Sandra tiba-tiba terbangun di depan pintu lift, napasnya berhembus cepat, bersamaan dengan detak jantungnya yang berdetak kencang. Ia lalu segera berdiri dari tidurnya dan melihat ke arah indikator lift yang menunjukkan angka dua. Sandra kemudian melihat sekeliling, ia tengah berdiri disebuah lobi yang hanya disinari oleh lampu-lampu yang sudah redup, tidak ada siapapun di ruangan tersebut selain Sandra seorang. Suasana yang mencekam itu membuat rasa takut sekaligus bingung mulai menyelimuti Sandra. Ia lalu berjalan beberapa langkah, dan mendapati dua buah koridor yang berada di sisi kanan dan kirinya. Seketika Sandra sadar, dia berada di lantai dua kampusnya, tempat dimana kelas untuk jam pertama Sandra berada.
Sandra berada di antara dua koridor, yang mana jika Sandra berjalan ke koridor sebelah kanan, dia akan mendapati kelasnya, dan jika dia berjalan ke koridor sebelah kiri, dia akan mendapati tiga ruangan kelas yang sudah tidak terpakai dan dialih fungsikan menjadi gudang. Sandra yang ketakutan mulai mengusap-usap cincinnya dengan tangan yang mulai sedikit gemetar, wajahnya terlihat mulai menjadi sedikit pucat. Dirinya sangat kebingungan saat tiba-tiba berpindah ke tempat yang terlihat mengerikan itu.
"Halo, ada orang disini?!" teriak Sandra lalu menoleh ke kanan dan ke kiri.
Sandra tidak kunjungan mendapat jawaban teriakannya, dan setelah beberapa saat mengamati tempat itu, ia memutuskan untuk menelusuri koridor yang mengarah ke kelasnya. Dirinya terdiam sejenak sebelum mengambil langkah pertama untuk mengambil napas dan mengumpulkan keberanian. Setelah beberapa saat kemudian, ia menapakkan langkah pertamanya,dan berjalan dengan Hati-hati. Setelah lama berjalan, Sandra tidak kunjungan menemukan kelasnya, hingga Sandra menyadari bahwa dirinya telah kembali ke lobi, tempat dia pertama kali terbangun. Sandra merasa tidak percaya dan terkejut dengan kejadian itu, ia lalu kembali menelusuri koridor yang sama sambil berlari.
Sandra yang kelelahan akhirnya berhenti dengan napas yang terengah-engah hingga membungkuk, dirinya harus menerima kenyataan bahwa dia telah kembali ke tempat semula. Sandra dengan membungkuk lalu menoleh kebelakang dan akhirnya mulai mengerti, dia hanya berputar-putar dari koridor kanan dan keluar dari koridor kiri, dan jika benar dia berada di kampusnya, maka hal itu tidak mungkin terjadi. Sandra yang mulai sangat ketakutan segera berlari ke arah lift dan menekankan-nekan tombol lift tersebut. Akan tetap, apa yang dilakukan Sandra itu sia-sia. Lift tersebut tidak bergerak sama sekali, dan indikatornya tetap menunjukkan angka dua. Sandra yang semakin panik perlahan berjalan mundur dan bersandar ke dinding di antara dua koridor. Ditengah keputusasaannya, tiba-tiba terbesit sebuah pemikiran dari dalam benaknya. Sandra berfikir ingin menelusuri koridor sebelah kiri, koridor yang terlihat lebih gelap dari pada koridor yang dia telusuri sebelumnya.
Sandra melihat ke arah koridor tersebut, ia lalu berdiri menghadapnya sambil menatap tajam ke dalam koridor yang terlihat menakutkan itu. Sandra menelan ludah dalam-dalam dan mulai berjalan perlahan ke dalam koridor itu. Setelah beberapa saat, Sandra melihat tiga ruang kelas yang sudah menjadi gudang. Pintu gudang yang berada di tengah terlihat sedikit terbuka dan memancarkan cahaya terang dari dalam. Sandra tanpa pikir panjang bergegas menghampiri pintu tersebut dan membukanya. Kedua matanya seketika terbuka lebar saat melihat ke dalam gudang tersebut.
"Kenapa. Kenapa aku tidak bisa menyelamatkannya!?" teriak seorang pria yang berdiri menghadap ke dinding dan memegang sebuah pisau di tangan kanannya.
Sandra yang masih memegang gagang pintu itu terlihat sangat kebingungan lalu berkata,
"Permisi, pak?"
Pria misterius itu segera membalikkan tubuhnya saat mendengar suara Sandra. Sandra kembali dibuat terkejut saat melihat wajah pria misterius itu. Dia adalah Andi, teman Sandra yang dia dapatkan dari ospek dulu, teman yang sudah akrab dengan Sandra. Penampilan Andi terlihat sangat kumuh, dan keringat yang terus mengalir membasahi wajah dan pakaiannya.
"Cincin itu!" teriak Andi sambil menunjuk menggunakan pisaunya ke arah tangan Sandra yang mengenakan cincin,
"Lepaskan cincin itu, Sandra!" sambung Andi dengan berteriak dan kedua matanya memelototi Sandra.
Sandra dengan reflek segera menggenggam cincinnya. Sandra mulai merasa takut saat Andi berteriak dan menodongkan pisau ke arah dirinya.
"A- Andi?" ucap Sandra.
"Cincin itu, lepaskan cincin itu Sandra!" teriak Andi kembali.
"A- apa maksudmu, Andi?" tanya Sandra kebingungan.
Andi lalu menurunkan pandangan dan pisaunya kemudian mulai termenung, terlihat seperti menyesali sesuatu.
"Cincin itu, karena cincin itulah aku kehilangan semuanya," ucap Andi dengan suara yang bergetar.
"Apa maksudmu?" tanya Sandra yang semakin kebingungan.
"Sandra dengarkan aku," ucap Andi yang lalu mengarahkan pisau ke lehernya sendiri.
Sandra yang melihat tindakan Andi tersebut menjadi terkejut dan panik.
"Andi, lu mau ngapain?!" teriak Sandra.
"Jika kamu tidak ingin kehilangan semuanya, lepaskan cincin itu," ucap Andi lalu menyayat lehernya sendiri.
Andi lalu menjadi tidak stabil dan akhirnya tersungkur ke lantai, tubuhnya mengalami kejang, darahnya mengucur deras keluar dan mewarnai lantai ruangan tersebut. Andi sempat mengeluarkan suara seperti mengerang.
Sandra yang melihat kejadian itu menjadi sangat ketakutan hingga membuatnya berteriak histeris sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"AAAAHHH!!!!"
***
"AAAAHH!!!" teriak Sandra yang tiba-tiba terhentak dari tidurnya di atas meja yang sontak mengejutkan seisi kelas.
Sandra terlihat terengah-engah dengan keringat membasahi wajahnya yang kebingungan. Sandra yang masih diselimuti ketakutan melihat ke arah teman-temannya yang terheran-heran menatap dirinya. Begitu juga dengan Bu Ida yang baru sampai, dosen yang mengajar pagi itu. Sandra dengan malu segera memalingkan wajahnya ke kiri sambil menutupinya dengan kedua tangannya, dan mendapati Amanda yang melongo ke arahnya.
"Sandra, kenapa kamu?" tanya Bu Ida lalu berjalan menghampiri Sandra.
Sandra lalu bergegas membenarkan posisi duduknya saat Bu Ida berjalan mendekatinya.
"Gak kenapa-kenapa, bu," jawab Sandra sambil tersenyum malu.
"Mungkin dia kecapean, Bu," celetuk Bakti yang duduk di depan meja Sandra.
"Emang benar begitu, San?" tanya Bu Ida yang berdiri di depan meja Sandra sambil menatap wajahnya.
Merasa itu adalah alasan yang tepat, Sandra lalu mengangguk kecil sambil berkata,
"Iya Bu, kemarin saya kerja sampai larut malam."
Bu Ida lalu menghela napas pendek dan berkata,
"Yasudah, kamu ke belakang dulu terus cuci muka."
"Iya Bu," jawab Sandra sambil menghela napas dan segera beranjak dari kursinya.
Saat Sandra ingin membuka pintu, ia melihat ke arah Amanda yang masih melongo ke arahnya.
"Oke semua, fokus ke depan," perintah Bu Ida sambil berjalan kembali ke mejanya. "Untuk Amanda, saya ada kuis buat kamu," sambung Bu Ida.
Amanda yang mendengar perkataan Bu Ida menjadi sangat terkejut dan membuat mulutnya semakin terbuka lebar.
*
Sandra yang berlari kecil untuk menuju ke toilet tiba-tiba menghentikan langkah kakinya saat melihat koridor yang sama seperti di dalam mimpinya, lorong yang mengarah ke gudang, tempat kejadian mengerikan yang baru saja dia lihat di dalam mimpinya. Perasaan Sandra menjadi campur aduk saat melihat koridor tersebut, firasatnya mengatakan dia harus menghampiri gudang itu, akan tetapi perasaan takut menyelimuti dirinya hingga membuatnya bimbingan, Sandra terdiam sesaat untuk mengambil keputusan.
Setelah beberapa saat terdiam untuk berfikir, ia akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri gudang tersebut karena firasatnya yang terasa begitu kuat. Sandra dengan tenang berjalan di dalam koridor yang disinari cahaya matahari pagi itu. Terlihat suasana koridor begitu sepi, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di dalamnya, dan seorang pria yang merupakan petugas kebersihan di kampus tersebut yang tengah menyapu lantai. Sandra hanya berjalan tanpa berkata sepatah katapun saat melewati mereka hingga akhirnya Sandra melihat ruangan yang dia tuju. Gudang tersebut berada di bagian ujung koridor yang membuatnya jarang di datangi oleh orang-orang, ditambah lagi tempat itu yang sedikit tersembunyi, dan juga gudang tersebut tempat barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai.
Sandra yang semakin dekat dengan pintu gudang berwarna coklat itu mulai merasakan kegelisahan yang muncul di dalam hatinya, membuat Sandra memelankan langkah kakinya, detak jantungnya juga tiba-tiba berdecak dengan kencang. Sandra menuju pintu kedua dari tiga pintu tersebut, pintu yang sedikit terbuka persis seperti di dalam mimpinya.
Saat tangannya ingin meraih gagang pintu tersebut, tiba-tiba sebuah suara misterius muncul di dalam kepalanya.
"Jangan buka pintunya."
Suara itu muncul beberapa kali hingga menyebabkan sakit kepala. Rasa sakit tersebut membuat tangan yang ingin meraih gagang pintu seketika beralih memegang kepalanya. Sandra mengerang kecil agar tidak ada yang mendengarnya.
"Si- siapa kamu?" tanya Sandra kepada suara misterius di dalam kepalanya sambil menahan sakit.
Terlihat juga Sandra beberapa kali ingin terjatuh, tapi hal itu dapat dicegah olehnya dengan cara menyandarkan tubuhnya ke dinding yang berada di dekatnya. Sandra dengan meraba-raba dinding terus berusaha untuk meraih gagang pintu yang mulai terlihat kabur di pandangannya. Sandra tidak menghiraukan suara misterius yang masih terus melarangnya itu, karena Sandra masih percaya pada firasatnya untuk membuka pintu gudang tersebut.
Hingga pada akhirnya, Sandra bisa meraih gagang pintu tersebut, dan seketika rasa sakit di kepalanya menghilang, begitu juga dengan suara misterius yang terus melarangnya. Sandra lalu menghela napas lega sambil meraba-raba kepalanya yang tidak lagi merasa sakit. Sandra menatap tajam ke arah gagang pintu yang sudah berada di genggamannya, gadis itu lalu menelan ludah dan mulai mendorong pintu kayu tersebut, napasnya terasa berat saat merasakan pintunya yang semakin terbuka lebar.
Saat pintu gudang itu sudah sepenuhnya terbuka, seketika raut wajah Sandra menjadi sangat terkejut, bibirnya terlihat bergetar seperti ingin mengungkapkan sesuatu, kedua matanya terbuka lebar memancarkan ketakutan yang besar, tangan kanannya yang menggenggam gagang pintu terlihat gemetar dengan hebat, napasnya menggebu cepat, Sandra yang sudah tidak tahan akhirnya berteriak histeris sambil menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.
"AAAAHHH!!!"
Teriakan tersebut membuat orang-orang disekitar menjadi terkejut dan seketika melihat ke arah Sandra. Sandra lalu berjalan mundur menjauh dari pintu gudang tersebut hingga menabrak dinding yang berada di belakangnya, kedua kakinya menjadi lemas memaksa Sandra harus merosot turun dan terduduk.
Sandra yang sangat ketakutan menunjuk-nunjuk ke dalam gudang sambil berusaha untuk mengatakan sesuatu dengan suara yang bergetar dan terbata-bata,
"A- An- Andi!?"
Nampak tubuh Andi yang sudah tidak bernyawa dengan berlumuran darah, tergeletak dengan posisi terlentang di atas lantai, tampak sebuah luka sayatan benda tajam di lehernya, dan juga terdapat sebilah pisau yang sudah berlumuran darah berada di genggaman tangan kiri Andi.
Orang-orang yang berada di sekitar pun segera menghampiri Sandra yang terduduk lemas sambil menunjuk ke dalam gudang. Saat beberapa orang yang menghampiri Sandra bertanya tentang apa yang terjadi, tiba-tiba seorang wanita berteriak histeris saat melihat ke dalam gudang sambil menunjuk ke dalamnya, kejadian tersebut menarik perhatian orang lain yang berada di sana dan ikut melihat ke dalam gudang. Seketika mereka semua ikut menjadi terkejut saat melihat tubuh manusia yang sudah tidak bernyawa, situasi di tempat tersebut menjadi gaduh dan kacau, beberapa orang terlihat tidak kuat saat melihat tubuh Andi yang berlumuran darah dan memilih untuk pergi, dan beberapa orang berlari untuk meminta pertolongan.
Kegaduhan tersebut membuat para pelajar yang berada di dalam kelas yang berdekatan dengan gudang berlarian keluar untuk melihat apa yang terjadi, begitu juga dengan pelajar yang berada di dalam kelas Sandra saat mendengar teriakan kencang dari luar. Nampak Sandra menjadi terdiam dan perlahan menurunkan telunjuknya yang dari tadi menunjuk ke arah jasad Andi, tatapan matanya menjadi kosong, serta raut wajahnya yang perlahan menjadi datar.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments