Suasana Hati

"Panas banget..." gumam Abimana.

"Cowok kebanyakan ngeluh, lu," celetuk Amanda.

"Suka-suka lah..." balas Abimana dengan nada bicara yang mengejek.

"Apa lu bilang?!" seru Amanda sambil berjalan menuju ke arah Abimana yang berdiri diantara Sandra dan Bakti.

Abimana sontak segera berlindung di balik tubuh Bakti yang sedikit lebih besar dari tubuhnya.

"Udahlah, Nda," sela Sandra sambil menahan tubuh Amanda, "Sama adiknya sendiri kok berantem terus," sambungnya.

Bakti hanya tersenyum melihat tingkah kakak beradik itu, lalu berkata sambil melihat ke arah langit yang cerah, "Tapi emang benar sih, hari ini Nusakarta terasa lebih panas dari biasanya."

Amanda nampak terlihat kesal, dia melihat ke arah Abimana yang masih bersembunyi di belakang tubuh Bakti. Abimana yang merasa senang dengan ucapan Bakti lalu menjulurkan lidahnya untuk mengejek kakaknya itu.

Amanda merasa semakin kepanasan, dirinya lalu berusaha kembali untuk mendekati Abimana akan tetapi Sandra masih saja menahan tubuhnya. Sandra lalu menggeleng-gelengkan kepalanya ke arah Amanda.

"Awas aja nanti di rumah, habis dia!" gumam Amanda kesal.

Mereka berempat saat ini tengah berada di stasiun kereta api yang berada di kota mereka. Terlihat Sandra mengenakan setelan denim yang dipadukan dengan kaos bermotif garis-garis horizontal berwarna hitam dan putih, mengenakan sepatu kets, dan tidak lupa juga jam tangan stainless steel berwarna silver yang terpasang di lengan kirinya.

"Kereta tujuan Jakarta akan tiba dalam waktu lima menit."

"Itu dia kereta kita!" seru Amanda, "Karena Sandra takut macet, jadinya kita naik kereta deh," sambungnya.

Sandra melirik sinis ke arah Amanda. "Emang benar gak macet, tapi malah berdesak-desakan!"

Mereka berempat lalu segera masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang juga akan menaiki kereta yang sama. Setelah beberapa saat, terdengar suara sirine kereta api yang menggema. Sandra dan ketiga temanya terlihat bahagia. Saat kereta api yang dituju akhirnya datang juga, sesaat setelah pintu gerbong terbuka, situasi desak-desakan pun terjadi. Wajar jika mereka berdesak-desakan karena pagi itu masih menunjukan pukul delapan pagi, waktu bagi orang-orang berangkat bekerja. Nampak Amanda dan Abimana telah terlebih dahulu masuk ke dalam gerbong kereta. Sandra yang nampak kebingungan terlihat kewalahan saat hendak masuk kedalam gerbong kereta. Bakti yang melihat Sandra yang tengah kesusahan, lantas segera meraih tangan Sandra dan menariknya untuk masuk bersama. Sandra sedikit terkejut dengan aksi Bakti tersebut.

Sandra dan Bakti akhirnya bisa memasuki gerbong kereta walaupun harus berdesak-desakan dengan penumpang lain. Sandra dan Bakti terlihat berhadap-hadapan, dengan masing-masing satu tangan mereka berpegangan pada hand strap. Suasana diantara mereka berdua seketika menjadi canggung. Sandra yang hanya setinggi dada Bakti hanya menundukkan kepala dan terdiam karena malu untuk membuka obrolan, begitu juga sebaliknya. Hingga suatu kejadian terjadi saat kereta api berhenti di stasiun berikutnya.

Beberapa penumpang yang berdiri di belakang Sandra tiba-tiba bergerak mundur karena ada beberapa penumpang baru yang masuk. Kejadian itu memaksa Sandra juga harus ikut mendorong tubuhnya dan semakin dekat dengan Bakti, begitu juga dengan Bakti yang tubuhnya ikut terdorong mendekati Sandra. Sandra yang tidak memperhatikan jika dirinya semakin dekat dengan Bakti, tanpa disengaja kepala dan setengah tubuh Sandra menempel ke tubuh Bakti. Sandra seketika terkejut serta raut wajahnya perlahan memerah sambil menelan ludah. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya juga terhimpit tubuh penumpang lain dari belakang. Bakti yang menyadari hal itu juga ikut menjadi terkejut tanpa bereaksi, dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa karena keadaan di dalam gerbong yang sangat sempit karena banyaknya penumpang.

"Sa- Sandra?" ucap Bakti dengan suara pelan.

"Ma- Maaf, gue gak bisa gerak," balas Sandra yang terhimpit tubuh penumpang disekitarnya.

Telinga Sandra nampak menempel pada dada Bakti hingga membuat Sandra mampu mendengar detak jantung Bakti. Bakti yang juga mulai merasa malu berusaha untuk tetap tenang. Dengan satu tangan yang masih memegang hand strap dengan erat, dan satu tangan lainnya berada di samping dalam posisi lurus tanpa berani bergerak sedikitpun, serta tubuh yang saling berdempetan, mereka berdua sama sekali tidak berani saling bertatap muka. Mereka harus menahan kecanggungan itu hingga keret yang mereka tumpangi sampai ke tujuan

***

"Aahhh.... " gumam Amanda sambil meregangkan tubuhnya, "Akhirnya sampai juga. Untung aja tadi dapat tempat duduk," sambungnya.

"Apaan sih, padahal yang pertama nemuin tempat duduknya kan, aku!" gumam Abimana kesal.

"Gak usah cerewet!!" balas Amanda, "Kemana si Sandra sama si Bakti, nih?" sambungnya sambil melihat sekeliling.

Saat Amanda hendak mengeluarkan handphonenya untuk menelpon Sandra, tiba-tiba Amanda dikejutkan dengan teriakan adiknya.

"Itu kak Bakti!" seru Abimana sambil menunjuk.

Amanda yang terkejut langsung berubah menjadi senang dan lega saat melihat dua sahabatnya yang berada di tengah kerumunan berjalan menuju ke arahnya. Akan tetapi Amanda tiba-tiba mengernyitkan dahi saat melihat Sandra dan Bakti yang berjalan tanpa berbincang-bincang. Nampak Sandra yang berjalan sambil menundukkan kepalanya dan Bakti yang berjalan sambil melihat-lihat sekeliling.

Pandangan Bakti dengan cepat tertuju ke arah Abimana, dan dengan cepat dia menyapanya.

"Abi, tadi kamu naik gerbong nomor berapa?" tanya Bakti dan langsung mendorong tubuh Abimana menjauh dari Amanda dan Sandra.

Abimana yang kebingungan hanya pasrah saat tubuhnya digiring menjauh dari kedua wanita yang tengah berhadap-hadapan itu. Sandra yang sudah berada di depan Amanda hanya terdiam dan menundukkan kepala.

"Sandra, lu gak kenap--"

"Manda...!! teriak Sandra yang sontak mengejutkan Amanda.

Sandra dengan cepat meraih kedua tangan Amanda. " Gila... Mau mati gue, Nda...!!!"

Amanda menarik tangannya. "Kenapa sih, San?"

"Malu banget gue, Nda!" ucap Sandra sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kenapa sih? Coba ceritain yang jelas dong!" balas Amanda.

"Tadi kan, Nda... " balas Sandra dan mulai bercerita.

"Ha-ha-haaaaa..... " tawa Amanda dengan lepas.

Sandra yang baru saja selesai bercerita hanya terdiam dan keheranan dengan respon Amanda yang malah menertawakannya.

"Gila sih itu, sayang banget gue gak ada di sana!!" ucap Amanda yang telah puas tertawa.

Sandra yang kesal lantas berkata, "Lu kok malah ketawa sih, Nda?!"

"Gue gak bisa ngebayangin gimana ekspresi wajah lu, San. Pasti... Pasti-" jawab Amanda dan kembali tertawa keras.

Nampak raut wajah Sandra memerah. "Manda!!!" teriak Sandra.

Amanda akhirnya menghentikan tawanya dan menghapus air matanya yang keluar karena terlalu bersemangat saat tertawa.

"Ada apa, Sandra?" tanya Amanda yang sedikit menahan tawa.

"Gue harus bagaimana, Nda?" tanya Sandra.

Amanda menghela napas. "Ya udah sih, namanya juga gak sengaja. Toh juga banyak penumpang lain yang mungkin mengalami kejadian yang sama, San."

Sandra terdiam sejenak saat mendengar jawaban masuk akal dari Amanda.

"Tapi, Nda. Sikap Bakti jadi berubah," ujar Sandra yang sedikit menjadi cemas.

Amanda kembali menghela napas, dengan tangan kiri berada di pinggang dan tangan kanan menunjuk ke arah Sandra.

"Kan gue udah pernah bilang ke lu. Kalau Bakti itu juga suka sama lu, San," ucap Amanda.

Sandra terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Gua masih belum percaya, Nda."

Amanda sontak menurunkan kedua tangannya. "Ya udah kalau gak percaya."

Amanda lalu memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan Sandra untuk menyusul Abimana dan Bakti. Sandra yang tengah merenung menjadi terkejut lalu segera berlari mengejar Amanda yang sudah pergi meninggalkan dirinya.

"Manda tunggu. Masih banyak yang mau gua ceritain!!" teriak Sandra sambil berlari.

Amanda tidak menggubris teriakan Sandra dan masih terus melanjutkan jalannya.

~~

Episodes
1 YANG TERPILIH
2 Pagi
3 Perkara
4 Tekanan
5 PARA TEMAN
6 Suasana Hati
7 Liburan
8 Nenek
9 Kembali
10 Mayapada
11 Jawaban
12 Bangun
13 Rencana
14 Tujuan
15 Perubahan
16 Isi Hati
17 Efek
18 Kemunculan
19 Tiga kesempatan
20 Pertarungan
21 Belajar
22 Bertemu Kembali
23 Mencari Tahu
24 Mimpinya
25 Ajakan
26 Ketemuan
27 Andai
28 Ilusi
29 Kegagalan
30 Pulang
31 Berita
32 Duka
33 Istimewa
34 Mulai Kembali
35 Sembuh
36 Widyanita dan Gantari
37 Siasat
38 Saingan
39 Bimbang
40 Nasehat
41 Interlude 1
42 Sabar
43 Kenalan Baru
44 Perselisihan
45 Ancaman Baru
46 Mulai Tersorot
47 Anak Baru
48 Lingkaran Merah
49 Penglihatan
50 Datang
51 Trauma
52 Kenyataan Pahit
53 Dugaan
54 Kunjungan
55 Tamu
56 Bunga Tidur
57 Tafsir
58 Pembawa Pesan
59 Yang Terkasih
60 Cucuku
61 Teror
62 Bola Mimpi
63 Jebakan
64 Interlude 2
65 Rencana yang Berubah
66 Perjalanan
67 Kakak Adik
68 Tak Terduga
69 Menahan
70 Biru Laut
71 Celah
72 Berdua
73 Terpaksa
74 Kacau
75 Pertanda
76 Hilang Kabar
77 Erat
78 Pesan
79 Bencana
80 Membawa Harapan
81 Penyesalan
82 Masuk
83 Hidup dan Mati
84 Bangkit
85 Terjebak
86 Keberuntungan dan Kebenaran
87 Kembali
88 Hari Normal
89 Interlude
90 Bercerita
91 Bola Pelindung
92 Semakin Dekat
93 Percikan Pertama
94 Pelanggan
95 Strategi Baru
96 Penguntit
97 Puspa
98 Narada
99 Perpisahan
100 Yang Telah Tiada
101 Pertemuan
102 Catatan
103 Keberanian
104 Memori
105 Berkesan
106 Peperangan
107 Bunga
108 Tekanan
109 Berkecil Hati
110 Ungkapan
111 Terjebak
112 Resah
113 Pengakuan
114 Mimpi yang Diharapkan
115 Terbayang-bayang
116 Ketuk
117 Kembalilah
118 Sial
119 Taruhan
120 Hasil
121 Pulang
122 Perasaan
Episodes

Updated 122 Episodes

1
YANG TERPILIH
2
Pagi
3
Perkara
4
Tekanan
5
PARA TEMAN
6
Suasana Hati
7
Liburan
8
Nenek
9
Kembali
10
Mayapada
11
Jawaban
12
Bangun
13
Rencana
14
Tujuan
15
Perubahan
16
Isi Hati
17
Efek
18
Kemunculan
19
Tiga kesempatan
20
Pertarungan
21
Belajar
22
Bertemu Kembali
23
Mencari Tahu
24
Mimpinya
25
Ajakan
26
Ketemuan
27
Andai
28
Ilusi
29
Kegagalan
30
Pulang
31
Berita
32
Duka
33
Istimewa
34
Mulai Kembali
35
Sembuh
36
Widyanita dan Gantari
37
Siasat
38
Saingan
39
Bimbang
40
Nasehat
41
Interlude 1
42
Sabar
43
Kenalan Baru
44
Perselisihan
45
Ancaman Baru
46
Mulai Tersorot
47
Anak Baru
48
Lingkaran Merah
49
Penglihatan
50
Datang
51
Trauma
52
Kenyataan Pahit
53
Dugaan
54
Kunjungan
55
Tamu
56
Bunga Tidur
57
Tafsir
58
Pembawa Pesan
59
Yang Terkasih
60
Cucuku
61
Teror
62
Bola Mimpi
63
Jebakan
64
Interlude 2
65
Rencana yang Berubah
66
Perjalanan
67
Kakak Adik
68
Tak Terduga
69
Menahan
70
Biru Laut
71
Celah
72
Berdua
73
Terpaksa
74
Kacau
75
Pertanda
76
Hilang Kabar
77
Erat
78
Pesan
79
Bencana
80
Membawa Harapan
81
Penyesalan
82
Masuk
83
Hidup dan Mati
84
Bangkit
85
Terjebak
86
Keberuntungan dan Kebenaran
87
Kembali
88
Hari Normal
89
Interlude
90
Bercerita
91
Bola Pelindung
92
Semakin Dekat
93
Percikan Pertama
94
Pelanggan
95
Strategi Baru
96
Penguntit
97
Puspa
98
Narada
99
Perpisahan
100
Yang Telah Tiada
101
Pertemuan
102
Catatan
103
Keberanian
104
Memori
105
Berkesan
106
Peperangan
107
Bunga
108
Tekanan
109
Berkecil Hati
110
Ungkapan
111
Terjebak
112
Resah
113
Pengakuan
114
Mimpi yang Diharapkan
115
Terbayang-bayang
116
Ketuk
117
Kembalilah
118
Sial
119
Taruhan
120
Hasil
121
Pulang
122
Perasaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!