Sandra yang terpejam merasakan kedua kakinya seperti berdiri di atas pasir, tubuhnya diterpa angin yang berhembus, membawa aroma segar yang bercampur bau garam ke dalam hidungnya, kedua telinganya pula mendengar desiran ombak.
Sandra perlahan membuka matanya. "Pasir? Aahh... Aku hampir lupa, ini mimpi yang aku buat."
Sandra lalu terpesona saat melihat hamparan pasir putih yang luas. Begitu juga saat melihat ke arah laut, ia terperangah menyaksikan laut yang memantulkan cahaya jingga dari matahari terbenam. Pemandangan yang sesuai dengan gambarannya, sebuah pantai dengan pemandangan matahari terbenam.
"Wow, ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan," ucap Sandra, "Lalu dimana si Udin?" sambungnya sembari menoleh ke kanan dan ke kiri.
Sandra kemudian memicingkan matanya ke suatu tempat, ia melihat seorang pria yang sedang berjalan dengan kebingungan di pinggir pantai. Sandra kemudian tertegun saat menyadari jika orang tersebut adalah Udin Soleh dengan penampilan premannya.
"Sandra, apakah dirimu bisa mendengar ku?" ucap Dewi Apsarini.
Sandra sontak terkejut dengan Dewi Apsarini yang tiba-tiba muncul di sebelahnya.
"Dewi Apsarini?" ucap Sandra, "Nanti kalau Udin Soleh melihatmu bagaimana?"
"Dia tidak bisa melihatku," jawab Dewi Apsarini.
Sandra kembali melihat Udin Soleh yang telah menyadari keberadaannya. Udin Soleh nampak tersenyum lebar sembari melambai ke arah dirinya, dia lalu segera berlari menghampiri Sandra. Sandra terlihat takut saat Udin Soleh mendekatinya, dan tampak ingin beranjak dari tempatnya berdiri.
"Jangan takut, Sandra," ucap Dewi Apsarini.
"Tapi..." Sandra menelan ludah.
"Rizka...!!!" teriak Udin Soleh yang semakin dekat.
"Rizka?" ucap Sandra, "Jadi nama wanita ini Rizka?"
"Rizka?!" ucap Udin Soleh yang terlihat bahagia dan tergopoh-gopoh, "Apa ini beneran kamu, Rizka?!" sambungnya.
Sandra hanya mengangguk kebingungan, membuat Udin Soleh semakin melebarkan senyumannya dan dengan cepat memeluk tubuh Sandra. Kejadian itu sontak membuat Sandra terkejut hingga bola matanya terbuka lebar, ia terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa dalam dekapan Udin Soleh. Sandra lalu menatap Dewi Apsarini dengan ketakutan. Dewi Apsarini hanya tersenyum dan kemudian menggerakkan kepalanya, mengisyaratkan agar Sandra membalas pelukan Udin Soleh.
Sandra yang ketakutan itu lalu mengangkat kedua tangannya dan kembali menatap Dewi Apsarini. Dewi Apsarini kemudian mengangguk untuk meyakinkan Sandra. Sandra kemudian menghela napas panjang dan membalas pelukan Udin Soleh. Pelukan itu berlangsung cukup lama, hingga akhirnya Sandra dikejutkan dengan suara Udin Soleh.
"Rizka..." kata Udin Soleh dengan suara yang bergetar.
"I- iya?" jawab Sandra.
Udin Soleh kemudian melepaskan pelukannya dan beralih menggenggam kedua bahu Sandra. Sandra tertegun saat bertatap muka dengan Udin Soleh yang terlihat mengerikan. Akan tetapi dibalik wajah seramnya itu, terlihat mata yang sembab dan berlinang air mata. Tergambar jelas kerinduan pada raut wajahnya.
"Aku... aku tidak percaya akan bertemu denganmu lagi, Rizka," ucap Udin Soleh.
"Panggil dia dengan sebutan Mas," ucap Dewi Apsarini.
Sandra tertegun saat mendengar suara Dewi Apsarini yang tiba-tiba muncul di dalam kepalanya.
"Kita bisa saling berbicara melalui telepati, Sandra," ujar Dewi Apsarini.
Sandra lalu perlahan tersenyum sembari menatap wajah Udin Soleh.
"Mas...?" ucap Sandra.
Sesaat setelah mendengar suara Sandra, Udin Soleh tampak menjadi sangat bahagia lalu mengusap air matanya, dia kemudian memalingkan pandangannya ke laut yang terlihat Indah dengan matahari terbenam.
"Akhirnya impian terakhirmu bisa terwujud," ucap Udin Soleh, "Melihat senjata di pantai," sambungnya.
Sandra kemudian ikut memandang ke arah laut, di dalam benaknya ia terkesima dengan pemandangan yang dibuat oleh dirinya sendiri. Pupil mata hitamnya nampak membesar dan memantulkan cahaya jingga matahari terbenam. Raut wajah Udin Soleh tiba-tiba menjadi muram lalu perlahan menundukkan kepalanya, nampak seperti merenungi sesuatu. Sandra dibuat keheranan dengan Udin Soleh yang tiba-tiba tertunduk.
"Ada apa, Mas?" tanya Sandra.
"Akhirnya Mas-" Udin Soleh tiba-tiba menangis.
"Ada apa?!" tanya Sandra kembali.
"Akhirnya Mas bisa meminta maaf ke kamu, Rizka!" jawab Udin Soleh yang semakin tertunduk.
Sandra kembali dibuat kebingungan. "Mi- minta maaf untuk apa, Mas?"
"Mas minta..." suara Udin Soleh kembali bergetar, "Mas minta maaf karena Mas tidak bisa membiayai pengobatan mu."
Sandra terkejut dengan perkataan Udin Soleh. Sandra yang kebingungan kemudian menatap Dewi Apsarini yang berdiri di belakang Udin Soleh. Dewi Apsarini hanya tersenyum ke arah Sandra, seakan mempercayai semuanya kepada dirinya. Sandra lalu menatap dalam Udin Soleh yang tengah menangis tersedu-sedu.
"Mas..." kata Sandra lalu meraih bahu Udin Soleh, "Mas tidak perlu minta maaf."
Udin Soleh sontak mengangkat kepalanya dan berseru, "Tapi, Rizka?!!"
Sandra terkejut saat melihat raut wajah Udin Soleh, ia dengan jelas bisa merasakan penyesalan dalam diri Udin Soleh melalui raut wajahnya.
"Mas gak bisa menepati janji!" ucap Udin Soleh.
Sandra terdiam dan kebingungan saat ingin membalas perkataan Udin Soleh yang terus menatap sedih dirinya.
"Udin Soleh memiliki masalah dengan pekerjaannya, mungkin itu bisa membantu," ucap Dewi Apsarini.
Sandra menghela napas lega. "Aku tudak pernah menyalahkan mu, Mas. Aku mengerti dengan keadaanmu dulu. Malahan aku bangga dan terharu sama perjuangan Mas waktu itu. Justru aku ingin mengucapkan terimakasih."
Udin Soleh tertegun. "Tapi--"
"Sudah, tidak ada yang perlu disesali," ucap Sandra sembari meraih pipi Udin Soleh.
Sandra kemudian memalingkan pandangannya ke arah laut sembari tersenyum.
"Pemandangan yang indah," ucap Sandra.
Sandra kemudian duduk berlunjur di atas pasir untuk menikmati langit senjata buatannya, diikuti oleh Udin Soleh yang juga ikut duduk di sisi Sandra. Udin Soleh lalu memandang wajah wanita pujaannya yang terlihat bahagia. Udin Soleh yang terhanyut akan paras wanita yang disayanginya itu tiba-tiba dikejutkan dengan Sandra menoleh ke arahnya, sontak Udin Soleh memalingkan pandangannya ke arah laut.
"Mas... " ucap Sandra.
Wajah Udin Soleh terlihat memerah, dia dengan malu kembali menoleh ke arah Sandra yang tengah memandangi dirinya. Sandra kemudian memperhatikan Udin Soleh dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Ada apa, Rizka?" ucap Udin Soleh, "Apa ada yang salah?"
"Kenapa Mas berpakaian seperti ini lagi?" balas Sandra.
Udin Soleh tampak terkejut dengan pertanyaan Sandra, dia terdiam dan berfikir sejenak. Pandangan perlahan turun, menggambarkan keraguan pada dirinya.
"Sebenarnya Mas--"
"Kenapa, Mas?!" tanya Sandra.
Udin Soleh menarik napas panjang. "Semenjak kamu pergi ninggalin Mas untuk selamanya, Mas merasa sangat tertekan. Mas gak tahu lagi harus bagaimana dan kemana," ucap Udin Soleh yang merenung, "Yang Mas pikiran cuman ini. Maaf, Rizka."
"Rizka gak suka lihat Mas seperti ini," balas Sandra sambil memasang raut wajah yang di buat marah.
Udin Soleh tampak cemas dengan respon yang diberikan Sandra.
"Rizka...?" ucap Udin Soleh, "Kenapa kamu ngomong begitu?"
Sandra melirik ke arah Udin Soleh. "Mas kan udah janji buat berubah?!"
Udin Soleh kembali tertunduk dan berkata, "Maaf Mas sudah mengecewakanmu, Rizka."
"Sebenarnya Rizka merasa sedih saat melihat Mas kembali menjadi preman," ucap Sandra, "Mas tahukan kalau perbuatan itu tidak baik? Rizka selalu berharap Mas bisa berubah menjadi lebih baik, dan bermanfaat untuk orang lain. Aku ingin kebaikan Mas ke Rizka juga diberikan kepada orang lain."
Udin Soleh dengan cepat menoleh ke arah Sandra, bola matanya terbuka lebar saat melihat tubuh Sandra yang memudar dan memancarkan cahaya emas.
"Rizka ada apa?!!" seru Udin Soleh.
"Waktu kita bertemu sudah habis," ucap Sandra dengan tersenyum, "Aku ingin Mas kembali menjadi orang yang baik."
"Rizka...!!" suara Udin Soleh kembali bergetar.
Udin Soleh segera beranjak dari duduknya dan berusaha memeluk tubuh wanita yang disayanginya.
"Dan satu lagi, ini adalah permintaan terakhir Rizka," ucap Sandra, "Mintalah maaf kepada orang-orang yang pernah Mas ganggu."
Tubuh Sandra akhirnya melebur menjadi debu emas sesaat Udin Soleh ingin mendekap tubuhnya. Membuat Udin Soleh jatuh tersungkur dan menangis keras di atas pasir yang bercampur dengan debu emas.
*
Sandra telah kembali ke Mayapada, dengan tersenyum puas ia menatap Dewi Apsarini yang juga tersenyum ke arahnya. Sandra lalu melihat Bola Mimpi Udin Soleh yang memancarkan cahaya putih, Sandra bisa mendengar tangisan Udin Soleh dengan jelas. Senyuman pada bibirnya perlahan pudar dengan tatapan iba.
"Maafkan aku, dan semoga dirimu bisa menjadi lebih baik," ucap Sandra.
"Bagus, Sandra," kata Dewi Apsarini.
"Jika saja alarm jam weker ku tidak berbunyi, aku ingin lebih lama berbicara dengan mu, Udin," ujar Sandra.
Sandra kemudian menatap Dewi Apsarini "Dewi Apsarini?"
Dewi Apsarini hanya mengangguk dan tersenyum.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments