Liburan

Stasiun Jakarta Kota, Juni 2018

"Abi, Bakti. tungguin!" seru Amanda yang setengah berlari menghampiri Bakti dan Abimana.

Bakti dan Abimana segera menghentikan langkah kakinya dan menengok kebelakang, mereka mendapati Amanda yang disusul oleh Sandra yang tergopoh-tergopoh di belakangnya.

"Cari makan dulu, yuk," ucap Amanda.

"Boleh tuh," sahut Bakti, "Tapi jangan di stasiun, mahal," sambungnya.

Bakti dan Abimana lalu melanjutkan perjalanannya. Saat Amanda hendak melangkahkan kakinya, Sandra dengan cepat menarik tangan Amanda yang sontak mengejutkannya.

"Manda!!" seru Sandra yang terengah-engah.

"Kenapa lagi sih, San?" tanya Amanda sambil menarik kembali tangannya.

"Gue harus gimana, Nda?!" seru Sandra.

Amanda menggaruk pipinya dengan telunjuknya. "Ya lu jelasin aja, Bakti juga pasti bakalan ngertiin."

Sandra tampak menjadi murung. "Gue... Gue malu, Nda," ucap Sandra.

Amanda menghela napas. "Ya sudah kalau gitu, kalian diem-dieman aja seharian."

Amanda lalu meninggalkan Sandra yang tampak kebingungan. Sandra menjadi terkejut saat mendapati Amanda sudah jauh pergi meninggalkan dirinya.

"Manda!!"

***

"Akhirnya kenyang juga," ucap Abimana sambil mengusap perutnya beberapa kali.

Terlihat Abimana yang telah selesai terlebih dahulu menghabiskan makannya dan menyisakan sebuah piring kotor dan gelas kosong di atas meja. Mereka berempat kini tengah berada di salah satu gerai makan yang ada di dalam food court Kota Tua Jakarta. Mereka berempat duduk di satu kursi panjang yang sama, Sandra dan Amanda berada di sisi kiri, sedangkan Bakti dan Abimana berada di sisi kanan. Poisi duduk Sandra dan Bakti terpisah karena ada Amanda yang duduk di antara mereka berdua.

"Omong-omong, Nda. Kenapa lu milih Kota Tua buat jadi tempat jalan-jalan kita?" tanya Bakti lalu meneguk es teh yang dia pesan.

Amanda menelan makanan yang beredar di dalam mulutnya lalu berkata, "Ya... Karena asik aja."

Bakti yang tengah mengunyah makanannya hanya tersenyum saat merespon jawaban Amanda.

"Apa lagi kan Sandra suka sama yang antik-anti," celetuk Amanda seraya menyenggol lengan Sandra dengan sikunya.

Sandra buru-buru menelan makanannya lalu berkata, "Kok jadi gue?"

"Hehe... Udah buruan habisin makanannya," ucap Amanda.

Mereka berempat akhirnya selesai menghabiskan makanannya dan menyisakan tumpukan piring kotor dan gelas kaca kosong. Saat Bakti dan Sandra ingin mengeluarkan dompet untuk membayar, seketika Amanda mencegah mereka.

"Untuk kali ini makannya gue yang traktir," kata Amanda.

Bakti dan Sandra tertegun saat mendengar ucapan Amanda.

"Beneran, Nda?" tanya Bakti.

"Iya dong," jawab Amanda.

"Anak orang kaya mah bebas," celetuk Sandra, "Tapi makasih lho, Nda," sambungnya.

"Makasih ya, Nda. Jadi gak enak nih saya," ucap Bakti.

"Iya-iya... Biasa aja dong," balas Amanda tersipu malu.

"Abi, ayo temenan kakak bayar," kata Amanda sambil memiting leher adiknya dan membawanya pergi.

"Lho Nda?!" seru Sandra yang panik saat ingin di tinggal pergi oleh Amanda, "Sama gue aja dong," sambungnya.

Amanda lalu melepaskan leher adiknya dan beralih merangkul Sandra.

Amanda mendekati telinga Sandra dan berbisik, "Ini kesempatan lu buat ngejelasin semuanya ke Bakti."

Sandra terkejut serta raut wajahnya memerah saat mendengar bisikan Amanda. Kedua bola matanya melirik ke arah Bakti yang tengah berbincang-bincang dengan Abimana.

"Tapi Nda..."

"Gak usah tapi-tapian!" seru Amanda.

Amanda lalu melepaskan rangkulannya dan segera pergi untuk membayar ke kasir bersama dengan adiknya. Kini hanya ada Sandra dan Bakti, mereka berdua sama-sama duduk menghadap meja. Nampak Sandra yang tidak bisa tenang dan gelisah, kedua tangannya berada di atas paha sembari menggerakkan jari-jarinya dengan cepat. Berbeda dengan Bakti yang duduk dengan tenang dan kedua tangannya berada di atas meja sambil memegangi gelas kosong, akan tetapi raut wajahnya terlihat bingung dan sesekali dia memalingkan wajahnya dari Sandra.

Hingga akhirnya mereka saling memanggil nama satu sama lain dan berbicara secara bersamaan beberapa kali.

"Sandra."

"Bakti."

"Lu duluan."

"Lu duluan."

Mereka berdua menjadi salah tingkah dan langsung terdiam membatu.

"Sa- Sandra?" kata Bakti dengan sedikit menoleh ke arah Sandra.

"Bakti?" balas Sandra sambil menundukkan kepala.

"Gue mau ngomong sesuatu," ucap Bakti.

Sandra tertegun serta wajahnya memerah. "Mau ngomongin apa?"

"Gue mau minta maaf soal yang di kereta tadi," jawab Bakti.

Sandra kembali dibuat tertegun sekaligus kebingungan.

"Bukan maksud gue buat mepet-mepet ke lu, San. Tapi gue waktu itu ke dorong sama penumpang lain dari belakang," sambung Bakti sambil menahan malu.

Sandra menghela napas lega. "Sebenarnya gue juga mau minta maaf ke lu, Bakti. Gue juga gak sengaja waktu di kereta tadi, gue juga ke dorong dari belakang."

Bakti tersenyum lega. "Jadi kita sama-sama ke dorong ya? Tapi lu gak marah kan sama gue?"

"Gak lah, Bakti," jawab Sandra.

"Syukur deh,"

"Udah nih," celetuk Amanda yang tiba-tiba muncul di belakang mereka berdua.

"Udah, Nda?" tanya Bakti.

Amanda mengangguk sambil melihat ke arah Sandra yang tengah melamun.

"Kalian berdua duluan aja," ucap Amanda kepada Bakti dan Abimana.

"Kita tunggu di depan ya," balas Bakti dan beranjak dari duduknya.

Abimana dan Bakti lalu berjalan pergi meninggalkan Amanda dan Sandra.

"Gimana, San?" tanya Amanda.

Sandra lalu menjatuhkan kepalanya ke atas meja, "Lega gue, Nda."

"Kan apa gue bilang? Kalau punya masalah itu di hadapin, bukan malah lari dari masalah," kata Amanda dengan percaya diri.

Sandra seketika mengangkat kembali kepalanya dan menatap Amanda dengan sinis. "Kapan lu bilang begitu?"

"Barusan," jawab Amanda dengan santai, "Udah buruan," sambungnya sambil menarik lengan Sandra.

***

Suasana kota tua siang itu terlihat ramai, banyak sekali wisawatan yang berdatangan. Mulai dari wisatanya lokal hingga asing, mereka semua datang untuk melihat-lihat bangunan bersejarah itu. Tidak lupa juga banyak dari mereka yang berfoto dan mengabadikan pengalaman mereka.

Sandra dan ketiga temannya kini tengah berada di taman Fatahillah. Banyak sekali orang-orang yang berlalu-lalang di sana. Ada yang berjalan kaki, ada pula yang mengendarai sepeda yang memiliki berbagai macam warna.

"Lihat, Kak!" seru Abimana sambil menarik baju Amanda dan menunjuk ke suatu tempat.

Amanda lalu menoleh ke arah yang ditunjuk oleh adiknya. Amanda lantas tersenyum lebar dan kedua bola matanya nampak bercahaya.

"Waahh!!" seru Amanda.

Sandra dan Bakti juga ikut melihat apa yang Amanda lihat. Mereka berdua terperangah saat melihat seorang pria yang duduk melayang di atas tanah sambil membawa sebuah tongkat panjang. Pria itu tampak mengenakan setelan jubah berwarna putih, dan sebuah blangkon putih di kepalanya.

"Ayo kak foto sama dia!" seru Abimana dan langsung berlari menghampiri pria yang tengah melayang tersebut.

"Abi tungguin!" teriak Amanda lalu ikut berlari menyusul adiknya.

"Ayo, San," ucap Bakti lalu berjalan menyusul Amanda.

"Iya," balas Sandra

Abimana dan Amanda lalu berpose dan bersiap untuk berfoto menggunakan handphone miliknya.

"Satu... Dua... Tiga!" ucap Bakti seraya memotret mereka.

"Sandra ayo foto sama dia," ajak Bakti.

Sandra sedikit terkejut dan merasa malu saat di ajak foto oleh Bakti.

"Foto pakai hp gue aja," ucap Amanda lalu meraih handphone nya dari tangan Bakti.

"Gue gak biasa foto," ucap Sandra.

Sandra terlihat seperti malu-malu kucing, wajahnya memerah dan tatapan matanya mengarah kebawah.

"Udah buruan!" seru Amanda lalu menarik tangan Sandra dan melemparkannya ke sisi manusia melayang.

Nampak pula Bakti telah menunggu Sandra di samping manusia melayang tersebut.

"Oke... Satu... Dua... Tiga!"

***

"Kemana lagi kita?" tanya Abimana.

"Coba tanya kakak mu itu," balas Bakti.

Terlihat Amanda yang nampak bahagia saat menggeser-geser layar handphone untuk melihat-lihat hasil fotonya.

"Sandra keliatan kaku banget," celetuk Amanda.

Sandra terlihat masih tersipu malu dan memasang senyum yang terpaksa.

"Kita keliling naik sepeda, yuk," ajak Abimana.

"Boleh tuh," sahut Bakti.

Amanda seketika terdiam dan terkejut.

"Gue gak bisa naik sepeda," ujar Amanda.

"Tapi Adek bisa," sahut Abimana.

"Kalau gitu Abimana sama Amanda, gue sama Sandra, gimana?" tanya Bakti.

"Boleh!" seru Abimana dengan semangat.

"Lu beneran bisa naik sepeda, Bi?" tanya Amanda yang sudah duduk di atas sadel belakang sepeda dengan ragu.

"Tenang, waktu kecil adek pernah diajarin naik seperti sama ayah," jawab Abimana yang sudah siap untuk mengayuh sepedanya.

Abimana sontak memacu sepedanya dengan kencang hingga membuat Amanda terhentak. Amanda terlihat ketakutan serta berpegang erat pada baju Abimana yang sangat bersemangat saat mengayuh sepedanya.

"Abi pelan-pelan!!" teriak Amanda

"Siap, San?"

Sandra yang sudah duduk di sadel belakang hanya mengangguk kecil. Bakti lalu menarik kedua tangan Sandra dan menempelkannya ke pinggangnya. Sandra semakin dibuat malu dan tidak bisa melawan saat kedua tangannya dibawa untuk berpegangan pada pinggang Bakti. Bakti lalu mengayuh sepedanya dengan tenang. Sandra tampak memandangi wajah Bakti yang disinari cahaya matahari dengan dalam. Karena sifat Bakti yang kalem membuat Sandra merasa nyaman saat dibonceng olehnya.

Perasaan hati Sandra perlahan mulai membaik, dirinya tidak lagi memikirkan tentang kejadian mengerikan yang terus menghantuinya. Dan perlahan Sandra mulai bisa menikmati jalan-jalan pada hari itu.

***

Sandra yang baru saja berpisah dengan ketiga temannya tampak lesu dan kelelahan saat berjalan di dalam gang yang menuju ke rumahnya. Langit berwarna jingga terlihat menemani perjalanan pulangnya. Saat rumahnya telah terlihat, seketika kedua bola matanya terbuka lebar saat melihat seseorang yang berdiri di depan pintu rumahnya.

"Nenek!!??"

~~

Episodes
1 YANG TERPILIH
2 Pagi
3 Perkara
4 Tekanan
5 PARA TEMAN
6 Suasana Hati
7 Liburan
8 Nenek
9 Kembali
10 Mayapada
11 Jawaban
12 Bangun
13 Rencana
14 Tujuan
15 Perubahan
16 Isi Hati
17 Efek
18 Kemunculan
19 Tiga kesempatan
20 Pertarungan
21 Belajar
22 Bertemu Kembali
23 Mencari Tahu
24 Mimpinya
25 Ajakan
26 Ketemuan
27 Andai
28 Ilusi
29 Kegagalan
30 Pulang
31 Berita
32 Duka
33 Istimewa
34 Mulai Kembali
35 Sembuh
36 Widyanita dan Gantari
37 Siasat
38 Saingan
39 Bimbang
40 Nasehat
41 Interlude 1
42 Sabar
43 Kenalan Baru
44 Perselisihan
45 Ancaman Baru
46 Mulai Tersorot
47 Anak Baru
48 Lingkaran Merah
49 Penglihatan
50 Datang
51 Trauma
52 Kenyataan Pahit
53 Dugaan
54 Kunjungan
55 Tamu
56 Bunga Tidur
57 Tafsir
58 Pembawa Pesan
59 Yang Terkasih
60 Cucuku
61 Teror
62 Bola Mimpi
63 Jebakan
64 Interlude 2
65 Rencana yang Berubah
66 Perjalanan
67 Kakak Adik
68 Tak Terduga
69 Menahan
70 Biru Laut
71 Celah
72 Berdua
73 Terpaksa
74 Kacau
75 Pertanda
76 Hilang Kabar
77 Erat
78 Pesan
79 Bencana
80 Membawa Harapan
81 Penyesalan
82 Masuk
83 Hidup dan Mati
84 Bangkit
85 Terjebak
86 Keberuntungan dan Kebenaran
87 Kembali
88 Hari Normal
89 Interlude
90 Bercerita
91 Bola Pelindung
92 Semakin Dekat
93 Percikan Pertama
94 Pelanggan
95 Strategi Baru
96 Penguntit
97 Puspa
98 Narada
99 Perpisahan
100 Yang Telah Tiada
101 Pertemuan
102 Catatan
103 Keberanian
104 Memori
105 Berkesan
106 Peperangan
107 Bunga
108 Tekanan
109 Berkecil Hati
110 Ungkapan
111 Terjebak
112 Resah
113 Pengakuan
114 Mimpi yang Diharapkan
115 Terbayang-bayang
116 Ketuk
117 Kembalilah
118 Sial
119 Taruhan
120 Hasil
121 Pulang
122 Perasaan
Episodes

Updated 122 Episodes

1
YANG TERPILIH
2
Pagi
3
Perkara
4
Tekanan
5
PARA TEMAN
6
Suasana Hati
7
Liburan
8
Nenek
9
Kembali
10
Mayapada
11
Jawaban
12
Bangun
13
Rencana
14
Tujuan
15
Perubahan
16
Isi Hati
17
Efek
18
Kemunculan
19
Tiga kesempatan
20
Pertarungan
21
Belajar
22
Bertemu Kembali
23
Mencari Tahu
24
Mimpinya
25
Ajakan
26
Ketemuan
27
Andai
28
Ilusi
29
Kegagalan
30
Pulang
31
Berita
32
Duka
33
Istimewa
34
Mulai Kembali
35
Sembuh
36
Widyanita dan Gantari
37
Siasat
38
Saingan
39
Bimbang
40
Nasehat
41
Interlude 1
42
Sabar
43
Kenalan Baru
44
Perselisihan
45
Ancaman Baru
46
Mulai Tersorot
47
Anak Baru
48
Lingkaran Merah
49
Penglihatan
50
Datang
51
Trauma
52
Kenyataan Pahit
53
Dugaan
54
Kunjungan
55
Tamu
56
Bunga Tidur
57
Tafsir
58
Pembawa Pesan
59
Yang Terkasih
60
Cucuku
61
Teror
62
Bola Mimpi
63
Jebakan
64
Interlude 2
65
Rencana yang Berubah
66
Perjalanan
67
Kakak Adik
68
Tak Terduga
69
Menahan
70
Biru Laut
71
Celah
72
Berdua
73
Terpaksa
74
Kacau
75
Pertanda
76
Hilang Kabar
77
Erat
78
Pesan
79
Bencana
80
Membawa Harapan
81
Penyesalan
82
Masuk
83
Hidup dan Mati
84
Bangkit
85
Terjebak
86
Keberuntungan dan Kebenaran
87
Kembali
88
Hari Normal
89
Interlude
90
Bercerita
91
Bola Pelindung
92
Semakin Dekat
93
Percikan Pertama
94
Pelanggan
95
Strategi Baru
96
Penguntit
97
Puspa
98
Narada
99
Perpisahan
100
Yang Telah Tiada
101
Pertemuan
102
Catatan
103
Keberanian
104
Memori
105
Berkesan
106
Peperangan
107
Bunga
108
Tekanan
109
Berkecil Hati
110
Ungkapan
111
Terjebak
112
Resah
113
Pengakuan
114
Mimpi yang Diharapkan
115
Terbayang-bayang
116
Ketuk
117
Kembalilah
118
Sial
119
Taruhan
120
Hasil
121
Pulang
122
Perasaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!