"Apa yang ingin dirimu tanyakan?" ucap Dewi Apsarini.
Sandra tertegun dengan pertanyaan Dewi Apsarini, dirinya seketika teringat dengan apa yang pernah dia alami, ia sontak menurunkan pandangannya.
"Aku tidak tahu harus memulainya dari mana," kata Sandra.
Dewi Apsarini lalu tersenyum ke arah Sandra. "Apa yang paling mengganjal di pikiranmu?"
Sandra kemudian menarik napas panjang lalu melepaskannya dengan perlahan. "Apakah kematian Andi ada hubungannya dengan ku?"
Dewi Apsarini terdiam dan menatap dalam ke arah Sandra.
"Mungkin," jawab Dewi Apsarini dengan singkat.
Sandra tercengang dan merasa bingung dengan jawaban Dewi Apsarini.
"B- bagaimana bisa?" tanya Sandra
"Karena Andi adalah pengguna Cincin Dunia Mimpi sebelum dirimu, Sandra," ujar Dewi Apsarini.
Sandra nampak sangat terkejut dengan jawaban Dewi Apsarini.
"Lalu?" kata Sandra dengan ketakutan, "K-kenapa Andi sampai melakukan hal seperti itu?"
"Apakah dirimu ingat dengan peraturan bagi pengguna Cincin Dunia Mimpi yang harus ditaati?" tanya Dewi Apsarini.
Sandra mengangguk pelan sambil memperhatikan Dewi Apsarini.
"Pengguna Cincin Dunia Mimpi tidak boleh menunjukkan wujud aslinya di dalam mimpi orang lain." kata Dewi Apsarini.
Sandra menundukkan kepalanya. "Jadi Andi...?"
"Ya, dia melanggar aturan tersebut," ucap Dewi Apsarini dengan tatapan tajam, "Andi menunjukkan dirinya kepada Ibunya, dan dari situlah Nyupena meneror seluruh keluarga Andi," ujar Dewi Apsarini.
"Jadi, apakah itu maksud dari perkataan Andi?" tanya Sandra.
"Perkataan apa?" tanya Dewi Apsarini dengan heran.
Sandra terkejut dengan respon Dewi Apsarini. "Apakah Dewi Apsarini tidak tahu?"
"Tidak," jawab Dewi Apsarini dengan menggelengkan kepala, "Apa maksud dirimu tadi, Sandra?" sambungnya.
"Andi sempat muncul di dalam mimpi ku, sebelum aku menemukan jasadnya di dalam gudang," kata Sandra, "Andi juga sempat mengatakan sebuah kalimat yang aku tidak mengerti maksudnya," sambung Sandra.
Dewi Apsarini tampak sedikit terkejut setelah mendengar penjelasan Sandra. "Apa yang dirinya katakan, Sandra?"
"Dia menyuruh ku untuk melepaskan cincin ini," kata Sandra sambil mengangkat Cincin Dunia Mimpi yang melekat pada jari manisnya, "Sebelum aku kehilangan semuanya seperti dirinya," sambungnya.
Dewi Apsarini tertegun dan tampak tidak percaya.
"Andi adalah seseorang dengan perjalanan hidup yang berat," kata Dewi Apsarini, "Andi harus menyaksikan kedua orang tuanya berpisah, lalu dia hidup bersama Ayahnya yang serba kekurangan. Karena kerinduannya dengan sang Ibu, Andi nekat bertemu dengannya di dalam mimpi sang Ibu," ujar Dewi Apsarini yang tampak berduka.
Terlihat raut wajah Sandra berubah menjadi sedih setelah mendengar penjelasan Dewi Apsarini, kedua matanya juga menjadi berkaca-kaca.
"Lalu kenapa Andi sampai mengakhiri hidupnya?" tanya Sandra.
"Setelah dirinya bertemu dengan Ibunya," kata Dewi Apsarini, "Nyupena akhirnya bisa mengetahui siapa pengguna Cincin Dunia Mimpi, dan dia segera meneror sang Ibu. Nyupena juga tidak segan-segan untuk menghabisi Ibunya Andi, hal itu dilakukan semata-mata untuk menjatuhkan mental Andi, si pemegang Cincin Dunia Mimpi."
Sandra semakin dibuat syok dengan tragedi yang menimpa temannya.
"Dan apakah semua keluarga Andi...?" tanya Sandra yang tiba-tiba menahan bibirnya saat ingin melanjutkan perkataannya.
Dewi Apsarini lalu menggelengkan kepalanya sambil terpejam. Tampak pula senyuman pada bibirnya memudar.
Sandra tertegun setelah melihat respon dari Dewi Apsarini. Ia kembali merasa takut dan kebingungan. Dewi Apsarini lalu melihat Sandra yang tiba-tiba memurungkan dirinya.
"Ada apa, Sandra?" tanya Dewi Apsarini.
"T- tidak ada apa-apa," jawab Sandra yang terkejut.
Sandra terlihat memasang senyum meringis yang dipaksa. Dewi Apsarini akhirnya mengerti saat melihat senyum palsu Sandra.
"Apa yang dirimu takuti, Sandra?" tanya Dewi Apsarini sambil mendekati Sandra.
"A- aku tidak--"
Perkataan Sandra terhenti saat Dewi Apsarini meraih bahunya.
"Tidak usah menyembunyikannya, Sandra," ucap Dewi Apsarini yang kembali tersenyum ke arahnya.
"Setelah mendengar semua cerita tadi," ucap Sandra sambil menyembunyikan wajahnya, "Malah membuat hati ini tidak tenang."
"Apa yang membuat dirimu takut, Sandra?" tanya Dewi Apsarini kembali.
"Aku- aku," kata Sandra yang terbata-bata, "Aku takut jika diriku melakukan kesalahan, dan kejadian yang menimpa Andi juga akan menimpa ku," sambungnya dengan suara yang mulai bergetar.
"Sandra..." ucap Dewi Apsarini sambil mengangkat dagu Sandra.
Terlihat kedua mata Sandra telah menjadi sembab dan meneteskan air mata, tergambar jelas rasa takut pada raut wajah Sandra. Ia menatap wajah Dewi Apsarini yang terus tersenyum lembut. Sandra lalu memaksa kepalanya untuk kembali tertunduk, ia kemudian mengusap air matanya sambil sesegukan.
"Dirimu tidak akan kehilangan siapapun, Sandra," kata dewi Apsarini, "Justru dirimu akan melindungi mereka dari ancaman yang akan membahayakan mereka," sambung Dewi Apsarini.
Sandra perlahan mulai berhenti menangis dan kembali menatap Dewi Apsarini dengan bola matanya yang memerah.
Dewi Apsarini dengan tersenyum kembali meraih bahu Sandra. "Yang dialami oleh Andi adalah sebuah kesalahan. Dan jika dirimu melihat kesalahan, maka yang harus dirimu lakukan adalah menghindarinya atau memperbaikinya."
Sandra lalu sejenak memejamkan kedua matanya, ia kemudian menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Dewi Apsarini juga perlahan-lahan menjauh dari Sandra. Sandra kemudian melihat Dewi Apsarini yang tersenyum menatap dirinya. Sandra lalu teringat seseorang yang dia sayangi.
"Bagaimana caranya melihat mimpi seseorang yang kita inginkan?" tanya Sandra dengan nada pelan.
Dewi Apsarini tersenyum lebar. "Usap cincin itu sambil memejamkan kedua mata, lalu sebut namanya."
"Bolehkah aku melihat mimpi seseorang?" tanya Sandra dengan sedikit malu.
"Tentu saja," jawab Dewi Apsarini.
Sandra lantas tersenyum kecil, ia lalu mengusap Cincin Dunia Mimpi dan menyebutkan sebuah nama.
"Siti Hidayah."
Tiba-tiba Sandra merasakan jika tubuhnya bergerak dengan cepat lalu berhenti dengan keras, dirinya segera membuka kedua matanya. Sandra dikejutkan dengan sebuah Bola Mimpi berwarna merah yang ada di hadapannya.
"I- ini mimpi siapa?" tanya Sandra kepada Dewi Apsarini yang berada di depannya.
"Ini lah tujuan dirimu, Sandra," kata Dewi Apsarini sambil menuju ke Bola Mimpi yang ada di hadapan Sandra.
"Tapi, kenapa berwarna merah?" tanya Sandra dengan keheranan, "Apakah...?"
Dewi Apsarini terlihat sedikit kebingungan saat melihat reaksi Sandra yang tidak percaya dengan Bola Mimpi yang berapa di hadapan.
"Mungkinkah, Nenek?!" seru Sandra lalu meraih Bola Mimpi tersebut.
Sandra lalu melihat mimpi di dalam Bola Mimpi itu. Sandra dikejutkan dengan apa yang dia lihat, ia melihat seorang pria dengan stelan denim, celana denimnya terlihat koyak pada kedua lututnya, pria mengerikan itu memiliki kulit berwarna coklat tua, rambut hitam panjang yang tidak terurus, serta sebuah kalung rantai pada lehernya, tatapannya tajam, dan raut wajah yang selalu marah. Pria mengerikan itu terlihat memarahi bu Siti yang tertunduk ketakutan. Sandra mendengarkan kata-kata kasar keluar dari mulut pria itu kepada neneknya. Sandra tidak kuasa menahan tangis saat melihat orang yang disayang mendapatkan perlakuan yang tidak pantas.
"Nenek..." ucap Sandra dengan suara lesu dan menjauh dari Bola Mimpi neneknya.
Sandra merasa hatinya bagaikan tertusuk-tusuk saat melihat mimpi neneknya barusan.
"Sandra," kata Dewi Apsarini, "Apakah dirimu baik-baik saja?"
"Kenapa Nenek bisa bermimpi seperti itu?" tanya Sandra.
"Pengalaman yang pernah dialami seseorang dapat menjadi mimpi bagi dirinya sendiri, Sandra," jawab Dewi Apsarini.
Sandra melihat Dewi Apsarini dengan tatapan sedih. Kemudian Sandra beralih melirik ke arah Bola Mimpi neneknya.
Tiba-tiba, Sandra mendengar suara jam weker yang berbunyi dengan keras. Sandra juga melihat tubuhnya perlahan-lahan memudar menjadi cahaya.
"Apa yang terjadi?" tanya Sandra kebingungan.
"Sudah saatnya dirinya harus terbangun, Sandra," kata Dewi Apsarini, "Masih banyak yang ingin diriku sampaikan kepada dirimu, tapi sepertinya waktu menghalangi kita, Sandra."
"Dewi....!!!" teriak Sandra yang hanya tersisa kepalanya saja.
Sandra terakhir kali melihat kearah Dewi Apsarini yang tersenyum ke arahnya sebelum dirinya benar-benar menghilang.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments