Perubahan

Sandra terperangah saat melihat Bola Mimpi di genggaman tangannya telah berubah menjadi bola kristal yang mengkilap. Sandra mendekatkan Bola Mimpi itu dan melihat pantulan wajahnya dengan jelas.

"Ini... Indah sekali," ucap Sandra dengan mata yang berkaca-kaca.

Dewi Apsarini kemudian bergerak mendekati Sandra. "Ini adalah tempat untuk mimpi yang belum terlupakan."

"Bagaimana cara melihat mimpi tersebut?" tanya Sandra dengan pandangan yang terpaku pada Bola Mimpi.

"Usap Bola Mimpi itu sekali ke arah kanan," jawab Dewi Apsarini.

Sandra dengan senyum kecil di wajahnya lalu melakukan apa yang dikatakan oleh Dewi Apsarini. Saat Bola Mimpi itu diusap, secara ajaib munculah ingatan mimpi milik Udin Soleh. Sandra lantas mengernyitkan dahi saat melihat ingatan tersebut, ia melihat Udin Soleh sedang duduk di dalam penjara, berbaju tahanan, dan tangah memegangi jeruji sel. Sandra kemudian semakin dalam memandang ingatan tersebut, hingga Sandra dibuat terkejut saat melihat seorang wanita berparas cantik, berambut hitam panjang, dan mengenakan gaun putih mendekati Udin Soleh yang terduduk lesu.

"Siapa dia?" tanya Sandra.

Sandra semakin menajamkan pandangannya. Sandra kemudian melihat Udin Soleh berdiri dari duduknya, tangannya segera meraih bahu wanita misterius itu dari balik jeruji, raut wajahnya pula berubah bahagia saat menatap sang wanita. Sandra melihat bibir Udin Soleh bergerak mengatakan sesuatu.

"Kenapa aku tidak bisa mendengar perkataanya?" tanya Sandra menatap keheranan ke arah Dewi Apsarini.

"Cobalah untuk melihat mimpi lainnya," balas Dewi Apsarini dengan tersenyum.

"Caranya?" tanya Sandra.

"Sama seperti sebelumnya."

Sandra kemudian melihat Bola Mimpi dengan perasaan yang semakin bertanya-tanya, ia lantas segera mengusap Bola Mimpi itu kembali. Sandra lalu melihat ingatan mimpi lain milik Udin Soleh. Sandra kembali dibuat terkejut saat melihat wanita misterius tadi tengah terbaring di atas tempat tidur, wajahnya tampak pucat dan lemas. Tidak lama kemudian datanglah seorang pria berambut pendek klimis, berpenampilan rapih dengan mengenakan kemeja hijau, celana bahan hitam, dan sepatu hitam mengkilap. Pria itu kemudian duduk di tepi ranjang, kemudian ia meraih tangan wanita bergaun putih itu lalu mencium keningnya. Sekali lagi Sandra melihat mereka berdua tengah mengobrol, dan Sandra tidak bisa mendengar suara mereka.

"Kenapa aku tidak bisa mendengar suara mereka?" tanya Sandra "Dan siapa pria ini?"

"Coba perhatikan lebih dalam," balas Dewi Apsarini, "Atau coba untuk melihat mimpi lainnya."

Sandra kembali dibuat keheranan, ia kemudian mencoba mengusap kembali Bola Mimpi tersebut akan tetapi tidak terjadi sesuatu. Sandra mencobanya kembali beberapa kali dan hasilnya tetap sama, Bola Mimpi itu tidak bereaksi.

"Kenapa ini?" tanya Sandra.

"Bola Mimpi ini hanya bisa menampilkan mimpi yang masih diingat oleh pemiliknya," jawab Dewi Apsarini.

"Jadi...?" ucap Sandra sambil mengusap-usap Bola Mimpi itu.

Sandra tanpa sengaja mengusap Bola Mimpi itu ke arah kiri, dan Sandra dibuat terkejut saat Bola Mimpi itu kembali kepada ingatan mimpi yang pertama, Sandra kemudian mengangguk pelan.

Sandra mengusap-usap Bola Mimpi itu sambil memperhatikan ingatan Udin Soleh dengan teliti. Dewi Apsarini terlihat tersenyum saat memandang Sandra yang tengah fokus ke dalam Bola Mimpi.

"Apakah dirimu melihat sesuatu, Sandra?" tanya Dewi Apsarini.

Sandra terkejut dengan pertanyaan Dewi Apsarini, ia lalu tertawa kecil sembari menggaruk kepala.

"Aku penasaran dengan apa yang mereka bicarakan," ucap Sandra, "Dan juga dengan pria berkemeja ini," sambungnya sambil menatap serius.

Sandra terus memandangi pria berkemeja itu, tidak lama kemudian ia tertegun saat menyadari bahwa pria berkemeja itu adalah Udin Soleh. Sandra nampak tercengang dan tidak percaya dengan penampilan dari Udin Soleh, raut wajahnya tampak berbeda saat menjadi preman.

"Kenapa dia berpenampilan seperti ini?" tanya Sandra.

Dewi Apsarini hanya tersenyum merespon Sandra. Sandra lalu berusaha untuk berfikir dan mencerna apa maksud dari semua mimpi itu.

"Ini hanya mimpi," kata Sandra, "Semua orang bebas menjadi siapapun, dan bebas untuk menghadirkan siapapun juga," sambungnya sambil menatap Dewi Apsarini.

Dewi Apsarini hanya tersenyum dan menatap Sandra yang tengah berusaha keras untuk berfikir sambil mengangkat Bola Mimpi milik Udin Soleh.

"Coba ingat kembali apa yang pernah aku katakan kepada dirimu, Sandra?" kata Dewi Apsarini.

Raut wajah Sandra tampak menjadi keras saat berusaha untuk mengingat-ingat.

Sandra mengerutkan dahinya. "Kenapa dia masih mengingat mimpi ini?"

"Mungkin ada hubungannya dengan masa lalunya," jawab Dewi Apsarini.

"Tunggu... masa lalu? masa lalu juga adalah pengalaman," sambungnya sambil menatap Dewi Apsarini dengan dalam.

"Apakah dirimu mulai mengerti?" tanya Dewi Apsarini.

Sandra sontak melihat Bola Mimpi di tangannya. "Ini... ini adalah pengalamannya, mimpi ini adalah pengalaman Udin Soleh. Pasti ini adalah pengalaman berharga baginya, sampai-sampai dia sangat mengingat mimpi ini."

"Betul," kata Dewi Apsarini, "Sekarang apa yang akan dirimu lakukan, Sandra?"

Sandra kemudian menurunkan pandangannya untuk berfikir.

"Sebentar," ucap Sandra lalu kembali melihat Bola Mimpi di tangannya, "Masih ada yang aku bingungkan, kenapa aku tidak bisa mendengar suara mereka?"

"Itu karena Udin Soleh hanya mengingat kejadiannya saja," jawab Dewi Apsarini.

Sandra yang kebingungan lalu mengusap Bola Mimpi itu, ia kembali melihat mimpi saat Udin Soleh tengah berada di dalam penjara. Tatapan mata Sandra sangat dalam saat melihat mimpi tersebut.

"Dewi Apsarini?" kata Sandra menatap Dewi Apsarini, "Katamu aku bisa memberikan mimpi kepada seseorang?"

Dewi Apsarini tampak tertegun dengan pertanyaan Sandra. "Iya," jawabnya singkat.

"Ingatan ini telah merubah rencana ku," ujar Sandra.

"Ceritakan tentang rencana mu itu," balas Dewi Apsarini.

"Sebelumnya aku ingin menemui Udin Soleh di dalam mimpinya," kata Sandra, "Dan aku ingin menasehatinya. Memang terdengar naif, tapi hanya itu yang terlintas di pikiranku."

"Tidak, Sandra," balas Dewi Apsarini, "Rencana itu tidak naif, selagi dirimu masih ingin berusaha, maka itu akan bisa merubahnya."

"Mungkin," ucap Sandra, "Tapi aku punya strategi baru," sambungnya dengan tersenyum.

"Apa itu?" tanya Dewi Apsarini sambil tersenyum penasaran.

"Dewi Apsarini," ucap Sandra, "Katamu aku bisa melakukan apa saja saat berada di Mayapada kan?"

Dewi Apsarini kemudian mengangguk sambil berkata, "Tentu saja."

Sandra lalu menatap percaya diri Bola Mimpi yang digenggam tangan kanannya itu.

"Berarti aku bisa berubah menjadi orang lain?" tanya Sandra.

Dewi Apsarini kemudian menajamkan senyumannya setelah mendengar ucapan Sandra.

"Bagaimana cara melakukannya?" tanya Sandra kembali sembari menatap Dewi Apsarini.

"Ada mantra khusus untuk itu," jawab Dewi Apsarini.

Sandra kemudian mengangguk kecil. "Tunjukkan itu."

"Baiklah," ucap Dewi Apsarini, "Genggam Cincin Dunia Mimpi," sambungnya.

Sandra dengan hati-hati melepaskan Bola Mimpi milik Udin Soleh dari tangannya, lalu menggenggam Cincin Dunia Mimpi.

"Pejamkan kedua matamu dan mulailah mengusap cincin itu dengan perlahan," ujar Dewi Apsarini.

Sandra segera melakukan perintah Dewi Apsarini.

"Bayangkan orang yang ingin dirimu tiru. Jika sudah maka anggukan kepala."

Kemudian Sandra yang terpejam lantas menggunakan kepalanya.

"Dengarkan baik-baik dan tirukan mantranya. Mantra ini harus diucapkan sekali, tidak boleh ada pengulangan atau kesalahan," ujar Dewi Apsarini.

Sandra yang tengah fokus tiba-tiba menjadi ragu dan menelan ludah dalam-dalam.

"Sinukmaya winahya ing asepi."

Sandra menarik napas kemudian mengucapkan mantra, "Sinukmaya winahya ing asepi."

Sesaat Sandra mengucapkan mantra, munculah debu emas bercahaya dari kaki Sandra dan menjalar ke atas hingga menyelimuti seluruh tubuhnya, rambut pendeknya yang juga terbalur debu emas tersebut terlihat memanjang dan mengibas. Dewi Apsarini tampak tersenyum lebar dengan kejadian itu.

Hingga akhirnya debu emas yang menyilaukan itu perlahan redup dan terkelupas dari tubuh Sandra dan menghilang. Terlihat Sandra telah berubah menjadi wanita berambut hitam panjang hingga punggung, dengan hidung mancung, berkulit putih, dan raut wajah yang terlihat tenang. Sosok wanita yang persis seperti di dalam ingatan Udin Soleh.

"Buka matamu, Sandra," ucap Dewi Apsarini.

Sandra perlahan membuka kedua matanya dan memperlihatkan pupil matanya yang telah berubah menjadi hitam. Sandra lalu melihat-lihat kedua tangannya yang memiliki jari-jemari yang lebih kurus dan panjang dari miliknya, serta tubuhnya yang terlihat ramping sampai-sampai membuat baju tidur yang dikenakannya terlihat kebesaran.

"Apakah aku sudah berubah?" tanya Sandra.

"Tentu saja," jawab Dewi Apsarini.

"Aku ingin melihat wajahku," ucap Sandra.

"Maka lakukanlah," balas Dewi Apsarini.

Sontak Sandra merasa kebingungan dengan ucapan Dewi Apsarini.

"Dewi bercanda kan?" ucap Sandra, "Disini tidak ada cermin atau sejenisnya."

"Ini dunia mimpi, Sandra," ucap Dewi Apsarini.

Sandra tertegun lalu tertawa kecil. "Lalu ba- bagaimana caranya."

"Cukup pejamkan mata dan bayangkan," jawab Dewi Apsarini sembari tersenyum.

Sandra lalu memejamkan kedua matanya, tiba-tiba ia merasakan seperti menggenggam sesuatu dan sontak membuka matanya. Sandra terkejut saat mendapati sebuah cermin genggam yang telah dia bayangkan sudah berada di tangannya. Sandra lantas bercermin di cermin itu dan merasa takjub dengan wajahnya, ia kemudian meraba-raba wajahnya yang telah berubah.

"Aku tidak menyangka jika wanita ini terlihat sangat cantik jika dilihat dari dekat," ucap Sandra lalu menyudahi bercerminnya.

"Lalu bagaimana selanjutnya?" tanya Dewi Apsarini.

Sandra menatap Dewi Apsarini dengan dalam. "Aku sudah siap untuk bertemu dengannya."

"Baiklah, sekarang dirimu genggam Bola Mimpi milik Udin Soleh itu kembali," ucap Dewi Apsarini.

"Bagaimana dengan cermin ini?" tanya Sandra dengan tersenyum malu.

"Lepaskan saja dan bayangkan jika dirimu sudah tidak membutuhkannya lagi," jawab Dewi Apsarini.

Sandra kemudian melepaskan cermin itu, dan terkejut saat melihat cermin genggam itu berubah menjadi debu emas. Sandra lalu segera menggenggam Bola Mimpi milik Udin Soleh dengan kedua tangannya.

"Sekarang apa?" tanya Sandra.

"Ucapkan mantra pertama saat dirimu merubah Bola Mimpi itu," ujar Dewi Apsarini.

"A- aku lupa dengan mantranya," ucap Sandra sambil tersenyum malu.

Dewi Apsarini tampak tertawa kecil. "Baiklah, tirukan ini, ucap Dewi Apsarini, "Abyar sorot lintang kang kumedhap."

"Abyar sorot lintang kang kumedhap."

Tiba-tiba Bola Mimpi itu memancarkan cahaya terang dan menyilaukan mata, Sandra yang tengah menggenggam bola tersebut terlihat menyipitkan kedua matanya karena cahaya itu. Hingga akhirnya cahaya menyilaukan itu padam, dan terlihat Bola Mimpi milik Udin Soleh telah berubah kembali menjadi seperti bola kaca yang kosong.

"Baiklah sebelum dirimu-."

"Tunggu," ucap Sandra, "Sebelumnya aku ingin merubah pakaianku dahulu."

Sandra kemudian memejamkan kedua matanya, dan dengan ajaib pakaian yang dikenakannya berubah menjadi gaun putih yang cantik. Sandra lalu membuka matanya dan terpukau dengan pakaian barunya.

Dewi Apsarini tersenyum lebar. "Sepertinya dirimu mulai sedikit mengerti. Baiklah, jika dirimu ingin masuk ke dalam mimpi seseorang, ada mantra yang harus dirimu ucapkan."

"Apa, mantra lagi?!" tanya Sandra yang terkejut.

"Iya."

"Sepertinya banyak yang harus aku pelajari di Mayapada," ucap Sandra, "Baiklah aku siap."

"Pejamkan kedua matamu, karena dirimu ingin mengisi mimpi seseorang maka pikirkan latar dan suasana yang akan dirimu hadirkan. Pikirkan itu baik-baik," ujar Dewi Apsarini.

Sandra yang terpejam dengan tenang menganggukkan kepalanya.

"Jika sudah maka tirukan mantra ini," ucap Dewi Apsarini, "Tan samar pamoring sukma."

"Tan samar pamoring sukma."

Tiba-tiba Sandra merasa tubuh seperti terhisap, dan saat Sandra membuka kedua matanya, alangkah terkejutnya ia saat melihat tubuhnya terhisap masuk kedalam Bola Mimpi milik Udin Soleh.

"Apa yang terjadi?!!" teriak Sandra ketakutan.

"Dirimu akan masuk ke dalam mimpi Udin Soleh, Sandra," jawab Dewi Apsarini. "Jangan takut, aku akan ikut bersamamu."

~~

Episodes
1 YANG TERPILIH
2 Pagi
3 Perkara
4 Tekanan
5 PARA TEMAN
6 Suasana Hati
7 Liburan
8 Nenek
9 Kembali
10 Mayapada
11 Jawaban
12 Bangun
13 Rencana
14 Tujuan
15 Perubahan
16 Isi Hati
17 Efek
18 Kemunculan
19 Tiga kesempatan
20 Pertarungan
21 Belajar
22 Bertemu Kembali
23 Mencari Tahu
24 Mimpinya
25 Ajakan
26 Ketemuan
27 Andai
28 Ilusi
29 Kegagalan
30 Pulang
31 Berita
32 Duka
33 Istimewa
34 Mulai Kembali
35 Sembuh
36 Widyanita dan Gantari
37 Siasat
38 Saingan
39 Bimbang
40 Nasehat
41 Interlude 1
42 Sabar
43 Kenalan Baru
44 Perselisihan
45 Ancaman Baru
46 Mulai Tersorot
47 Anak Baru
48 Lingkaran Merah
49 Penglihatan
50 Datang
51 Trauma
52 Kenyataan Pahit
53 Dugaan
54 Kunjungan
55 Tamu
56 Bunga Tidur
57 Tafsir
58 Pembawa Pesan
59 Yang Terkasih
60 Cucuku
61 Teror
62 Bola Mimpi
63 Jebakan
64 Interlude 2
65 Rencana yang Berubah
66 Perjalanan
67 Kakak Adik
68 Tak Terduga
69 Menahan
70 Biru Laut
71 Celah
72 Berdua
73 Terpaksa
74 Kacau
75 Pertanda
76 Hilang Kabar
77 Erat
78 Pesan
79 Bencana
80 Membawa Harapan
81 Penyesalan
82 Masuk
83 Hidup dan Mati
84 Bangkit
85 Terjebak
86 Keberuntungan dan Kebenaran
87 Kembali
88 Hari Normal
89 Interlude
90 Bercerita
91 Bola Pelindung
92 Semakin Dekat
93 Percikan Pertama
94 Pelanggan
95 Strategi Baru
96 Penguntit
97 Puspa
98 Narada
99 Perpisahan
100 Yang Telah Tiada
101 Pertemuan
102 Catatan
103 Keberanian
104 Memori
105 Berkesan
106 Peperangan
107 Bunga
108 Tekanan
109 Berkecil Hati
110 Ungkapan
111 Terjebak
112 Resah
113 Pengakuan
114 Mimpi yang Diharapkan
115 Terbayang-bayang
116 Ketuk
117 Kembalilah
118 Sial
119 Taruhan
120 Hasil
121 Pulang
122 Perasaan
Episodes

Updated 122 Episodes

1
YANG TERPILIH
2
Pagi
3
Perkara
4
Tekanan
5
PARA TEMAN
6
Suasana Hati
7
Liburan
8
Nenek
9
Kembali
10
Mayapada
11
Jawaban
12
Bangun
13
Rencana
14
Tujuan
15
Perubahan
16
Isi Hati
17
Efek
18
Kemunculan
19
Tiga kesempatan
20
Pertarungan
21
Belajar
22
Bertemu Kembali
23
Mencari Tahu
24
Mimpinya
25
Ajakan
26
Ketemuan
27
Andai
28
Ilusi
29
Kegagalan
30
Pulang
31
Berita
32
Duka
33
Istimewa
34
Mulai Kembali
35
Sembuh
36
Widyanita dan Gantari
37
Siasat
38
Saingan
39
Bimbang
40
Nasehat
41
Interlude 1
42
Sabar
43
Kenalan Baru
44
Perselisihan
45
Ancaman Baru
46
Mulai Tersorot
47
Anak Baru
48
Lingkaran Merah
49
Penglihatan
50
Datang
51
Trauma
52
Kenyataan Pahit
53
Dugaan
54
Kunjungan
55
Tamu
56
Bunga Tidur
57
Tafsir
58
Pembawa Pesan
59
Yang Terkasih
60
Cucuku
61
Teror
62
Bola Mimpi
63
Jebakan
64
Interlude 2
65
Rencana yang Berubah
66
Perjalanan
67
Kakak Adik
68
Tak Terduga
69
Menahan
70
Biru Laut
71
Celah
72
Berdua
73
Terpaksa
74
Kacau
75
Pertanda
76
Hilang Kabar
77
Erat
78
Pesan
79
Bencana
80
Membawa Harapan
81
Penyesalan
82
Masuk
83
Hidup dan Mati
84
Bangkit
85
Terjebak
86
Keberuntungan dan Kebenaran
87
Kembali
88
Hari Normal
89
Interlude
90
Bercerita
91
Bola Pelindung
92
Semakin Dekat
93
Percikan Pertama
94
Pelanggan
95
Strategi Baru
96
Penguntit
97
Puspa
98
Narada
99
Perpisahan
100
Yang Telah Tiada
101
Pertemuan
102
Catatan
103
Keberanian
104
Memori
105
Berkesan
106
Peperangan
107
Bunga
108
Tekanan
109
Berkecil Hati
110
Ungkapan
111
Terjebak
112
Resah
113
Pengakuan
114
Mimpi yang Diharapkan
115
Terbayang-bayang
116
Ketuk
117
Kembalilah
118
Sial
119
Taruhan
120
Hasil
121
Pulang
122
Perasaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!