Satu minggu kemudian.
Sandra menyalakan kran air dari wastafel, kedua tangannya menadah air yang keluar lalu membasuh mukanya. Setelah beberapa kali membasuh mukanya, tangan kanannya bergerak meraih sebuah handuk putih yang tergantung di dinding, tepat berada di sebelah cermin yang terletak di atas wastafel tersebut. Setelah selesai membasuh dan mengerikan wajahnya, Sandra lalu melihat kearah cermin.
Sandra melihat pantulan wajahnya sendiri yang nampak kelelahan, kelopak matanya terlihat sedikit turun. Sudah satu minggu dari kejadian mengerikan yang dialami oleh Sandra, tapi meskipun begitu Sandra masih saja merasakan kengerian di dalam dirinya, nafsu makannya menurun semenjak Sandra melihat kondisi temannya yang mengerikan. Sandra masih terus dihantui oleh bayang-bayang Andi, Sandra juga merasa bersalah atas dirinya karena tidak menyelamatkan Andi saat mereka bertemu di dalam mimpinya.
Sandra lalu beranjak pergi dan keluar dari toilet rumahnya. Karena toilet rumahnya yang berdekatan dengan dapur rumahnya, Sandra langsung disambut oleh neneknya yang baru saja sampai di dapur untuk menyiapkan sarapan.
"Sandra, tumben jam empat pagi kamu sudah bangun?" tanya sang nenek.
"Iya nek," jawab Sandra singkat.
Sang nenek hanya terdiam saat melihat cucunya berjalan melewati dirinya tanpa sepatah kata pun dengan raut wajahnya yang terlihat masih menyimpan kesedihan. Sang nenek yang paham dengan kondisi cucunya itu hanya menghela napas lalu mulai membuat sarapan sebelum dirinya berangkat untuk bekerja.
Sandra yang sudah berada di dalam kamarnya lantas segera duduk di atas ranjangnya dan kedua tangannya menopang di samping. Dia memejamkan kedua matanya sambil mengatur napas, di dalam benaknya tiba-tiba terbesit ingatkan mengerikan tentang Andi. Napasnya menjadi berat lalu membuka kedua matanya dengan cepat, pandangan menjadi melirik ke arah laci yang berada di samping tempat tidurnya. Tatapan matanya seakan bisa melihat kedalam laci tersebut, seketika itu juga Sandra merasa sedikit gelisah saat melihatnya, setelah beberapa saat memandangi laci tersebut, Sandra lalu membaringkan tubuhnya ke atas ranjang dengan kaki yang masih menggantung di luar ranjang. Sandra menatap langit-langit kamarnya, dirinya terus membayangkan tentang jasad Andi, dan terus mempertanyakan apakah dirinya bisa menyelamatkan Andi saat berada di dunia mimpi. Sandra lalu menghela napas dan memejamkan kedua matanya.
"Sandra... Kembalilah Sandra"
Sandra seketika terbangun dalam keadaan terkejut hebat sampai-sampai napasnya berhembus dengan cepat. Dia mendapati neneknya yang sudah berdiri di hadapannya dengan ekspresi wajah yang juga ikut terkejut.
"Sandra, kamu kenapa nak?" tanya sang nenek sambil berusaha membantu Sandra untuk duduk.
"Nenek!?" kata Sandra yang kebingungan.
"Iya ini nenek, San," balas sang nenek.
Sandra yang terduduk lalu menempelkan telapak tangannya ke keningnya.
"Nenek tadi dengar suara gak?" tanya Sandra yang kebingungan, "suara yang memanggil-manggil nama Sandra," sambungnya yang menjadi panik sambil melihat sekeliling dengan raut wajah ketakutan.
"Sandra... Sandra. Kamu tenang dulu nak," ucap sang nenek sambil memegang kedua bahu Sandra.
Sandra lalu melihat ke arah neneknya dan berkata dengan suara yang bergetar, "Ta- tapi Sandra takut, nek!"
"Sssttt," sang nenek membungkuk lalu menarik bahu Sandra dan memeluk tubuhnya,
"Gak ada yang perlu kamu takuti, Sandra," ucap sang nenek sambil menepuk-nepuk punggung cucunya itu.
"Tapi nek, suara itu terus muncul di kepala Sandra saat sedang tidur, dan itu udah berulang kali terjadi, nek!" balas Sandra dan menangis di pelukan neneknya.
"Itu semua cuma perasaan mu saja, Sandra," ucap neneknya.
"Bukan," Sandra melepaskan pelukan neneknya, "Sandra baru saja mendengarnya lagi, suara itu terus memanggil nama Sandra. itu... itu terasa sangat jelas dan nyata," sambungannya, nampak kedua mata Sandra menjadi sembab.
Sang nenek lalu tersenyum kecil ke arah Sandra. "Itu bukan suara hantu, Sandra. Itu tadi nenek yang membangunkan mu."
Sandra menjadi terdiam sejenak saat mendengar perkataan neneknya barusan. Bola matanya melirik ke bawah, raut wajahnya seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Nek?" ucap Sandra dan mendongak ke arah wajah neneknya.
Sang nenek menjadi terkejut, belum pernah dia melihat wajah cucunya seserius itu.
"Sandra mau cerita sedikit," kata Sandra.
Sang nenek lalu duduk di samping Sandra dan memperhatikannya dengan serius.
"Silahkan, cerita saja," balas neneknya dengan senyum.
"Sebenarnya Sandra udah lama mau ceritain ini ke nenek," ucap Sandra yang lalu menundukkan kepalanya, "Tapi... Sandra..." Sandra menghentikan ucapannya, terlihat keraguan pada bibir Sandra saat ingin melanjutkan kata-katanya.
"Sudah ceritakan saja, Sandra," ucap neneknya sambil membelai rambut pendek Sandra yang terurai.
Sandra kembali melihat wajah neneknya, dirinya menarik napas dan mulai bercerita,
"Saat sebelum Sandra menemukan mayat Andi di gudang, Sandra bertemu dengannya di dalam mimpi Sandra. Andi sempat mengatakan beberapa kata, tapi Sandra gak tahu maksudnya. Dan akhirnya Andi menyayat lehernya sendiri."
Sang nenek menjadi tertegun saat mendengar cerita Sandra.
"Sandra bingung harus ngapain, nek!" ucap Sandra yang menahan tangis, "Belum lagi saat Sandra di curigai sama polisi, karena Sandra gugup saat menjawab pertanyaan mereka," sambungnya dan akhirnya menangis.
Sang nenek lalu menarik perlahan kepala cucunya dan menyandarkannya di bahunya.
"Sudah, jangan menangis."
Sang nenek menatap cucunya yang menangis tersedu-sedu dengan tatapan iba, Dirinya merenung sejenak.
"Sandra, dengarkan nenek," katanya.
Sandra perlahan mengangkat kepalanya dan melihat ke arah neneknya, kedua matanya tampak sembab dan memerah.
"Tidak usah kamu pikirkan berlebihan, itu semua bukan salah kamu," ucap sang nenek.
"Tapi nek..." balas Sandra, ucapannya terhenti seketika saat tangan neneknya tiba-tiba meraih pipinya.
"Sudah, jadikan pengalaman mu itu sebagai pembelajaran. Mungkin saja suatu saat nanti kamu bisa menyelamatkan seseorang melalui mimpi mu. Nenek percaya itu karena kamu wanita yang kuat," ucap neneknya dengan tersenyum.
Sandra lalu terdiam sejenak, kedua matanya lalu melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. Sandra lalu kembali melihat neneknya, dan Sang nenek melontarkan senyum hangat kepada dirinya.
"Sudah, ayo sarapan dulu," ajak neneknya sambil sedikit mendorong bahu Sandra.
Sandra hanya mengangguk dengan raut wajah yang lesu.
***
Di atas meja makan sudah tersedia nasi goreng yang berada di dalam wadah kaca, beberapa telur dadar di atas piring, dan juga terdapat alat-alat makan, seperti piring hingga sendok, juga sebuah teko berisi air putih, beserta dengan tiga buah gelas di sampingnya. Sandra yang masih dirangkul oleh neneknya digiring menuju kursi. Sandra yang sudah duduk terlebih dahulu melihat-lihat hidangan yang tersedia di atas meja itu dengan wajah datar. Sang nenek lalu menggeser kursi dan duduk di dekat Sandra.
"Maaf ya nak, cuma ada nasi sisa semalam dan telur dadar doang," ucap sang nenek sambil membelai rambut cucunya.
Sandra terkejut dan dengan cepat menoleh ke arah neneknya dan berkata, "Gak masalah nek, Sandra suka kok sama nasi goreng buatan nenek," Sandra lalu menundukkan kepalanya, "Sandra juga minta maaf karena belum bisa beliin nenek makanan yang enak."
Sang nenek menjadi tertegun, dirinya tersenyum tulus dan sedikit mengeluarkan air matanya.
"Sudah, ayo buruan dimakan," ucap sang nenek sambil mengambilkan piring untuk Sandra, "Nenek mau berangkat kerja, kamu juga kan?" sambungnya.
"Belum tahu, nek. Mungkin hari ini Sandra libur," jawab Sandra.
Sang nenek hanya mengangguk dan mulai menaruh makanannya ke atas piringnya.
***
"Nenek berangkat dulu, nanti kalau kamu berangkat kerja jangan lupa kunci pintunya," ucap neneknya kepada cucunya yang berdiri di belakang.
Penampilan sang nenek saat itu terlihat begitu sederhana, dengan hanya mengenakan kaos berlengan panjang berwarna abu-abu, dan celana panjang hitam, serta membawa tas tenteng berwarna coklat di bahu kirinya, rambutnya yang sudah beruban di sanggul kebelakang.
Sandra mengangguk kecil. "Iya nek."
Sang nenek lalu berjalan keluar pintu meninggalkan Sandra, dan Sandra lalu bergegas menutup pintunya kembali. Sandra memutar tubuhnya dan melihat ruang tamunya yang sederhana, terdapat beberapa kursi sofa yang sudah mulai kumuh membentuk huruf L, juga sebuah meja kaca kecil dihadapannya, terdapat juga sebuah TV tabung di atas meja laci yang di letakan menghadap ke arah kursi sofa.
"Jadi bingung mau ngapain, mau kuliah tapi masih libur, satu bulan lagi karena kejadian kemarin. Mau kerja gak ada jam masuk," kata Sandra.
Raut wajah Sandra terlihat tidak lagi lesu atau pun sedih, perasaan Sandra juga saat ini sudah sedikit membaik setelah menceritakan semuanya kepada neneknya, sang nenek telah memberikan beberapa nasehat serta semangat kepada dirinya saat di meja makan. Sandra yang menjadi bosan akhirnya memutuskan untuk menonton siaran televisi dan hanya bermain handphone. Sandra bergegas untuk mengambil handphone miliknya di kamarnya, saat kembali ke ruang tamu untuk menyalakan TV, Sandra yang baru saja duduk dan mengangkat remote TV-nya tiba-tiba mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya.
"Siapa sih yang datang pagi-pagi begini?" katanya dengan nada kesal.
Sandra lalu bangkit dari duduknya, dirinya kemudian menyembunyikan tubuhnya di balik pintu dan hanya menunjukkan kepalanya saja saat membuka pintu. Sandra seketika dibuat terkejut saat melihat orang yang datang ke rumahnya.
"M- Ma- Manda!?"
Tampak Amanda yang tengah berdiri di depan pintu sambil melipat kedua tangannya dengan raut wajah yang terlihat sedikit masam.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments