Sandra memeluk neneknya dengan erat dan sangat menghayati pelukannya, tampak pula kedua matanya yang terpejam meneteskan air mata. Sang nenek dengan perasaan terharu lalu membalas pelukan cucunya itu.
"Terimakasih, Nek," bisik Sandra.
***
Sandra memakai daster biru tua dengan celemek putih di tubuhnya, berjalan dengan hati-hati ke arah meja makan sambil membawa mangkuk besar yang terlihat mengeluarkan asap. Di atas meja makan sudah terdapat alat-alat makan seperti piring, sendok hingga garpu, tidak lupa juga sebakul nasi yang diletakkan di sebelah teko air beserta dua buah gelas plastik.
"Maaf ya, Nek. Sandra gak bisa beliin nenek oleh-oleh," kata Sandra sambil menaruh mangkuk yang dia bawa ke hadapan neneknya yang sudah duduk di meja makan, "Sebagai gantinya, Sandra masakin makanan kesukaan nenek. Ayam kecap!" sambungnya dengan tersenyum lebar.
Nampak raut wajah bu Siti yang lesu karena kelelahan memancarkan kebahagiaan dan tersenyum ke arah Sandra.
"Terimakasih, Sandra. Maaf ya kalau nenek ngerepotin," ucap si nenek.
"Gak kok, Nek," kata Sandra sambil menggeser kursi yang akan dia duduki, "Justru Sandra yang harusnya bilang terimakasih dan minta maaf ke nenek. Karena nenek sudah--" ucapan Sandra terhenti seketika saat sang nenek meraih tangannya.
"Sandra... Sudah kewajiban nenek untuk terus membuatmu bahagia, nak."
"Kalau begitu, juga sudah kewajiban Sandra untuk terus membahagiakan Nenek," balas Sandra yang tersenyum bahagia.
Bu Siti lalu menepuk-nepuk bahu Sandra. "nenek bangga sama kamu, San."
Sandra tertegun sesaat dan menatap neneknya dengan dalam.
Sandra yang terhanyut di dalam dalam kebahagiaan tiba-tiba tersentak. "Biar Sandra yang mengambilkan nenek makanan," ucap Sandra yang bergegas meraih sebuah piring lalu menuangkan nasi ke atasnya.
Neneknya hanya bisa tersenyum saat melihat cucunya menyiapkan makanan untuknya.
"Udah, jangan banyak-banyak," ucap sang nenek.
"nenek harus makan yang banyak," balas Sandra yang tengah meletakkan sepotong ayam kecap ke atas tumpukan nasi di piringnya.
"Justru kamu yang harusnya makan banyak, Sandra," balas neneknya.
"Iya, nek," kata Sandra, "Selamat menikmati!" sambungnya dengan tersenyum lebar sambil menyodorkan hidangan yang telah siap kepada neneknya.
***
Jam dinding telah menunjukkan pukul 10.15 malam. Sandra tengah merapikan tempat tidurnya dan ingin sekali bergegas tidur setelah menjalani hari yang menyenangkan. Setelah selesai merapikan tempat tidurnya, Sandra lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang sembari menarik selimut, tubuhnya menghadap ke atas, dan kedua tangannya menyatu berada di atas perut. Sandra lalu menoleh ke arah laci yang berada di samping tempat tidurnya, seketika dia teringat sesuatu.
Tubuhnya lalu bergerak di atas kasur menuju ke arah laci, tangannya kemudian meraih jam weker yang berada di atas laci tersebut. Sandra lalu menyetel jam wekernya pada pukul lima pagi, karena besok dia akan mulai bekerja paruh waktu pada pagi hari. Setelah selesai, Sandra lantas mengembalikan jam wekernya ke tempat semula. Saat tangannya perlahan menjauh dari laci, tiba-tiba Sandra di kejutkan dengan suara yang muncul di dalam kepalanya. Suara seorang wanita, suara yang sama persis dengan suara yang sering menghantuinya saat tertidur akhir-akhir ini.
"Kembalilah, Sandra. Kembalilah!! Kami membutuhkan mu!!"
Suara itu semakin menjadi-jadi, Sandra mulai merasa ketakutan, dirinya lalu terduduk di atas ranjang dengan napas yang menggebu cepat. Saat suara itu semakin besar dan semakin masuk ke dalam kepalanya, Sandra dengan cepat menoleh ke arah laci. Sandra lalu berdiri dan bergegas untuk membuka laci tersebut.
Di dalamnya hanya terdapat sebuah kain putih kecil yang dilipat-lipat, Sandra mengangkat kain itu dan perlahan membuka satu-persatu lipatan kain tersebut. Hingga pada lipatan terakhir, napasnya mulai terasa berat, Sandra lalu menelan ludah dan membuka lipatan terakhirnya.
"Aku tahu suara itu berasal dari mu, cincin," ucap Sandra sambil mengangkat sebuah cincin perunggu dengan jarinya.
Sandra menarik napas panjang, dirinya mencoba memberanikan diri untuk memakainya kembali.
Setelah lama berfikir, Sandra menghela napas pendek dan berkata, "Baiklah cincin, berikan sebuah jawaban yang memuaskan."
Sandra memakai cincin itu pada jari manis tangan kanannya, Ia lalu kembali membaringkan tubuhnya. Sandra lalu melakukan apa yang di katakan oleh Dewi Apsarini tentang bagaimana cara masuk kedalam dunia mimpi. Ia meletakkan telapak tangannya yang mengenakan cincin ke kepala, dan menempelkan cincin tersebut di keningnya. Sandra menarik napas panjang dan memejamkan kedua matanya.
Seketika muncul suara yang berdenging kencang masuk ke telinga Sandra. Napasnya mulai tidak teratur dan jantungnya berpacu dengan cepat. Dan tidak lama kemudian suara itu menghilang di gantikan dengan keheningan. Sandra seketika tersentak dari tidurnya, terlihat pula pakaian yang dikenakan Sandra telah berubah menjadi sebuah gaun merah yang cantik, namun tanpa mengenakan alas kaki pada kedua kakinya. Sandra menoleh ke kanan dan ke kiri dengan raut wajah yang seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat, Sandra juga terkejut dengan pakaian yang menempel pada tubuhnya. Kini Sandra telah berada di ruangan hampa berwarna putih, tempat yang sama saat pertama kali dia bertemu dengan Dewi Apsarini. Sandra dengan cepat segera berdiri dengan tatapan mata yang masih terpaku pada keadaan sekitar.
Dirinya mulai berusaha mengingat tentang pesan apa saja yang di sampaikan oleh Dewi Apsarini sebelum mereka berdua berpisah. Sandra memejamkan kedua matanya, lalu menggenggam cincin perunggu yang dia kenakan dan mulai mengusap-usapnya.
"Dewi Apsarini," bisik Sandra.
Seketika munculah cahaya terang yang melayang di hadapannya yang membuat Sandra terkejut. Sangking terangnya cahaya itu sampai-sampai Sandra bisa melihatnya meskipun dia dalam keadaan terpejam. Cahaya keemasan itu perlahan membentuk tubuh manusia bersayap, perlahan demi perlahan cahaya itu memudar dan semakin menampakkan bentuk tubuh yang ada di dalam cahaya tersebut. Dan benar saja, dia adalah Dewi Apsarini dengan senyuman yang terpasang pada bibir merah mudanya. sang Dewi yang tengah terbang di depan Sandra terlihat sangat anggun dengan gaun putih yang ia kenakan, tidak lupa pula dengan sebuah pena di tangan kanannya, dan tangan kirinya menadah dengan sebuah buku emas yang terbuka melayang di atasnya.
Sandra perlahan membuka kedua matanya, lalu dengan cepat segera membukanya lebar-lebar saat melihat keanggunan sang Dewi.
"Sandra?!" ucap Dewi Apsarini dengan nada tidak percaya.
Dengan perlahan Dewi Apsarini mendaratkan tubuhnya dan menapakkan kakinya yang tidak beralas ke atas lantai. Dia lalu berjalan ke arah Sandra dan melepas pena yang dia genggam ke udara, dan ajaibnya pena tersebut dapat melayang. Sandra yang melihat Dewi Apsarini semakin mendekati dirinya hanya terdiam dan kebingungan.
"Sandra..." ucap sang Dewi dengan terharu lalu memeluk tubuh Sandra.
"D- Dewi Apsarini?" kata Sandra dalam pelukan sang Dewi.
Dewi Apsarini lalu melepaskan pelukannya kemudian beralih menggenggam kedua bahu Sandra sambil tersenyum lebar. "Syukur lah dirimu kembali."
Terlihat Sandra menjadi kikuk setelah menerima pelukan dari Dewi Apsarini.
"Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan," balas Sandra
Dewi Apsarini hanya tersenyum kecil. "Simpan dahulu pertanyaan dirimu, Sandra. Ini saatnya bagi dirimu untuk melihat alam Mayapada yang sesungguhnya."
Sandra semakin dibuat kebingungan dengan perkataan Dewi Apsarini. Lalu Dewi Apsarini berjalan mundur dan membuka sayapnya yang terlihat indah. Dewi Apsarini kemudian terbang di hadapan Sandra dan meraih pena miliknya yang melayang di udara. sang Dewi lalu mengangkat tangan kanannya dan seketika membuat pena yang di genggamnya menghilang menjadi debu emas yang sangat berkilau. Sandra kembali dibuat terperangah saat melihat ke indahan sang Dewi.
"Dirimu lah satu-satunya harapan untuk keselamatan Madyapada dan Mayapada, Sandra," ucap Dewi Apsarini lalu menjentikkan jarinya dengan keras.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments