Sandra terlihat memakai stelan baju tidur berwarna biru tua, ia tengah duduk melamun di atas ranjang terhanyut dalam keheningan malam, Sandra hanya ditemani oleh cahaya lampu tidurnya. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan suara detak jam weker miliknya, Sandra lantas melihat waktu yang ditunjukkan jam tersebut. Tidak terasa bahwa jam telah menunjukkan pukul sembilan malam semenjak dia selesai makan malam bersama neneknya pada pukul 7.30. Sandra buru-buru merapikan tempat tidurnya dan kemudian membaringkan tubuhnya.
Sandra mengangkat tangan kanannya dan melihat Cincin Dunia Mimpi yang masih melekat pada jari manisnya. Sandra kemudian menarik napas panjang sambil memejamkan kedua matanya, ia lalu meletakkan telapak tangannya di atas keningnya dan mulai mencoba untuk masuk ke dunia mimpi. Sandra yang mencoba untuk tidur hanya merasakan kesunyian, perlahan demi perlahan ia mendengar detak jam weker yang berbunyi keras di telinganya. Sandra lantas mengernyitkan dahi, dirinya lalu mulai mengatur napas dan menenangkan pikirannya. Detik demi detik, menit demi menit berlalu, Sandra tidak kunjungan tertidur. Ia lalu membuka kedua matanya dan kembali terduduk di atas tempat tidur.
"Kenapa sih suah benget buat tidur?" katanya "Kemarin perasaan gampang banget," sambungnya dengan kesal.
Tiba-tiba terlintas di dalam benaknya wajah preman yang mengganggu neneknya. Sandra tertegun dengan pikirannya sendiri, dirinya merasa ragu dan sedikit takut saat membayangkan bertemu dengannya di dalam dunia mimpi. Sandra kemudian kembali menidurkan tubuhnya ke atas kasur.
Sandra menghela napas. "Kenapa gue jadi takut ya?" batinnya.
Sandra kembali memejamkan kedua matanya dan menempelkan Cincin Dunia Mimpi ke keningnya. Dalam benaknya Sandra bertanya-tanya apakah dirinya mampu berhadapan dengan si preman. Tiba-tiba Sandra teringat dengan perkataan neneknya yang telah merubah pemikirannya.
"Mungkin saja suatu saat nanti kamu bisa menyelamatkan seseorang melalui mimpi mu."
Sandra yang tengah terpejam kembali tertegun, tiba-tiba semangat di dalam dirinya bergejolak dan mendorong keberaniannya, tampak pula senyum kecil pada bibir Sandra. Kemudian cahaya putih muncul di benaknya yang diikuti oleh suara berdenging. Sandra yang sadar bahwa dia berhasil masuk ke dalam dunia mimpi segera menyiapkan diri.
Sandra tersentak dari tidurnya, dia terbangun dalam keadaan melayang di sebuah ruangan hitam. Ia ingat bahwa ini adalah alam Mayapada. Sandra lantas segera mengusap Cincin Dunia Mimpi dan memanggil Dewi Apsarini.
"Dewi Apsarini!"
Tiba-tiba sebuah cahaya emas muncul dihadapannya, dan membentuk tubuh Dewi Apsarini.
"Selamat datang kembali, Sandra," ucap Dewi Apsarini dengan tersenyum hangat.
"Dewi Apsarini!" ucap Sandra sambil tersenyum lebar.
Kini Sandra merasa lega karena dirinya telah berhasil masuk ke dalam Mayapada. Akan tetapi raut wajah Sandra perlahan berubah menjadi kebingungan, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu. Dewi Apsarini merasa heran dengan tingkah Sandra.
"Ada apa, Sandra?" tanya Dewi Apsarini.
"Dimana Bola Mimpi orang-orang?" balas Sandra yang hanya melihat kegelapan.
"Apa yang membuat dirimu takut, Sandra?" tanya Dewi Apsarini.
Sandra lantas merasa bingung dengan pertanyaan Dewi Apsarini.
"Apakah... Dewi Apsarini tahu?" tanya Sandra dan perlahan menundukkan kepalanya.
"Diriku hanya bisa merasakan rasa takut pada Dirimu, Sandra," jawab Dewi Apsarini, "Bola Mimpi tidak akan muncul saat hati mu masih memiliki rasa takut."
Sandra hanya bisa tertunduk sambil menelan ludah.
"Tapi... bukankah aku ditugaskan untuk menjaga Bola Mimpi itu, tapi kenapa seperti ini?" tanya Sandra yang mulai merasa paham.
Dewi Apsarini lalu melebarkan senyumannya. "Apakah seorang penjaga pantas jika merasa takut saat ingin menjaga apa yang harus dia jaga?"
Sandra tercengang dengan balasan Dewi Apsarini, Ia lalu berfikir sejenak sembari menghela napas.
"Kuatkan tekad di dalam dirimu, Sandra," kata Dewi.
Sandra lalu menatap keras dan tajam ke arah Dewi Apsarini. Sandra lalu menguatkan tekad di dalam dirinya, ia kemudian mengingat kembali tujuan dia masuk ke Mayapada. Hingga akhirnya, satu-persatu Bola-bola Mimpi mulai muncul dan menyinari kegelapan dari tempat itu. Sandra kembali dibuat terpukau dengan keindahan Bola Mimpi yang muncul bagaikan bintang pada malam hari.
"Indah sekali," gumam Sandra dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jadi, Sandra," kata Dewi Apsarini yang membuat Sandra menoleh ke arahnya, "Apa yang membuat dirimu takut?"
Ekspresi wajah Sandra tiba-tiba menjadi terkejut dan memalingkan pandangannya dari Dewi Apsarini.
"Sebenarnya aku ingin menemui preman yang mengganggu nenek," jawab Sandra.
"Apa yang ingin dirimu lakukan?" tanya Dewi Apsarini.
"Aku ingin merubahnya," jawab Sandra sambil menatap dalam Dewi Apsarini.
Dewi Apsarini tertegun dengan jawaban Sandra, membuat senyuman di bibirnya memudar.
"Merubahnya bagaimana?" tanya Dewi Apsarini kembali.
Sandra menajamkan pandangnya. "Merubahnya menjadi baik!"
Sontak senyum Dewi Apsarini yang memudar kembali muncul, serta ketulusan dan rasa bahagia tergambar pada wajahnya.
"Maka lakukanlah," ucap Dewi Apsarini.
Sandra lalu mengangguk dengan percaya diri. Ia kemudian meraih Cincin Dunia Mimpi lalu memejamkan kedua mata dan mulai mengusapnya.
"Udin Soleh," bisik Sandra.
Sandra merasakan tubuhnya bergerak dengan cepat sama seperti sebelumnya, kemudian tubuhnya berhenti dengan keras. Sandra segera membuka kedua matanya, ia terkejut dan kebingungan saat melihat Bola Mimpi yang ada di hadapannya. Sebuah Bola Mimpi yang tidak bercahaya, dan hanya nampak seperti bola kaca yang transparan. Sandra kemudian meraih Bola Mimpi itu dengan kedua tangannya.
"A- Apa ini?" tanya Sandra.
"Itulah Bola Mimpi dari nama yang dirimu sebut, Sandra," jawab Dewi Apsarini yang telah berada di sisinya.
"A- Apa maksudnya ini?" tanya Sandra yang semakin kebingungan.
"Orang itu tidak sedang bermimpi," jawab Dewi Apsarini.
Kedua mata Sandra menatap kosong Bola Mimpi tersebut, ia terdiam sejenak untuk mencerna apa yang dikatakan oleh Dewi Apsarini.
"Lalu--" ucap Sandra yang kebingungan sehingga menghentikan perkataannya.
Dewi Apsarini kemudian menepuk bahu Sandra. "Dirimu bisa memberikan mimpi ke dalam Bola Mimpi itu, Sandra."
Sandra terkejut dan sontak tersenyum lega.
"Bagaimana caranya?!"
"Dirimu bisa masuk ke dalam mimpi seseorang, dan dirimu dapat menjadi mimpi orang itu," jawab Dewi Apsarini.
Sandra menatap ke arah Dewi Apsarini dengan raut wajah bahagia.
"Apa rencana dirimu berikutnya, Sandra?" tanya Dewi Apsarini.
Sandra kemudian melihat Bola Mimpi yang berada di tangannya itu. Dewi Apsarini lalu beralih ke hadapan Sandra, ia melihat tatapan mata Sandra yang lembut serta tulus mengarah kepada Bola Mimpi yang dipegangnya.
"Pertama-tama aku ingin mengetahui apa alasan orang ini menjadi preman," jawab Sandra, "Apakah aku bisa melakukannya?" tanya Sandra beralih menatap serius Dewi Apsarini.
Dewi Apsarini tertegun dengan tatapan mata Sandra.
"Aku tidak tahu," jawab Dewi Apsarini.
Sandra terkejut saat mendengar jawaban Dewi Apsarini, ia menjadi murung dan kembali melihat Bola Mimpi yang berada di tangannya.
"Kenapa dirimu ingin sekali merubah orang itu, Sandra?" tanya Dewi Apsarini.
Sandra dengan lesu menjawab, "Agar tidak ada lagi orang yang terganggu olehnya. Dan juga aku tidak ingin orang ini mengalami kejadian yang buruk karena kondisinya sekarang.
Setelah mendengar jawaban Sandra, Dewi Apsarini lantas tersenyum lebar.
"Ada sesuatu yang bisa dirimu lakukan," kata Dewi Apsarini yang seketika membuat Sandra menatap ke arahnya, "Dirimu bisa melihat mimpi-mimpi masa lalu seseorang. Dengan satu syarat, mimpi tersebut belum terlupakan."
Raut wajah Sandra perlahan kembali memancarkan kebahagiaan, ia kemudian melihat Bola Mimpi di tangan dengan senyuman tulus.
"B- Bagaimana caranya?!" tanya Sandra yang tidak sabar.
"Dengan mengucapkan sebuah mantra," jawab Dewi Apsarini.
Sandra tampak mengernyitkan dahi "Mantra?"
"Genggam Bola Mimpi itu dengan kedua tangan," kata Dewi Apsarini, "Pejamkan kedua mata dan ikuti perkataan ku," Sambungnya.
Sandra segera melakukan apa yang dikatakan oleh Dewi Apsarini, bibirnya tampak bersiap untuk mengikuti perkataan Dewi Apsarini.
"Abyar sorot lintang kang kumedhap."
"Abyar sorot lintang kang kumedhap."
Setelah Sandra mengucapkan mantra, tiba-tiba Bola Mimpi tersebut memancarkan cahaya keemasan. Sandra yang merasakan cahaya itupun segera membuka kedua matanya, ia dibuat terperangah dengan cahaya emas yang menembus genggaman tangannya.
Tiba-tiba cahaya terang itu menyusut seperti terhisap ke dalam Bola Mimpi. Sandra terkejut dengan kejadian itu, ia lalu dengan perlahan membuka genggaman tangannya. Sandra tampak tertegun dan tidak percaya saat melihat wujud baru Bola Mimpi tersebut.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments