan dalam sekejap mereka menghilang.
***
Sandra perlahan membuka matanya, dengan pandangan yang masih kabur ia melihat sebuah meja, kursi, lemari, dan laci, ia juga merasakan tengah terbaring di atas kasur yang empuk. Menyadari ada yang janggal, Sandra segera bangkit dari tidurnya, betapa terkejutnya ia saat mendapati dirinya telah berada di kamarnya. Namun tiba-tiba rasa sakit menusuk perut dan dadanya, hingga membuatnya merintih kesakitan.
"Ke- kenapa ini?" ucap Sandra sambil memegangi perutnya, lalu melihat sekeliling dengan kebingungan, "Aku sudah bangun?"
Tiba-tiba, Sandra mendengar suara notifikasi dari handphonenya yang berada di atas meja. Dengan menahan rasa sakit, ia berjalan sambil memegangi perutnya menuju meja belajar yang terlihat berantakan.
Sandra lalu menarik kursi yang berada di dekat meja belajar kemudian duduk di atasnya. "Manda?" ucap Sandra lalu meraih handphonenya, "Buset, ngomel-ngomel dia."
Sandraaaaa!!
Woi jangan tidur luu!!
Sandraaaa awas ya lu besok!!
Sandra tertawa kecil melihat isi pesan dari Amanda lalu berkata, "Maaf ya, Nda."
Sandra terus melanjutkan melihat pesan dari temannya itu, hingga Sandra dibuat tertegun dengan pesan terakhir dari Amanda.
Tugasnya udah jadiiii, udah gue kirim ke email lu. SAMA-SAMA!!
"Manda...," ucap Sandra lalu mengetik beberapa pesanan.
Sandra lalu menaruh kembali handphonenya ke atas meja, kemudian menyandarkan tubuhnya dan mengusap perut hingga dadanya.
"Kenapa rasa sakitnya tidak hilang?" ucap Sandra.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments