Cincin Dunia Mimpi
Dalam sebuah hutan belantara, Sandra berjalan menyusuri jalan setapak sambil menenteng sepatu hak tinggi berwarna putih miliknya. Dia terpaksa harus melepas sepatunya itu karena kondisi jalan yang bertanah dan sedikit berlumpur, hal itu akan sangat menyulitkannya untuk berjalan saat mengenakan sepatu hak tinggi tersebut. Kondisi di dalam hutan itu terlihat gelap meskipun saat itu berada pada siang hari, itu karena cahaya matahari yang seharusnya menyinari hutan terhalang oleh awan dan pohon-pohon yang berdaun lebat. Wanita bergaun merah itu terus berjalan sambil memperhatikan sekitar dengan bola matanya yang berwarna coklat. Ditengah perjalanan tanpa tujuan itu, Sandra tiba-tiba mulai merasa ada yang mengawasinya, bulu kuduknya berdiri saat hembusan angin lembut mulai datang membelainya, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri mengibaskan rambut hitam sebahunya, dia hanya mendapati pepohonan yang besar dengan daun yang lebat serta sebuah rawa-rawa di bawahnya. Situasi itu membuat Sandra mulai gelisah dan mempercepat langkahnya.
Sandra yang setengah berlari tiba-tiba mendengar langkah kaki yang berdentum mengikutinya.
Kejadian itu sontak membuat Sandra ketakutan dan memaksanya harus segera berlari. Sandra yang panik berlari dengan cepat mengikuti jalan setapak. Hingga pada akhirnya jalan tersebut harus berakhir, tapi Sandra tidak menghiraukannya dan terus berlari sambil mengangkat gaunnya. Raut wajahnya ketakutan, napasnya semakin cepat mengikuti langkah kakinya yang juga semakin kencang karena berlari untuk menghindari sesuatu yang semakin mendekatinya. Sandra menoleh kebelakang untuk melihat makhluk apa yang mengejarnya, akan tetapi tanpa disengaja kakinya malah tersandung sebuah akar pohon yang menjulang keluar hingga membuatnya terjatuh dan menghempaskan sepatu yang dia bawa.
Karena benturan yang keras menyebabkan kaki kirinya sampai terkilir, Sandra mengerang kesakitan dan tampak sangat ketakutan, Sandra terus berusaha menjauh dari suara langkah kaki raksasa yang semakin mendekatinya, walaupun dengan cara merangkak sekalipun. Sesekali dia berusaha untuk berdiri tapi selalu gagal karena rasa sakit yang luar biasa pada kakinya yang terkilir. Langkah kaki yang menggema besar itu terasa semakin dekat dengan dirinya.
Sandra yang sudah tidak berdaya itu hanya bisa pasrah dan memutuskan untuk berbaring di atas tanah yang ditumbuhi rerumputan hijau sambil menatap langit yang tertutup awan-awan hitam.
"Tuhan, tolong aku," bisik Sandra yang meneteskan air mata.
Seketika awan yang menyelimuti langit perlahan memudar, membebaskan cahaya matahari untuk menyinari hutan, Sandra menyipitkan kedua matanya saat cahaya matahari mulai mengenai wajahnya. Sandra dengan reflek menangkis cahaya yang menyilaukan itu dengan tangan kirinya, dan Sandra menyadari sesuatu, jam tangan yang dari tadi dia pakai di tangan kirinya sudah tidak ada.
Tiba-tiba, sebuah cahaya yang sangat terang berasal dari langit menghampiri Sandra, cahaya itu diiringi oleh suara yang berdenging kencang. Cahaya tersebut perlahan membesar hingga menyelimuti seluruh hutan. Seketika seluruh tubuh Sandra menjadi kaku dan tidak bisa digerakkan dengan tangan kiri yang masih terangkat, napasnya kembali menjadi tidak teratur karena panik, ia hanya bisa pasrah dan memejamkan kedua matanya dengan erat tanpa berkata sepatah katapun, cahaya putih itu mulai menyelimutinya dan suara yang berdenging masuk ke telinganya.
"Buka matamu, Sandra," ucap suara lembut seorang wanita kepada Sandra.
Sandra segera membuka kedua matanya, dia melihat sekeliling dengan kebingungan dan napas yang terengah-engah. Suara yang berdenging kencang juga sudah menghilang dari pendengarannya.
Sandra berada di sebuah ruangan hampa berwarna putih, tidak ada siapapun dan apapun, bahkan sepatunya yang terhempas di dekat tubuhnya juga menghilang. Sandra kemudian mulai berusaha untuk duduk.
"Halo!" teriak Sandra yang.
Tidak ada yang menjawab teriakan Sandra selain pantulan suaranya sendiri. Ia lalu melihat kakinya yang terkilir, alangkah terkejutnya Sandra saat mendapati kakinya sudah kembali pulih, tidak ada bekas luka sedikitpun. Kemudian, Sandra dengan perlahan menapakkan kaki kirinya lalu mencoba untuk berdiri, seketika ia merasa bahagia dan lega saat bisa berdiri dengan normal tanpa merasakan sakit. Sandra menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memperhatikan sekitar. Setelah mengamati beberapa saat, Sandra dengan ekspresi wajah ketakutan dan bingung segera menguatkan dirinya, kemudian memutuskan untuk berjalan menyusuri tempat tersebut. Disepanjang perjalanannya, Sandra hanya mendapati kehampaan, wanita sembilan belas tahun itu berjalan sambil mengusap cincin perunggu yang melingkar pada jari manis tangan kanannya.
"Sebenarnya tempat apa ini?" tanya Sandra kebingungan.
Sesaat setelah Sandra berucap, sebuah cahaya terang muncul di hadapannya. Cahaya tersebut perlahan membentuk tubuh manusia bersayap, perlahan demi perlahan wujudnya mulai terlihat jelas.
Dihadapannya, Sandra melihat sosok wanita yang sedang terbang dengan sayap berbulu putih bersih, mengenakannya jubah putih yang seperti terbuat dari sutera, rambutnya berwarna coklat terurai dengan indah, wajahnya yang mulus putih terus memancarkan senyum hangat, kedua bola matanya berwarna biru, dan hidungnya yang mancung menambah kesempurnaan di wajahnya, tangan kanannya menadah mengangkat sebuah buku yang terbuka dan tangan kirinya menggenggam sebuah pena, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan.
Cahaya yang menyilaukan itu membuat Sandra tidak bisa melihat dengan jelas, ia harus menyipitkan kedua matanya dan mengangkat tangan kanannya ke atas dahi untuk menghalangi cahaya tersebut. Hingga akhirnya cahaya yang menyilaukan itu perlahan menyusut dan menghilang diikuti dengan suara yang nyaring mengiringi hilangnya cahaya tadi. Sandra yang akhirnya bisa melihat dengan jelas segera membuka lebar-lebar kedua matanya, Sandra terperangah dan perlahan menurunkan tangannya saat melihat pesona dan kecantikan wanita yang terbang di hadapannya itu.
"Si- Siapa kamu?" tanya Sandra yang menjadi gagap karena terlalu terpesona kepada wanita yang bagaikan seorang dewi itu.
"Aku adalah Dewi Apsarini, penjaga dunia mimpi," jawab wanita itu sambil terus memasang senyum hangat.
"Dunia mimpi?" tanya Sandra kebingungan.
"Iya, Sandra Anindita. Kamu ditakdirkan untuk memiliki kekuatan yang tidak ada seorangpun yang bisa memilikinya," balas Dewi Apsarini dengan suara yang lembut.
"T- Tunggu, dari mana ibu tahu nama saya?" tanya Sandra sambil sedikit mengangkat kedua telapak tangannya. "Dan apa maksudnya dengan kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain?!" sambungnya, kali ini dia semakin kebingungan dan semakin merasa takut dengan pernyataan sang dewi, lalu perlahan berjalan mundur.
"Tunggu, Sandra. Kamu tidak perlu takut, aku tidak akan menyakiti mu," ucap sang dewi yang seketika menghentikan langkah Sandra.
"Aku tidak takut, hanya berjaga-jaga saja," balas Sandra lalu memasang senyum meringis yang terpaksa.
sang dewi yang mendengar ucapan dan melihat tingkah Sandra langsung menghela napas sembari tersenyum lembut.
"Kemari lah, Sandra. Akan aku tunjukkan sesuatu kepada mu," kata sang dewi lalu perlahan turun.
Sandra yang masih merasa takut dan bingung itu merasa ragu untuk mendekati sang dewi, langkah kakinya tampak ragu saat berjalan mendekati Dewi Apsarini.
sang dewi yang masih melihat rasa takut di dalam diri Sandra memutuskan untuk menyodorkan buku yang dia bawa kehadapan Sandra sambil mengatakan,
"Kemari lah, tidak usah takut dan kamu akan mengerti."
Aksi menyodorkan buku itu membuat Sandra sedikit terkejut, kedua bola matanya menatap dengan cepat ke arah sang dewi lalu berganti ke arah buku, hal itu terjadi beberapa kali hingga Sandra memejamkan kedua matanya dan menarik napas panjang. Sandra akhirnya memberanikan diri untuk mendekati buku yang disodorkan oleh sang dewi. Terlihat buku itu memiliki kertas berwarna emas yang mengkilap.
"Lalu apa?" tanya Sandra dengan raut wajah kebingungan, "Ini hanya buku kosong," sambungnya.
Dewi Apsarini hanya tersenyum merespon pertanyaan Sandra.
"Lihat lebih dalam."
Sandra yang masih kebingungan hanya menurut dan segera menatap dengan dalam ke arah buku tersebut. Tiba-tiba buku tersebut mengeluarkan cahaya emas dan dari halaman sebelah kanan terbentuklah sebuah pusaran angin yang menerbangkan air dan tanah, perlahan demi perlahan air dan tanah itu menyatu membentuk sebuah boneka manusia bersayap.
Hingga pada akhirnya wujud dari boneka tanah itu semakin jelas, boneka itu memiliki rambut coklat, dan mata biru, dan ciri-ciri lainnya hampir sama seperti Dewi Apsarini, yang membedakan hanyalah boneka tersebut adalah seorang pria bersayap. Boneka kecil itu berdiri di atas kertas emas buku ajaib sang dewi.
Sandra terperangah saat melihat keajaiban yang muncul dari buku sang dewi hingga membuatnya berteriak, "I- ini sihir?!"
Sandra kembali menjauhkan tubuhnya dari Dewi Apsarini dan berjalan mundur.
Dewi Apsarini menjadi ikut terkejut karena reaksi Sandra. Tapi meskipun begitu, sang dewi tidak pernah menghilangkan senyuman di wajahnya.
"Sandra, jika kamu terus takut seperti itu, kamu tidak akan bisa mengerti. Dan kamu akan terus terperangkap di dunia ini." ucap Dewi Apsarini dengan lembut.
Sandra yang mendengar perkataan sang dewi menjadi semakin panik.
"T- Terperangkap terus, Selamanya?!"
"Iya, jika kamu tidak segera mendapatkan apa yang seharusnya kamu dapatkan. Kamu akan terus berada di sini," balas sang dewi.
"B- Baiklah, aku bersedia mendapatkan apapun itu jika hal tersebut dapat mengeluarkan aku dari sini," jawab Sandra yang mulai bisa menenangkan dirinya.
"Bagus, sekarang mendekat lah dan perhatikan," ucap sang dewi dan kembali menyodorkan bukunya.
Wajah dari Dewi Apsarini terlihat lembut dan hangat saat dilihat dari dekat. Tapi meskipun begitu, Sandra masih saja merasa takut untuk mendekati sang dewi. Sandra yang menatap wajah Dewi Apsarini berusaha memberanikan diri agar sanggup berjalan mendekati buku ajaib tersebut. Langkah kakinya perlahan mendekati buku tersebut walaupun masih merasa takut. Hingga akhirnya Sandra berhasil berdiri tepat di hadapan buku tersebut.
Dewi Apsarini tersenyum lebar saat Sandra akhirnya berani untuk semakin dekat dengan dirinya. Dewi Apsarini lalu menurunkan tangan kanannya yang mengangkat buku ajaib, dan alangkah terkejutnya Sandra saat melihat buku tersebut dapat melayang tanpa diangkat oleh sang dewi.
"Tidak usah takut karena semua hal yang mustahil dapat terjadi di dalam dunia mimpi, Sandra," ujar Dewi Apsarini.
Sandra hanya mengangguk sambil menatap Dewi Apsarini dengan raut wajah yang terheran-heran.
"Baiklah, akan aku mulai," ucap Dewi Apsarini.
Sandra segera melihat ke arah buku ajaib.
"Pertama-tama akan aku beritahu kalau dunia mimpi itu disebut Mayapada, dunia yang kamu injak sekarang, dan dunia nyata atau dunia manusia bernama Madyapada. Dunia mimpi atau Mayapada dahulunya dijaga oleh Seorang dewa bernama Phobetor," ucap sang dewi sambil menaburkan bubuk emas yang keluar dari telapak tangan kanannya ke atas boneka tanah yang berdiri di atas bukunya. Dan seketika boneka tersebut menjadi hidup dan dapat bergerak layaknya seorang manusia.
Sandra kembali dibuat terperangah saat melihat keajaiban buku tersebut. Boneka tersebut dapat bergerak menoleh ke kanan dan ke kiri, mengepakkan kedua sayapnya dan lalu terbang di atas kertas emas buku ajaib tersebut.
"Phobetor dahulunya adalah penjaga Mayapada yang baik, terutama kepada anak-anak yang sedang tertidur. Hingga pada akhirnya sebuah ancam besar dari masa lalu datang kepada Mayapada," ujar Dewi Apsarini.
"Lalu ada apa dengan Phobetor sekarang? tanya Sandra, "dan apa yang mengancam alam Mayapada?" sambung Sandra yang semakin penasaran.
"Semuanya akan terjawab mulai dari sini," balas sang dewi.
Tiba-tiba buku ajaib yang ada di hadapan Sandra mengeluarkan sebuah lukisan, dan diketahui bahwa boneka tanah yang melayang di atas buku ajaib itu adalah Phobetor.
Sandra yang melihat keajaiban buku ajaib itu semakin serius memperhatikannya lalu menelan ludah dalam-dalam.
Dewi Apsarini menarik napas lalu menjawab pertanyaan Sandra dan mulai bercerita dengan suara lembutnya,
"Ancama itu berasal dari Nyupena, yang sudah ada sejak pertama kali terciptanya alam Mayapada. Ratusan tahun Dewa dan Dewi Mayapada berperang melawan Nyupena. Hingga pada suatu saat, pasukan Dewa dan Dewi Mayapada yang dibantu oleh kesatria dari Madyapada berhasil mengalahkan Nyupena, dan menyegelnya di sebuah tempat yang sangat rahasia dan dijaga ketat oleh para Dewa dan Dewi Mayapada. Tapi meskipun Nyupena berhasil disegel, dia masih bisa menyebarkan aura kebenciannya, dan hal tersebut tidak bisa dicegah oleh Dewa atau Dewi yang menjaga segel Nyupena."
Sandra yang tengah serius memandang buku ajaib yang mengilustrasikan cerita dari Dewi Apsarini hanya menganggukkan kepala, menandakan jika dia paham. Lalu Sandra kembali melontarkan pertanyaan, "Lalu apa yang terjadi dengan Phobetor?"
"Tugas Phobetor adalah menjaga Mayapada dari segala macam ancaman yang dapat membahayakan Mayapada dan Madyapada. Hingga pada suatu ketika Phobetor harus berhadapan dengan aura Nyupena yang berkeliaran, aura kebencian yang lebih kuat dari sebelumnya. Hingga pada akhirnya, Phobetor berhasil dikalahkan oleh Nyupena dan dirasuki kebencian yang sangat besar," jawab Dewi Apsarini.
Secara bersamaan munculah sebuah asap hitam pekat pada halaman sebelah kiri, dan asap hitam itu tiba-tiba bergerak menyelimuti boneka replika Phobetor yang tengah terbang di atas halaman kertas sebelah kanan. Asap hitam itu tampak merasuki tubuh Phobetor, terlihat tangan kanan Phobetor menjulang ke atas mengarah ke pada Sandra, raut wajahnya terlihat seperti merasakan sakit yang luar biasa. Sandra yang melihat kejadian itu tampak ketakutan, ingin sekali dirinya meraih tangan Phobetor untuk menolongnya, namun dia tidak cukup berani untuk melakukannya.
Hingga pada akhirnya asap hitam tersebut menjadi sebuah bola asap dan mengurung tubuh Phobetor di dalamnya. Sandra yang ketakutan tampak menyesal saat melihat Phobetor terkurung di dalam bola asap yang terlihat mengerikan itu. Senyum Dewi Apsarini terlihat sedikit memudar dan menjadi melamun usai menceritakan tragedi yang menimpa Phobetor.
Sandra yang melihat Dewi Apsarini yang tiba-tiba merenung pun bertanya, "Ada apa, Bu. Ibu tampak murung?"
Dewi Apsarini yang tengah melamun menjadi terhentak saat mendengar pertanyaan dari Sandra, dan segera mengembalikan senyumannya seperti sediakala, "Tidak ada apa-apa, Sandra. Aku akan melanjutkan ceritanya."
Sandra hanya mengangguk dengan sebuah pertanyaan yang mengganjal di kepalanya.
"Phobetor yang sudah dirasuki oleh aura kebencian dari Nyupena berubah menjadi Iblis," ujar Dewi Apsarini.
Secara bersamaan asap hitam yang mengurung Phobetor perlahan terbuka. Memperlihatkan wujud Phobetor yang sudah menjadi Iblis. Phobetor saat itu terlihat memliki perawakan tubuh yang kurus dan tinggi, memiliki sepasang sayap yang rusak berwarna hitam, mengenakan jubah kumuh berwarna hitam, membawa sebilah pedang panjang yang mengkilat, bilah pedang tersebut setinggi tubuh Phobetor dengan gagang besi yang selalu terbakar, raut wajahnya terlihat selalu marah dengan lava yang mengalir dari atas kening bagian kanan menuju mata sebelah kiri dan turun menuju pelipis sebelah kiri. Seluruh area bola matanya berwarna hitam, akan tetapi di bagian bola mata sebelah kirinya terdapat sebuah lingkaran berwarna merah menyala berbentuk seperti sebuah cincin.
Di dalam hatinya, Sandra sangat terkejut saat melihat wujud baru dari Phobetor. Sandra menjauhkan kepalanya dari buku ajaib sebagai respon dari ketakutannya terhadap wujud dari makhluk yang berada di hadapannya.
"Kasihan sekali dia," ucap Sandra bersedih,
"Lalu apa yang terjadi dengan Phobetor sekarang?" sambung Sandra
"Phobetor yang sudah dirasuki aura kebencian dari Nyupena menjadi ancaman baru untuk Mayapada dan Madyapada," jawab Dewi Apsarini.
"Sebenarnya apa tujuan Nyupena melakukan semua ini?" tanya Sandra kembali.
"Nyupena adalah kejahatan yang nyata. Nyupena adalah makhluk yang memiliki hasrat untuk menguasai, memiliki kebencian dan amarah yang besar, dan juga pandai dalam menghasut. Tujuan Nyupena melakukan semua ini adalah untuk keluar dari Mayapada dan menguasai seluruh alam," jawab Dewi Apsarini.
Sandra terlihat semakin serius sekaligus merasa takut saat mendengarkan Dewi Apsarini.
"Lalu kenapa Nyupena merasuki Phobetor?"
"Saat Nyupena berhasil disegel 500 tahun yang lalu, dia kehilangan separuh kekuatannya. Hanya aura kebenciannya yang tidak mampu untuk disegel oleh Dewa Dewi Mayapada, dan aura kebencian itu terus berkelana mencari wadah dari tubuh Dewa atau Dewi dunia mimpi untuk dirasuki dan menambah kekuatannya. Hingga pada akhirnya terjadilah insiden yang diriku ceritakan sebelumnya. Dan sekarang Nyupena akan berusaha membebaskan separuh kekuatannya yang masih tersegel," ujar Dewi Apsarini.
Sandra tampak menurunkan bola matanya dan memandang ke arah yang tidak pasti.
"Apakah tidak ada yang bisa menghentikan Phobetor hingga sekarang?"
Setelah mendengar pertanyaan dari Sandra, Dewi Apsarini menurunkan tangan kanannya ke bawah buku ajaib, lalu menutupnya dengan kencang hingga menghasilkan suara yang keras. Sandra yang dari tadi sedang serius memperhatikan seketika menjadi terkejut. Suara buku yang ditutup dengan keras itu menggema ke seluruh ruangan.
"Apa yang ibu lakukan?!" tanya Sandra yang setengah marah.
Lalu Dewi Apsarini kembali membuka bukunya, dan terlihatlah kertas emas dari halaman buku ajaib itu sudah kembali kosong.
"Inilah alasan kenapa dirimu dikirim kemari, Sandra. Hanya dirimu lah yang bisa mengalahkan Nyupena," jawab Dewi Apsarini sambil menatap dalam ke arah Sandra.
Sandra yang mendengar ucapan Dewi Apsarini menjadi sangat tercengang. Dirinya merasa sangat kebingungan.
"T- tunggu, apa maksudnya?"
"Tidak ada yang mampu mengalahkan Nyupena sampai saat ini," ucap Dewi Apsarini dan lalu kembali menaburkan bubuk emas ke atas buku ajaibnya, "Sudah dua tahun sejak Phobetor dirasuki oleh aura Nyupena. Dan selama dua tahun itu juga banyak Dewa dan Dewi yang gugur saat berusaha menghentikan Phobetor," sambung Dewi Apsarini. Terlihat kesedihan tergambar di wajah Dewi Apsarini, tapi meskipun begitu dia tidak menghilangkan senyumannya, hanya terlihat sedikit memudar.
Secara bersamaan dengan ucapan Dewi Apsarini, sebuah ilustrasi bergambar peperangan antara Dewa dan Dewi alam Mayapada melawan Phobetor muncul di atas kertas emas buku ajaib yang ditaburi bubuk emas oleh sang dewi. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa Phobetor adalah ancam yang baru dan tidak bisa diremehkan. Sandra yang melihat raut wajah Dewi Apsarini dan melihat gambar ilustrasi perang pada buku ajaib menjadi sangat ketakutan dan merasa tidak percaya.
"Tidak, Ini semua hanya mimpi ini semua tidak nyata!!" ucap Sandra sambil beberapa kali menggelengkan kepalanya.
"Ini semua memang benar ada, Sandra. cincin yang dirimu pakai di jari manis itulah buktinya. cincin itu adalah jalan masuk ke dalam dunia mimpi," balas Dewi Apsarini sambil menunjuk ke arah cincin yang dipakai Sandra.
Sandra seketika menggenggam cincin yang dia pakai. "Jadi ini yang menyebabkan semuanya terjadi?!" teriak Sandra sambil berusaha menarik cincin tersebut agar terlepas dari jarinya.
Tapi tindakan itu sia-sia karena cincin tersebut tidak mau terlepas dari jari Sandra. Sandra yang mulai merasa geram mengerang keras saat menarik sekuat tenaga cincin perunggu tersebut, tapi itu semua tidak membuahkan hasil.
"Cukup Sandra," sela Dewi Apsarini, dan hal itu berhasil menghentikan tindakan Sandra.
"Tapi aku hanya kebetulan menemukan cincin ini di halaman rumah kosong saat aku pulang kuliah," ucap Sandra dengan cepat karena panik.
"Tidak ada yang namanya kebetulan, Sandra. Semua ini adalah takdir," balas Dewi Apsarini.
"Tapi... Tapi kenapa aku?" tanya Sandra yang menjadi murung dan menundukkan kepalanya.
"Karena dirimu lah yang terpilih," jawab Dewi Apsarini.
"Tapi aku tidak bisa. Coba lihat kalian, kalian yang seorang Dewa dan Dewi saja tidak bisa mengalahkan Nyupena. Bagaimana denganku?" kata Sandra sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri, "Aku hanya manusia biasa!" sambung Sandra dengan lantang.
Dewi Apsarini yang melihat Sandra lalu segera menapakkan kakinya yang tidak beralas ke atas lantai, dirinya berjalan mendekati Sandra lalu menyentuh kepalanya dengan tangan kanannya.
"Sandra, musuh yang kita lawan saat ini hanya bisa dikalahkan oleh manusia. kamu ingat dengan cerita ku sebelumnya?"
Sandra yang mendengar pertanyaan itu lalu menatap wajah Dewi Apsarini yang tersenyum ke arahnya. terlihat kedua mata Sandra telah berkaca-kaca.
"Ratusan tahun lalu, kami Dewa dan Dewi Mayapada dibantu oleh kesatria dari Madyapada, yaitu dunia manusia berperang melawan Nyupena. Phobetor yang telah dirasuki oleh Nyupena sekarang, memiliki kekuatan yang sama seperti orang yang sedang bermimpi," ucap Dewi Apsarini.
"Apa maksudnya?" tanya Sandra dengan suara yang bergetar.
"Iblis Phobetor memiliki kekuatan dapat melakukan apapun, menjadi siapapun, dan mengabulkan apapun yang dia inginkan. Sama seperti manusia yang sedang bermimpi. Sedangkan kami, Dewa dan Dewi dunia mimpi tidak mampu melakukannya. Maka dari itu, kami mengirimkan cincin itu ke dunia manusia, cincin itu dapat memilih pemiliknya sendiri, dan saat Mayapada membutuhkan kesatria dari Madyapada, saat itulah cincin tersebut memilih," ujar Dewi Apsarini.
"Jadi... Aku--" belum sempat Sandra selesai berkata, tiba-tiba terjadi sebuah gempa di ruang tersebut.
Sandra yang panik tampak kepayahan saat berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang terguncang.
"Apa lagi ini?!" teriak Sandra yang sudah mulai merasa muak.
"Tidak usah khawatir, Sandra. Ini menandakan jika waktu kita untuk bertemu akan segera berakhir," ucap Dewi Apsarini yang perlahan terbang ke atas.
"Ibu, tubuh mu!" teriak Sandra kembali saat melihat tubuh Dewi Apsarini yang memudar dan mengeluarkan cahaya emas sambil terbang menjauh, begitu juga dengan buku ajaibnya.
"Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan sebelum aku benar-benar menghilang," ucap Dewi Apsarini yang tubuhnya semakin memudar.
Sandra yang tengah berusaha untuk terus seimbang agar tidak jatuh segera mengangguk dan memasang telinganya.
"Cincin itu hanya dapat digunakan saat dirimu tertidur, caranya adalah dengan memakai cincin tersebut di jari manis kanan mu sebelum tidur, lalu tempelkan cincin itu ke kening mu. Dan jika suatu saat cincin itu terasa panas, maka itu menandakan iblis Phobetor muncul di dunia mimpi, dan dirimu harus segera menempelkan cincin itu ke kening mu, dan dirimu akan langsung tertidur. Dan yang terakhir, jika dirimu ingin bertemu dengan ku, maka usap lah cincin itu dan panggil namaku, Dewi Apsarini!" ujar Dewi Apsarini dengan suara lantang.
"Ingat Sandra, keselamatan dunia mimpi dan dunia manusia berada di tangan mu. Semoga dirimu berhasil menyelesaikan tanggung jawab ini," ucap Dewi Apsarini sambil tersenyum lebar untuk terakhir kalinya, dan akhirnya harus menghilang menjadi cahaya dan memudar bersamaan dengan buku ajaibnya.
"Dewi, jangan tinggalkan aku sendirian!" teriak Sandra.
Tiba-tiba gempa yang menimpa ruangan tersebut menjadi semakin besar hingga membelah lantai yang diinjak oleh Sandra. Sandra berusaha untuk menghindari celah yang semakin lebar akibat guncangan yang dahsyat. Sandra melihat bagian lantai yang terlihat masih luas, dan Sandra berinisiatif untuk melompat ke bagian tersebut. Namun naas Sandra harus terjatuh kedalam celah yang gelap itu, raut wajahnya terlihat merasa tidak percaya dan tatapan matanya menjadi kosong.
~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Nurul Syahriani
Baru mampir, koq malah gak ada isi nya yg bab 1..
2023-10-24
0
sakura
..
2023-10-23
0