PARA TEMAN

Sandra baru saja kembali dari dapur sambil membawa dua botol minuman soda dan beberapa makanan ringan di atas nampan.

"Ada apa tuan putri datang kemari?" ucap Sandra sambil menaruh hidangan yang dia bawa ke atas meja kaca.

"Tuan putri-tuan putri... Biasa aja dong manggilnya!" balas Amanda yang sedang duduk bersandar di atas sofa sambil mengotak-atik handphone nya dengan raut wajah yang terlihat masam.

"Iya-iya Buu... Galak amat sih jadi orang," balas Sandra lalu duduk di samping Amanda, "Udah tuh diminum dulu, maaf adanya cuman itu," sambungnya.

Amanda melirik ke arah Sandra. "Gue ke sini bukan mau minta makanan."

"Terus kenapa pagi-pagi ke sini?" tanya Sandra sambil membuka satu botol minuman soda yang dia bawa tadi.

"Budhe Siti yang nyuruh gue buat kesini," jawab Amanda yang masih fokus ke pada gadget miliknya.

Sandra yang sedang meneguk minumannya tiba-tiba menjadi tersedak hingga membuatnya batuk-batuk. Amanda yang terkejut segera menjatuhkan handphone nya dan segera menepuk-nepuk punggung Sandra.

"San... Lu kenapa?!" tanya Amanda yang menjadi panik.

Kegaduhan terjadi diantara mereka berdua, tampak Sandra memegangi lehernya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya mencengkram bahu kanan Amanda dengan erat. Akibatnya Amanda mengerang kesakitan .

***

"Udah enakan, San?" tanya Amanda sembari memijat-mijat leher belakang Sandra.

Sandra yang juga tengah memijat-mijat leher bagian depannya lantas mengangkat ibu jarinya.

"Nda, kenapa nenek gue nyuruh lu buat kesini?" tanya Sandra dengan suara pelan, lalu kembali batuk beberapa kali.

"Katanya sih lu akhir-akhir ini jadi pendiam, sering murung gak jelas, gak nafsu makan, sam-" ucapan Amanda terhenti saat dirinya melihat raut wajah Sandra yang tiba-tiba berubah menjadi murung.

Amanda lalu meraih minumannya dan menyandarkan tubuhnya ke sofa.

Amanda memutar tutup botolnya sambil berkata, "Ya... gue tau sih kenapa lu bisa jadi begitu. Kalau gue yang ngalamin kemarin pasti juga gue bakalan kaya gitu, malah mungkin lebih parah," ucap Amanda lalu meneguk minumannya.

Setelah beberapa kali meneguk minumannya, Amanda melanjutkan perkataannya.

"Tapi San, mikirin sesuatu yang udah berlalu itu gak penting. Malahan sekarang lu bukan Sandra yang gue kenal, karena kebanyakan mikirin kejadian kemarin."

Sandra menoleh ke arah Amanda. "Maksudnya?" tanyanya.

"Ya untuk sekarang lu bukan Sandra yang gue kenal. Sandra yang gue kenal itu ya," seketika Amanda menegakkan tubuhnya dan jari-jemarinya mulai bergerak untuk menghitung, "Orangnya kalem tapi ceria, pintar, gak mudah menyerah, pintar berbicara, tapi lemot, kadang penakutnya minta ampun, terus jadi gagap deh kalau ta-" ucapan Amanda kembali terhenti saat melihat Sandra yang tiba-tiba tertawa kecil.

"Kenapa?" tanya Amanda keheranan.

Sandra menggelengkan kepalanya. "Makasih ya, Nda."

"Makasih kenapa?" tanya Amanda kembali dan semakin bertanya-tanya, "San, lu jangan mati dulu ya!" sambungnya sambil menatap Sandra dengan serius.

"Enak aja!" teriak Sandra.

Mereka berdua lalu tertawa bersama.

"San, sebenarnya gua ke sini itu mau ngajak lu keluar jalan-jalan," ucap Amanda.

"Jalan-jalan kemana?" tanya Sandra lalu meraih minumannya.

"Jakarta," jawab Amanda sambil tersenyum lebar.

Sandra yang tengah meneguk minumannya tiba-tiba kembali batuk beberapa kali, kejadian itu membuat Amanda kembali menjadi panik.

Amanda dengan sigap kembali menepuk-nepuk punggung Sandra. "San... San!"

"Lu sih, bikin kaget terus!" seru Sandra lalu memukul lengan Amanda.

"Bikin kaget gimana sih, San?" balas Amanda.

"Ke Jakarta? jauh, Nda," ucap Sandra

"Jauh lu kata? cuman satu jam dari sini, San," balas Amanda.

"Iya kalau gak macet," ucap Sandra dan membuat Amanda terbungkam.

Amanda lalu mengerang kesal dan berkata, "Mumpung kuliah libur satu bulan, San. Belum lagi kerjaan kita juga ikut libur hari ini. Dari pada berdiam diri di rumah, apa lagi sekarang akhir-akhir ini lu lagi ngerasa gak enak. Takutnya ya San, amit-amit nihh, lu jadi gila."

"Idih!!" seru Sandra, "Mulutnya Manda nih ya, enteng banget kalau ngomong," sambungnya.

"Lagian lu apa gak kasihan sama gue?" tanya Amanda lalu merebahkan tubuhnya ke atas sofa.

Sandra melihat Amanda dengan tatapan mata tajam. Sandra bertemu dengan Amanda saat mereka masih duduk di bangku SMA. Dia adalah seorang gadis tomboi dengan rambut ikal pendek, bisa dilihat dari cara berpakaiannya yang mengenakan kaos hitam dengan gambar tengkorak kecil pada bagian dada kirinya, menggunakan celana jeans berwarna biru tua yang bahkan hampir mendekati warna hitam, serta saat pertama dia datang ke rumah Sandra, dirinya memakai jaket jeans berwarna biru muda yang saat ini di letakan di sandaran kursi sofa yang dia duduki, serta Amanda memiliki raut wajah alami yang tegas bahkan sesekali terkesan seperti sedang marah.

Sandra menghela napas. "Iya-iya deh... Berdua aja kita?"

Amanda yang sudah kembali memasang wajah marahnya menoleh ke arah Sandra. "Lu mau?!" seru Amanda lalu tersenyum lebar.

Sandra mengangguk kecil. Amanda lantas segera berdiri dari duduknya.

"Gitu doang lama amat bilangnya," ucap Amanda yang tengah berdiri di hadapan Sandra.

Sandra memalingkan wajahnya dan berkata, "Berdua aja nih kita?"

"Tenang," jawab Amanda sambil bertolak pinggang, "Sebenarnya gue udah tahu kalau lu bakalan nolak. Makanya gue ngajak seseorang yang pasti bikin lu mau ikut," sambungnya dengan percaya diri.

"Siapa... siapa?" tanya Sandra yang menjadi penasaran.

"Tunggu aja," jawab Amanda.

Sesaat setelah Amanda berkata, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu depan rumah Sandra.

"Permisi!!!" suara laki-laki yang mengiringi ketukan pintu tersebut.

"Nah... Panjang umur itu orang," ucap Amanda dan bergegas menuju pintu depan.

"Ini dia... " ucap Amanda yang tengah menarik gagang pintunya dengan perlahan dan tubuhnya menghadap ke arah Sandra.

Dengan semangat dan senyum di bibirnya, Sandra memperhatikan pintu rumahnya yang perlahan-lahan terbuka.

Amanda dengan percaya diri berkata, "Tamu istimewa kita...!!! Bak-"

"Abimana?" ucap Sandra sambil sedikit memiringkan kepalanya dan seketika membuat ucapan Amanda terhenti.

Amanda yang berada di belakang pintu dan menghadap ke arah Sandra seketika menjadi terkejut saat mendengar Sandra menyebutkan nama Abimana.

Amanda langsung melihat keluar, dan alangkah terkejutnya dia mendapati seorang pria berambut ikal, memakai kemeja kotak-kotak berwarna hitam dan putih, mengenakan celana jeans hitam dan memakai sepatu slip on di kakinya. Wajah pria itu sekilas mirip dengan Amanda yang memiliki hidung mancung, tatapan mata tajam, dan bola mata berwarna hitam.

Amanda yang tidak percaya sontak langsung berteriak dan menarik kerah baju pria yang baru datang itu.

"Lu ngapain kesini!!" ucap Amanda yang marah dengan suaranya yang tiba-tiba berubah menjadi lebih besar dari sebelumnya.

"Aa... anu, itu... ee.. " jawab pria tersebut gelagapan, "Kak Bakti... Iya kak Bakti, Adek di ajak sama kak Bakti," sambungnya dengan tidak berani menatap Amanda.

Amanda menjadi tertegun saat mendengar nama Bakti, lalu dia menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Dimana dia sekarang?!" tanya Amanda dengan lantang.

"Tadi ada di belakang ku kok," jawab Abimana dengan suara pelan karena ketakutan.

"Manda, udah lah. Sama adiknya sendiri kok kasar amat sih," ucap Sandra yang berjalan mendekati Amanda dan Abimana.

Amanda lantas melepaskan kerah Abimana."Ngapain lu ikut segala, sih?" tanya Amanda dengan kesal.

"Sebenarnya Adek juga gak mau ikut, tapi..."

Tampak Sandra tiba-tiba membuka kedua matanya lebar-lebar karena terkejut saat melihat seseorang yang berjalan mendekati mereka bertiga.

"Ada apa nih kok pada ribut-ribut?" ucap pria yang baru saja datang.

Pria itu memakai hoodie berwarna abu-abu, dengan celana jeans berwarna biru muda, serta memakai sepatu sneakers berwarna putih.

"Eehh... Bakti, " ucap Amanda yang terkejut, "Gak kok, gak ada apa-apa," sambungnya sambil memasang senyum palsu.

Abimana lantas mengernyitkan dahi. "Idih, padahal tadi dia--"

Amanda dengan cepat melirik tajam ke arah Abimana, Abimana dengan cepat membuang mukanya dan menghentikan ucapannya karena ketakutan. Terlihat Sandra terpaku saat melihat penampilan Bakti pagi itu.

"Manda, ayo ikut gue sebentar," bisik Sandra kepada Amanda sambil meraih tangannya.

"Kemana, San?" tanya Amanda.

"Eehh...!!!"

Amanda menjadi terkejut saat Sandra tiba-tiba menarik tangannya ke dalam rumah.

"Kalian berdua masuk aja dulu!" teriak Amanda yang semakin dalam masuk ke dalam rumah.

Mereka berdua kini sudah berada di dalam kamar miliki Sandra, Sandra lantas membanting pintu kamarnya dengan keras. Terlihat napas Sandra menjadi cepat, wajahnya juga berubah menjadi merah merona.

"Manda...!!!" teriak Sandra, "Lu kenapa gak bilang kalau ngajak Bakti?!" sambungnya.

Amanda memutar bola matanya ke atas."Yaelah... Ini itu kejutan, San."

"Kejutan gimana?" tanya Sandra kembali.

"Ya gue tahu, lu bakalan nolak ajakan gue," jawab Amanda.

Sandra terdiam sejenak."Lu kenapa maksa banget buat ngajak gue jalan-jalan?"

"Udahlah... " ucap Amanda lalu berjalan ke belakang Sandra dan mendorongnya ke hadapan cermin yang berada di lemari baju, "Gak usah banyak tanya. Gue yakin lu bakalan suka sama jalan-jalan kali ini," sambungnya sambil memperlihatkan pantulan dirinya dan Sandra di dalam cermin.

Terlihat Sandra yang saat itu hanya mengenakan kaos berwarna merah marun dan celana pendek berwarna hitam.

"Lagian gue juga tahu kok, lu suka sama Bakti," ucap Amanda yang membuat Sandra tertegun, "Dan menurut kaca mata gue, Bakti juga suka sama lu, San," sambungnya.

Sandra sontak melirik ke arah Amanda."jangan ngomong yang gak-gak ya, Nda."

"Udah deh... Sekarang lu dandan yang cantik, biar Bakti klepek-klepek sama lu!" ucap Amanda dengan semangat.

Sandra lantas tersenyum kecil ke arah pantulan dirinya di dalam cermin.

~~

Episodes
1 YANG TERPILIH
2 Pagi
3 Perkara
4 Tekanan
5 PARA TEMAN
6 Suasana Hati
7 Liburan
8 Nenek
9 Kembali
10 Mayapada
11 Jawaban
12 Bangun
13 Rencana
14 Tujuan
15 Perubahan
16 Isi Hati
17 Efek
18 Kemunculan
19 Tiga kesempatan
20 Pertarungan
21 Belajar
22 Bertemu Kembali
23 Mencari Tahu
24 Mimpinya
25 Ajakan
26 Ketemuan
27 Andai
28 Ilusi
29 Kegagalan
30 Pulang
31 Berita
32 Duka
33 Istimewa
34 Mulai Kembali
35 Sembuh
36 Widyanita dan Gantari
37 Siasat
38 Saingan
39 Bimbang
40 Nasehat
41 Interlude 1
42 Sabar
43 Kenalan Baru
44 Perselisihan
45 Ancaman Baru
46 Mulai Tersorot
47 Anak Baru
48 Lingkaran Merah
49 Penglihatan
50 Datang
51 Trauma
52 Kenyataan Pahit
53 Dugaan
54 Kunjungan
55 Tamu
56 Bunga Tidur
57 Tafsir
58 Pembawa Pesan
59 Yang Terkasih
60 Cucuku
61 Teror
62 Bola Mimpi
63 Jebakan
64 Interlude 2
65 Rencana yang Berubah
66 Perjalanan
67 Kakak Adik
68 Tak Terduga
69 Menahan
70 Biru Laut
71 Celah
72 Berdua
73 Terpaksa
74 Kacau
75 Pertanda
76 Hilang Kabar
77 Erat
78 Pesan
79 Bencana
80 Membawa Harapan
81 Penyesalan
82 Masuk
83 Hidup dan Mati
84 Bangkit
85 Terjebak
86 Keberuntungan dan Kebenaran
87 Kembali
88 Hari Normal
89 Interlude
90 Bercerita
91 Bola Pelindung
92 Semakin Dekat
93 Percikan Pertama
94 Pelanggan
95 Strategi Baru
96 Penguntit
97 Puspa
98 Narada
99 Perpisahan
100 Yang Telah Tiada
101 Pertemuan
102 Catatan
103 Keberanian
104 Memori
105 Berkesan
106 Peperangan
107 Bunga
108 Tekanan
109 Berkecil Hati
110 Ungkapan
111 Terjebak
112 Resah
113 Pengakuan
114 Mimpi yang Diharapkan
115 Terbayang-bayang
116 Ketuk
117 Kembalilah
118 Sial
119 Taruhan
120 Hasil
121 Pulang
122 Perasaan
Episodes

Updated 122 Episodes

1
YANG TERPILIH
2
Pagi
3
Perkara
4
Tekanan
5
PARA TEMAN
6
Suasana Hati
7
Liburan
8
Nenek
9
Kembali
10
Mayapada
11
Jawaban
12
Bangun
13
Rencana
14
Tujuan
15
Perubahan
16
Isi Hati
17
Efek
18
Kemunculan
19
Tiga kesempatan
20
Pertarungan
21
Belajar
22
Bertemu Kembali
23
Mencari Tahu
24
Mimpinya
25
Ajakan
26
Ketemuan
27
Andai
28
Ilusi
29
Kegagalan
30
Pulang
31
Berita
32
Duka
33
Istimewa
34
Mulai Kembali
35
Sembuh
36
Widyanita dan Gantari
37
Siasat
38
Saingan
39
Bimbang
40
Nasehat
41
Interlude 1
42
Sabar
43
Kenalan Baru
44
Perselisihan
45
Ancaman Baru
46
Mulai Tersorot
47
Anak Baru
48
Lingkaran Merah
49
Penglihatan
50
Datang
51
Trauma
52
Kenyataan Pahit
53
Dugaan
54
Kunjungan
55
Tamu
56
Bunga Tidur
57
Tafsir
58
Pembawa Pesan
59
Yang Terkasih
60
Cucuku
61
Teror
62
Bola Mimpi
63
Jebakan
64
Interlude 2
65
Rencana yang Berubah
66
Perjalanan
67
Kakak Adik
68
Tak Terduga
69
Menahan
70
Biru Laut
71
Celah
72
Berdua
73
Terpaksa
74
Kacau
75
Pertanda
76
Hilang Kabar
77
Erat
78
Pesan
79
Bencana
80
Membawa Harapan
81
Penyesalan
82
Masuk
83
Hidup dan Mati
84
Bangkit
85
Terjebak
86
Keberuntungan dan Kebenaran
87
Kembali
88
Hari Normal
89
Interlude
90
Bercerita
91
Bola Pelindung
92
Semakin Dekat
93
Percikan Pertama
94
Pelanggan
95
Strategi Baru
96
Penguntit
97
Puspa
98
Narada
99
Perpisahan
100
Yang Telah Tiada
101
Pertemuan
102
Catatan
103
Keberanian
104
Memori
105
Berkesan
106
Peperangan
107
Bunga
108
Tekanan
109
Berkecil Hati
110
Ungkapan
111
Terjebak
112
Resah
113
Pengakuan
114
Mimpi yang Diharapkan
115
Terbayang-bayang
116
Ketuk
117
Kembalilah
118
Sial
119
Taruhan
120
Hasil
121
Pulang
122
Perasaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!