Bab 5: Makanan yang Tidak Layak

Xavier kembali dari berburu. Begitu ia masuk ke dalam lubang pohon yang bagian dalamnya menyerupai gua kecil, matanya menangkap sosok gadis dengan dress biru tua yang tampak lusuh dan kotor. Namun, wajah gadis itu tetap terlihat cantik tanpa sapuan make up yang sudah luntur berjam-jam lalu. Rambut hitam panjangnya tergolek indah dari pundak sampai ke dada.

Ingin rasanya manusia-ular itu menyentuh kulit putihnya yang menguarkan aroma manis gurih. Bibirnya menyugingkan senyum, tentu ia akan melakukannya. Xavier mendekat kepada Kirana, jemarinya yang panjang dan lentik mengelus lembut pipi gadis itu, turun sampai ke dagu.

Hasratnya semakin kuat, ia menelan ludah sambil berusaha menekan keinginan untuk mengigit daging gadis itu. Dia pasangan kawinmu, jangan dimakan, bodoh! Batinnya menyahut-nyahut dari dalam, akhirnya pria itu menjauhkan kepalanya dari leher Kirana.

Suara bedebam keras membangunkan Kirana dari tidurnya. Ia kaget melihat seekor rusa utuh ada di hadapannya.

“Apa ini?” pekiknya, kaget.

“Makanan untukmu,” jawab Xavier sekenanya.

“Kau berharap aku menelannya bulat-bulat?”

“Bukankah memang seperti itu cara memakannya?”

”Aku bukan ular!” Kirana berteriak, frustasi. Tetapi perutnya yang mengeluarkan suara cukup keras seketika melemahkan gadis itu. Ia memegangi perut, tubuhnya melengkung seperti huruf C.

Xavier tidak ingin calon pasangannya itu mati kelaparan, jadi ia memutuskan untuk memaksa gadis itu makan. Kuku pria itu memanjang dan dalam hitungan menit ia sudah selesai menguliti rusa betina yang sudah mati itu.

Selanjutnya dengan sigap ia memotong-motong dagingnya dan memisahkannya dari tulang belulang.

“Ini, makanlah,” pria itu menyodorkan daging yang masih berwarna kemerahan, lengkap dengan darah yang menetes dari sela-sela jarinya.

Kirana mengintip sedikit, setelah mencium aroma amis dan melihat gumpalan darah ia langsung muntah. Tetapi bukan makanan yang keluar, melainkan cairan asam lambung.

Gadis itu terbatuk-batuk.

Xavier memandangnya tanpa ekspresi, di pikirannya, manusia merepotkan sekali. Ia memandang daging mentah di tangannya dan langsung menelannya bulat-bulat.

Kirana memandangi pria itu dengan tatapan aneh, bagaimana mungkin dia menikmatinya seperti mengunyah permen karet.

“Katakan padaku,” ucap pria itu tiba-tiba. “Bagaimana biasanya manusia mengolah makanan?”

“Kami memasaknya,” jawab Kirana. “Jika itu daging harus dimasak terlebih dahulu, kalau sayur dan buah bisa langsung dimakan.”

“Memasak?” Xavier tahu apa itu memasak, tetapi tidak ada satu pun penduduk di Suku Serpentes yang pernah mengolah makanan mereka. Biasanya, mereka langsung memakan daging buruan dalam keadaan utuh atau terpotong-potong kalau harus berbagi.

“Aku tidak bisa memasak,” sambung Xavier. “Tetapi jika ada yang kau butuhkan untuk memasak aku akan carikan bahannya.”

Kirana merasa ada secercah harapan untuk mengatasi kelaparannya. “Baiklah kalau begitu, aku ingin daging ini dicuci bersih dengan air, lalu siapkan api unggun.”

“Kau ingin membakarnya?”

Kirana mengangguk. “Hanya itu yang terlintas di kepalaku saat ini.”

“Aku akan segera kembali,” Xavier tidak berkata apa pun lagi. Ia mengangkut potongan daging rusa itu lalu keluar dari gua. Tidak sampai 30 menit, ia kembali lagi ke dalam, ditambah membawa beberapa ranting dan daun kering.

“Kau cepat sekali,” ucap Kirana saat pria itu sedang membuat api.

“Kau bisa mengandalkanku untuk urusan kecepatan, lebih baik daripada burung elang harpy itu,” balas Xavier.

“Kenapa jadi membawa-bawa Ezekiel?” nada Kirana terdengar ketus.

“Aku hanya tidak suka dengan para elang.”

Kirana tampak berpikir. Seingatnya dulu di kelas biologi, dalam rantai makanan, ular memang kadang menjadi mangsa burung elang. Ia jadi penasaran apakah di dunia ini juga berlaku rantai makanan yang sama atau ada hal-hal lain yang menjadi pengecualian. Ia pun jadi teringat dengan rusa yang tadi di bawa oleh Xavier.

“Kenapa rusa itu tidak berevolusi seperti dirimu?” tanyanya, tiba-tiba.

“Tidak semua hewan di sini berevolusi,” jelas Xavier. “Kami lahir dalam wujud seperti hewan biasa lalu seiring berjalannya waktu, beberapa dari kami akan berevolusi.”

Kirana manggut-manggut, “Aku paham sekarang.”

“Apinya sudah siap,” Xavier menggeser posisi tubuhnya, di hadapan Kirana kini ada setumpuk daging rusa yang sudah diberi alas daun yang lebar, lalu ada sebuah api unggun yang menyala.

“Aroma asapnya wangi sekali,” kata Kirana sambil mengendus aroma manis yang keluar dari bakaran tersebut.

“Yang kucium hanya aroma wangi dari tubuhmu,” ucapan Xavier malah membuat Kirana merinding.

“Itu bukan jawaban yang kuharapkan.” Kirana mengambil sepotong daging, ia tampak menimangnya. “Ini terlalu tebal, bisa potong lagi lebih tipis?”

“Apa enaknya makan daging yang tipis?”

“Nanti dalamnya tidak matang,” terang Kirana. Xavier menurut, ia membuat potongan-potongan yang lebih tipis, mengingatkan Kirana dengan slice beef tapi ini versi mentahnya.

Ia menjepit daging itu dengan dua batang kayu, lalu meletakkannya di dalam api. Dalam hati, Kirana menangis. Ia tahu ini cara memasak yang tidak proper sama sekali, tetapi ia sudah sangat kelaparan.

Ia mengeluaran daging tersebut, tampak sedikit hangus, tapi pasti matang. Menelan ludah, Kirana sudah membayangkan rasa potongan smoke beef di indra pengecapnya. Begitu ia memakan daging tersebut, ia harus akui kalau rasa daging tersebut sangat tidak enak.

Tidak ada bumbu, hampir gosong, aroma daging rusa juga cukup kuat dan ia tersika dengan rasa itu. Tetapi, ini makanan terbaik yang dimakannya sejak berada di dunia tersebut. Kirana berhasil menelan potongan daging gosong tersebut.

Xavier menatapnya dengan pandangan menyelidik. “Tidak enak ya?” tembaknya, tepat sasaran.

“Ini jauh lebih enak daripada daging mentah!” kilah Kirana. Ia mengambil potongan daging lalu, memasukkan ke dalam bara api selama beberapa menit. Uap masih mengepul panas dari potongan daging itu dan ia langsung memasukkannya ke dalam mulut.

“Hufh! Panas! Panas!”

Xavier langsung menyodorkan air minum dari batok kelapa yang sudah disiapkannya.

“Terima kasih,” Kirana refleks menerima uluran tersebut. Air yang segar melegakan tenggorokannya.

“Kau tampak tersika,” ucap Xavier dengan senyum meledek.

“Kau yang membuatku tersiksa,” balas Kirana. Ia melanjutkan makan siangnya sementara Xavier menemaninya sambil merebahkan tubuh di atas tumpukan ekor ularnya.

“Manusia, apa ada makanan lain yang biasa kau makan?”

“Aku bisa makan ikan, tapi harus dimasak juga ya.” Kirana tampak asik menikmati makanannya, ia mulai terbiasa dengan rasa daging rusa bakar tersebut. “Oh, satu lagi, jangan panggil aku manusia,” kata Kirana, tiba-tiba. “Aku punya nama, panggil aku Kirana.”

“Baiklah, aku akan mengingatnya, Kirana,” Xavier mengulang-ulang nama tersebut dalam gumamannya.

Hari berganti menjadi malam, Xavier membereskan daging yang tersisa, menyimpannya dalam kantung yang terbuat dari kulit rusa tersebut. Tadi sore ia ****** menyamaknya di pinggir sungai. Dalam hati, Kirana kagum dengan ketelatenan ular-manusia tersebut, tetapi tetap saja, ia bergidik ngeri saat kembali teringat tujuan Xavier menculiknya.

“Kau ingin tidur?” tanya Xavier yang melihat Kirana duduk menyandar pada dinding, kekenyangan.

“Iya,” jawab Kirana. “Jangan coba-coba melakukan hal buruk padaku saat aku tidur.”

Xavier menunjuk ke ekor ularnya yang melingkar-lingkar, “Tidurlah di atas sini.”

“Tidak, rasanya geli dan aneh,” tolak Kirana. Tetapi ia merasa tidak enak, kalimatnya terdengar kasar. Ia melirik Xavier yang tidak berekspresi, pria itu ikut bersandar di samping dinding, berhadap-hadapan dengan Kirana.

Padahal dia sudah membantuku seharian ini, Kirana jadi merasa bersalah. Ia bangkit dan berjalan ke gulungan ekor tersebut. Wajahnya menyiratkan rasa jijik dan takut, tetapi akhirnya ia tetap mencoba naik ke atasnya.

Terasa halus dan empuk seperti kasur. Kirana merebahkan tubuhnya di atas ekor ular Xavier. Pria itu menoleh ke sebelah, gadis itu sudah terlelap dengan cepat. Xavier mematuhi perkataan Kirana, ia tidak akan mengganggu tidur gadis itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!