Tiga kesempatan

 Dengan kaki yang gemetar serta napas yang terasa berat, Sandra mengumpulkan keberanian yang tersisa di dalam dirinya untuk menghadapi Nyupena. Ia mulai mengingat kembali kenangan-kenangan dirinya dengan Dewi Apsarini.

 Nyupena tersenyum lebar saat melihat wanita bergaun merah itu berdiri, memancarkan kejahatan dan intimidasi yang kuat, Nyupena lalu melepaskan cengkraman tangannya dari leher Dewi Apsarini. sang dewi kemudian jatuh tersungkur, dan merintih kesakitan.

 Sandra lantas melihat Dewi Apsarini yang kesakitan sembari memegangi lehernya, membuat amarah dalam dirinya semakin memuncak. Tiba-tiba, matanya terperangah saat melihat kobaran api yang tiba-tiba muncul di atas lantai. Api yang berkobar itu rupanya adalah sebuah gagang pedang yang perlahan muncul dari dalam lantai. Sandra lalu mendapati Nyupena tengah menjulurkan tangan kanannya, bersiap menerima gagang berapi itu. Bilah dari pedang besi begitu terlihat mengkilap, sehingga sanggup mampu memantulkan bayangan Sandra yang terpaku menyaksikan kengeriannya. Saat Nyupena berhasil menggenggam gagang pedangnya, ia lalu menarik sisa bilahnya yang masih tertancap di dalam lantai.

 Sandra tidak bisa berkata-kata saat melihat pedang yang begitu panjang, bahkan panjangnya sampai melebihi tinggi penggunanya sendiri.

 "Kembalilah pada rasa takutmu..." ucap Nyupena, sembari menunjuk Sandra menggunakan pedangnya.

 Sandra sontak memejamkan mata dan membuang mukanya, rasa takut kembali tergambar pada raut wajahnya.

 "Jangan takut, dirimu pasti bisa menghadapinya." suara Dewi Apsarini yang berbicara melalui telepati.

 Sandra kembali membuka kedua matanya, lalu menatap Nyupena dengan pandangan percaya diri. Nyupena perlahan memudarkan senyum lebarnya, dirinya menjadi geram dengan tatapan mata yang dilemparkan oleh Sandra.

 Nyupena lalu mengangkat pedangnya ke atas kepalanya seraya berkata dengan suara serak, "Aku adalah ahli pedang yang harus darah. Pedangku tidak pernah berhenti menebas mangsa-mangsaku."

 Dewi Apsarini nampak terkejut dengan ucap Nyupena, ia kemudian memejamkan matanya lalu berbicara dengan Sandra melalui telepati.

 "Sandra, perhatian apa yang diucapkan oleh Nyupena barusan. Carilah lawan dari ucapannya, niatkan dalam hatimu dan jadilah seperti ucapanmu!"

 Sandra seketika tertegun, ia seketika menjadi panik dan bingung saat melihat Nyupena bersiap melancarkan serangannya. Bibirnya tampak terbata-bata karena tekanan pada pikirannya.

 "Aku- Aku adalah..."

 "Sudah terlambat!" seru Nyupena seraya menerjang ke depan.

 "Tidak!!" teriak Dewi Apsarini yang tidak bisa berbuat apa-apa saat melihat pedang melesat ke arah Sandra.

 Sandra segera memejamkan matanya dengan erat lalu berteriak, "Aku adalah manusia dengan reflek super!!"

 Besi tajam itu melesat bagaikan kilatan cahaya yang sangat cepat. Namun, Dewi Apsarini perlahan tersenyum lega, seakan melihat sesuatu yang sangat memukau.

 Nyupena yang percaya diri pun perlahan menurunkan raut wajahnya, ia tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua matanya. Sandra dengan membungkuk ketakutan berhasil mengindari tebasan pedang Nyupena yang melesat kencang.

 "Bangkitlah wahai penjaga Mayapada!" teriak Dewi Apsarini.

 Sandra segera membuka kedua matanya saat mendengar teriakan Dewi Apsarini.

 "A- Apa yang terjadi?" tanya Sandra lalu mendongak ke atas.

 Sandra melihat Nyupena telah mengangkat pedangnya, bersiap untuk melancarkan serangan kedua. Dengan dipenuhi amarah, Nyupena lalu melayangkan pedangnya ke arah tubuh Sandra yang membungkuk. Sandra berteriak dengan kencang, namun hanya terpaut jarah yang sangat tipis, Sandra mampu menghindari tebasan pedang Nyupena dengan melompat ke sisi kanan. Melihat aksi Sandra, membuat Nyupena menekan rahang dengan emosi yang meluap-luap.

 Sandra dibuat terkejut dan tidak percaya dengan aksinya sendiri, ia merasakan jika tubuhnya menjadi sangat ringan. Lalu, tanpa disadari oleh Sandra. Nyupena telah melesatkan tebasan ke arah wajahnya. Sandra dengan jelas mampu membaca arah serangan Nyupena, sehingga membuat Sandra dapat menghindari serangan tersebut dengan mudah. Pedang Nyupena yang meleset tertancap di lantai, dan semakin membuat Nyupena menjadi gusar. Sandra kemudian menatap Nyupena dengan tajam dan tersenyum sombong. Dewi Apsarini yang menyaksikan kejadian itu nampak tersenyum dengan puas.

 Nyupena lalu mengayunkan pedangnya ke atas. Dan sekali lagi, serangan tersebut dapat dihindari oleh Sandra dengan mudah.

 "Tubuhku bergerak sendiri? Apakah seperti ini rasanya memiliki reflek yang tinggi?" Batin Sandra.

 "Bagus, Sandra," ucap Dewi Apsarini melalui telepati.

 "Dewi Apsarini?"

 "Sekarang dirimu harus lebih waspada. Nyupena pasti akan menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya!" ujar Dewi Apsarini.

 Sandra lalu menelan ludah dan melihat Nyupena yang terdiam tidak percaya, dia kemudian menarik pedangnya yang tertancap di langit-langit. Sandra memanfaatkan kesempatan itu untuk menghampiri Dewi Apsarini yang bersimpuh sambil terus memegang lehernya yang sedikit membiru.

 "Dewi Apsarini..." ucap Sandra lalu memeluk sang dewi dan menangis terharu.

 Dewi Apsarini lalu membalas pelukan Sandra dengan lembut. Tidak lama kemudian, mereka berdua dikejutkan dengan Nyupena yang tiba-tiba menancapkan pedangnya ke lantai dengan keras. Membuat Sandra dan Dewi Apsarini melepaskan pelukannya dan bersiaga.

 "Aku sudah muak dengan para Danadyaksa yang selalu menggangguku!" gumam Nyupena sambil menundukkan kepalanya.

 Sandra nampak kebingungan dengan ucapan Nyupena.

 "Apa maksudnya?" tanya Sandra kepada Dewi Apsarini.

 "Danadyaksa adalah sebutan untuk para pengguna Cincin Dunia Mimpi," jawab Dewi Apsarini sembari menatap tajam Nyupena.

 "Kalau sudah begini..." ucap Nyupena sambil mengangkat pedangnya, "Aku adalah si penipu yang licik dan tanpa belas kasihan," sambungnya lalu menodongkan pedangnya ke arah Sandra.

 Sandra sedikit tercengang dengan ucapan Nyupena, ia lalu menatap Dewi Apsarini yang terpaku menatap Nyupena.

 "Dewi Apsarini," kata Sandra, "Menjauhlah dari sini. Biarkan aku menghadapi Nyupena sendirian."

 Dewi Apsarini tampak terkejut dengan ucapan Sandra. "Tidak!" serunya, "Aku tidak bisa melakukannya!"

 "Percayalah pada ku, Dewi Apsarini," ucap Sandra sambil menatap dalam sang dewi.

 Dewi Apsarini tertegun saat melihat tatapan tulus dari Sandra.

 "Baiklah," kata Dewi Apsarini, "Tapi ada sesuatu yang harus dirimu ketahui. Dirimu hanya punya tiga kesempatan untuk mewujudkan keinginan, dan dirimu sudah menggunakannya sekali," ujar Dewi Apsarini.

 Sandra tampak terkejut dengan perkataan Dewi Apsarini.

 "Kenapa baru bilang sekarang?!" tanya Sandra dengan panik.

 "Tenangkan dirimu. Peraturan ini juga berlaku untuk Nyupena, dan dia sudah menggunakannya sebanyak dua kali," balas Dewi Apsarini.

 Sandra merasa sedikit lega, namun raut wajahnya masih menggambarkan kebingungan serta rasa cemas karena kesempatan dirinya yang hanya tersisa dua. Dewi Apsarini lalu mengangguk ke arah Sandra, dan berlari mendekati gadis pemilik mimpi yang menangis ketakutan.

 "Apakah dramanya sudah selesai?" ucap Nyupena.

 Sandra menghela napas sejenak, kemudian menatap keras Nyupena. Ia lalu memasang senyum lancip pada bibirnya dan berkata, "Sekarang kau harus menghadapi ku, Nyupena. Aku adalah manusia dengan insting yang tajam, membuat seluruh perkiraanku selalu tepat."

 Nyupena nampak kembali dibuat gusar oleh ucapan Sandra, membuatnya kembali menekan rahangnya dengan kuat. Lalu, Nyupena bersiap untuk melayangkan serangannya.

 "Kita lihat, seberapa tajam instingmu itu, Danadyaksa," ucap Nyupena.

 ~~

Episodes
1 YANG TERPILIH
2 Pagi
3 Perkara
4 Tekanan
5 PARA TEMAN
6 Suasana Hati
7 Liburan
8 Nenek
9 Kembali
10 Mayapada
11 Jawaban
12 Bangun
13 Rencana
14 Tujuan
15 Perubahan
16 Isi Hati
17 Efek
18 Kemunculan
19 Tiga kesempatan
20 Pertarungan
21 Belajar
22 Bertemu Kembali
23 Mencari Tahu
24 Mimpinya
25 Ajakan
26 Ketemuan
27 Andai
28 Ilusi
29 Kegagalan
30 Pulang
31 Berita
32 Duka
33 Istimewa
34 Mulai Kembali
35 Sembuh
36 Widyanita dan Gantari
37 Siasat
38 Saingan
39 Bimbang
40 Nasehat
41 Interlude 1
42 Sabar
43 Kenalan Baru
44 Perselisihan
45 Ancaman Baru
46 Mulai Tersorot
47 Anak Baru
48 Lingkaran Merah
49 Penglihatan
50 Datang
51 Trauma
52 Kenyataan Pahit
53 Dugaan
54 Kunjungan
55 Tamu
56 Bunga Tidur
57 Tafsir
58 Pembawa Pesan
59 Yang Terkasih
60 Cucuku
61 Teror
62 Bola Mimpi
63 Jebakan
64 Interlude 2
65 Rencana yang Berubah
66 Perjalanan
67 Kakak Adik
68 Tak Terduga
69 Menahan
70 Biru Laut
71 Celah
72 Berdua
73 Terpaksa
74 Kacau
75 Pertanda
76 Hilang Kabar
77 Erat
78 Pesan
79 Bencana
80 Membawa Harapan
81 Penyesalan
82 Masuk
83 Hidup dan Mati
84 Bangkit
85 Terjebak
86 Keberuntungan dan Kebenaran
87 Kembali
88 Hari Normal
89 Interlude
90 Bercerita
91 Bola Pelindung
92 Semakin Dekat
93 Percikan Pertama
94 Pelanggan
95 Strategi Baru
96 Penguntit
97 Puspa
98 Narada
99 Perpisahan
100 Yang Telah Tiada
101 Pertemuan
102 Catatan
103 Keberanian
104 Memori
105 Berkesan
106 Peperangan
107 Bunga
108 Tekanan
109 Berkecil Hati
110 Ungkapan
111 Terjebak
112 Resah
113 Pengakuan
114 Mimpi yang Diharapkan
115 Terbayang-bayang
116 Ketuk
117 Kembalilah
118 Sial
119 Taruhan
120 Hasil
121 Pulang
122 Perasaan
Episodes

Updated 122 Episodes

1
YANG TERPILIH
2
Pagi
3
Perkara
4
Tekanan
5
PARA TEMAN
6
Suasana Hati
7
Liburan
8
Nenek
9
Kembali
10
Mayapada
11
Jawaban
12
Bangun
13
Rencana
14
Tujuan
15
Perubahan
16
Isi Hati
17
Efek
18
Kemunculan
19
Tiga kesempatan
20
Pertarungan
21
Belajar
22
Bertemu Kembali
23
Mencari Tahu
24
Mimpinya
25
Ajakan
26
Ketemuan
27
Andai
28
Ilusi
29
Kegagalan
30
Pulang
31
Berita
32
Duka
33
Istimewa
34
Mulai Kembali
35
Sembuh
36
Widyanita dan Gantari
37
Siasat
38
Saingan
39
Bimbang
40
Nasehat
41
Interlude 1
42
Sabar
43
Kenalan Baru
44
Perselisihan
45
Ancaman Baru
46
Mulai Tersorot
47
Anak Baru
48
Lingkaran Merah
49
Penglihatan
50
Datang
51
Trauma
52
Kenyataan Pahit
53
Dugaan
54
Kunjungan
55
Tamu
56
Bunga Tidur
57
Tafsir
58
Pembawa Pesan
59
Yang Terkasih
60
Cucuku
61
Teror
62
Bola Mimpi
63
Jebakan
64
Interlude 2
65
Rencana yang Berubah
66
Perjalanan
67
Kakak Adik
68
Tak Terduga
69
Menahan
70
Biru Laut
71
Celah
72
Berdua
73
Terpaksa
74
Kacau
75
Pertanda
76
Hilang Kabar
77
Erat
78
Pesan
79
Bencana
80
Membawa Harapan
81
Penyesalan
82
Masuk
83
Hidup dan Mati
84
Bangkit
85
Terjebak
86
Keberuntungan dan Kebenaran
87
Kembali
88
Hari Normal
89
Interlude
90
Bercerita
91
Bola Pelindung
92
Semakin Dekat
93
Percikan Pertama
94
Pelanggan
95
Strategi Baru
96
Penguntit
97
Puspa
98
Narada
99
Perpisahan
100
Yang Telah Tiada
101
Pertemuan
102
Catatan
103
Keberanian
104
Memori
105
Berkesan
106
Peperangan
107
Bunga
108
Tekanan
109
Berkecil Hati
110
Ungkapan
111
Terjebak
112
Resah
113
Pengakuan
114
Mimpi yang Diharapkan
115
Terbayang-bayang
116
Ketuk
117
Kembalilah
118
Sial
119
Taruhan
120
Hasil
121
Pulang
122
Perasaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!