Dengan kaki yang gemetar serta napas yang terasa berat, Sandra mengumpulkan keberanian yang tersisa di dalam dirinya untuk menghadapi Nyupena. Ia mulai mengingat kembali kenangan-kenangan dirinya dengan Dewi Apsarini.
Nyupena tersenyum lebar saat melihat wanita bergaun merah itu berdiri, memancarkan kejahatan dan intimidasi yang kuat, Nyupena lalu melepaskan cengkraman tangannya dari leher Dewi Apsarini. sang dewi kemudian jatuh tersungkur, dan merintih kesakitan.
Sandra lantas melihat Dewi Apsarini yang kesakitan sembari memegangi lehernya, membuat amarah dalam dirinya semakin memuncak. Tiba-tiba, matanya terperangah saat melihat kobaran api yang tiba-tiba muncul di atas lantai. Api yang berkobar itu rupanya adalah sebuah gagang pedang yang perlahan muncul dari dalam lantai. Sandra lalu mendapati Nyupena tengah menjulurkan tangan kanannya, bersiap menerima gagang berapi itu. Bilah dari pedang besi begitu terlihat mengkilap, sehingga sanggup mampu memantulkan bayangan Sandra yang terpaku menyaksikan kengeriannya. Saat Nyupena berhasil menggenggam gagang pedangnya, ia lalu menarik sisa bilahnya yang masih tertancap di dalam lantai.
Sandra tidak bisa berkata-kata saat melihat pedang yang begitu panjang, bahkan panjangnya sampai melebihi tinggi penggunanya sendiri.
"Kembalilah pada rasa takutmu..." ucap Nyupena, sembari menunjuk Sandra menggunakan pedangnya.
Sandra sontak memejamkan mata dan membuang mukanya, rasa takut kembali tergambar pada raut wajahnya.
"Jangan takut, dirimu pasti bisa menghadapinya." suara Dewi Apsarini yang berbicara melalui telepati.
Sandra kembali membuka kedua matanya, lalu menatap Nyupena dengan pandangan percaya diri. Nyupena perlahan memudarkan senyum lebarnya, dirinya menjadi geram dengan tatapan mata yang dilemparkan oleh Sandra.
Nyupena lalu mengangkat pedangnya ke atas kepalanya seraya berkata dengan suara serak, "Aku adalah ahli pedang yang harus darah. Pedangku tidak pernah berhenti menebas mangsa-mangsaku."
Dewi Apsarini nampak terkejut dengan ucap Nyupena, ia kemudian memejamkan matanya lalu berbicara dengan Sandra melalui telepati.
"Sandra, perhatian apa yang diucapkan oleh Nyupena barusan. Carilah lawan dari ucapannya, niatkan dalam hatimu dan jadilah seperti ucapanmu!"
Sandra seketika tertegun, ia seketika menjadi panik dan bingung saat melihat Nyupena bersiap melancarkan serangannya. Bibirnya tampak terbata-bata karena tekanan pada pikirannya.
"Aku- Aku adalah..."
"Sudah terlambat!" seru Nyupena seraya menerjang ke depan.
"Tidak!!" teriak Dewi Apsarini yang tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat pedang melesat ke arah Sandra.
Sandra segera memejamkan matanya dengan erat lalu berteriak, "Aku adalah manusia dengan reflek super!!"
Besi tajam itu melesat bagaikan kilatan cahaya yang sangat cepat. Namun, Dewi Apsarini perlahan tersenyum lega, seakan melihat sesuatu yang sangat memukau.
Nyupena yang percaya diri pun perlahan menurunkan raut wajahnya, ia tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua matanya. Sandra dengan membungkuk ketakutan berhasil mengindari tebasan pedang Nyupena yang melesat kencang.
"Bangkitlah wahai penjaga Mayapada!" teriak Dewi Apsarini.
Sandra segera membuka kedua matanya saat mendengar teriakan Dewi Apsarini.
"A- Apa yang terjadi?" tanya Sandra lalu mendongak ke atas.
Sandra melihat Nyupena telah mengangkat pedangnya, bersiap untuk melancarkan serangan kedua. Dengan dipenuhi amarah, Nyupena lalu melayangkan pedangnya ke arah tubuh Sandra yang membungkuk. Sandra berteriak dengan kencang, namun hanya terpaut jarah yang sangat tipis, Sandra mampu menghindari tebasan pedang Nyupena dengan melompat ke sisi kanan. Melihat aksi Sandra, membuat Nyupena menekan rahang dengan emosi yang meluap-luap.
Sandra dibuat terkejut dan tidak percaya dengan aksinya sendiri, ia merasakan jika tubuhnya menjadi sangat ringan. Lalu, tanpa disadari oleh Sandra. Nyupena telah melesatkan tebasan ke arah wajahnya. Sandra dengan jelas mampu membaca arah serangan Nyupena, sehingga membuat Sandra dapat menghindari serangan tersebut dengan mudah. Pedang Nyupena yang meleset tertancap di lantai, dan semakin membuat Nyupena menjadi gusar. Sandra kemudian menatap Nyupena dengan tajam dan tersenyum sombong. Dewi Apsarini yang menyaksikan kejadian itu nampak tersenyum dengan puas.
Nyupena lalu mengayunkan pedangnya ke atas. Dan sekali lagi, serangan tersebut dapat dihindari oleh Sandra dengan mudah.
"Tubuhku bergerak sendiri? Apakah seperti ini rasanya memiliki reflek yang tinggi?" Batin Sandra.
"Bagus, Sandra," ucap Dewi Apsarini melalui telepati.
"Dewi Apsarini?"
"Sekarang dirimu harus lebih waspada. Nyupena pasti akan menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya!" ujar Dewi Apsarini.
Sandra lalu menelan ludah dan melihat Nyupena yang terdiam tidak percaya, dia kemudian menarik pedangnya yang tertancap di langit-langit. Sandra memanfaatkan kesempatan itu untuk menghampiri Dewi Apsarini yang bersimpuh sambil terus memegang lehernya yang sedikit membiru.
"Dewi Apsarini..." ucap Sandra lalu memeluk sang dewi dan menangis terharu.
Dewi Apsarini lalu membalas pelukan Sandra dengan lembut. Tidak lama kemudian, mereka berdua dikejutkan dengan Nyupena yang tiba-tiba menancapkan pedangnya ke lantai dengan keras. Membuat Sandra dan Dewi Apsarini melepaskan pelukannya dan bersiaga.
"Aku sudah muak dengan para Danadyaksa yang selalu menggangguku!" gumam Nyupena sambil menundukkan kepalanya.
Sandra nampak kebingungan dengan ucapan Nyupena.
"Apa maksudnya?" tanya Sandra kepada Dewi Apsarini.
"Danadyaksa adalah sebutan untuk para pengguna Cincin Dunia Mimpi," jawab Dewi Apsarini sembari menatap tajam Nyupena.
"Kalau sudah begini..." ucap Nyupena sambil mengangkat pedangnya, "Aku adalah si penipu yang licik dan tanpa belas kasihan," sambungnya lalu menodongkan pedangnya ke arah Sandra.
Sandra sedikit tercengang dengan ucapan Nyupena, ia lalu menatap Dewi Apsarini yang terpaku menatap Nyupena.
"Dewi Apsarini," kata Sandra, "Menjauhlah dari sini. Biarkan aku menghadapi Nyupena sendirian."
Dewi Apsarini tampak terkejut dengan ucapan Sandra. "Tidak!" serunya, "Aku tidak bisa melakukannya!"
"Percayalah pada ku, Dewi Apsarini," ucap Sandra sambil menatap dalam sang dewi.
Dewi Apsarini tertegun saat melihat tatapan tulus dari Sandra.
"Baiklah," kata Dewi Apsarini, "Tapi ada sesuatu yang harus dirimu ketahui. Dirimu hanya punya tiga kesempatan untuk mewujudkan keinginan, dan dirimu sudah menggunakannya sekali," ujar Dewi Apsarini.
Sandra tampak terkejut dengan perkataan Dewi Apsarini.
"Kenapa baru bilang sekarang?!" tanya Sandra dengan panik.
"Tenangkan dirimu. Peraturan ini juga berlaku untuk Nyupena, dan dia sudah menggunakannya sebanyak dua kali," balas Dewi Apsarini.
Sandra merasa sedikit lega, namun raut wajahnya masih menggambarkan kebingungan serta rasa cemas karena kesempatan dirinya yang hanya tersisa dua. Dewi Apsarini lalu mengangguk ke arah Sandra, dan berlari mendekati gadis pemilik mimpi yang menangis ketakutan.
"Apakah dramanya sudah selesai?" ucap Nyupena.
Sandra menghela napas sejenak, kemudian menatap keras Nyupena. Ia lalu memasang senyum lancip pada bibirnya dan berkata, "Sekarang kau harus menghadapi ku, Nyupena. Aku adalah manusia dengan insting yang tajam, membuat seluruh perkiraanku selalu tepat."
Nyupena nampak kembali dibuat gusar oleh ucapan Sandra, membuatnya kembali menekan rahangnya dengan kuat. Lalu, Nyupena bersiap untuk melayangkan serangannya.
"Kita lihat, seberapa tajam instingmu itu, Danadyaksa," ucap Nyupena.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments