Bab 3

Keputusan Nisa.

Rio mengambil ponselnya, dia menatap foto Nisa yang ada di dalamnya.

"Ck kenapa gambarnya burem begini, masa aku balik lagi sih. Tidak apa-apa sih yang penting kelihatan meskipun wajahnya saja gak terlalu jelas," kata Rio menyakinkan dirinya sendiri.

"Biarlah, aku harus segera mengirimkan foto ini kepada kak Abraham," guman Rio dengan cepat mengirimkan pesan gambar itu dengan cepat ke pada kakak iparnya yang tak lain adalah Abraham.

Tring....

Tring....

Terdengar bunyi yang menandakan kalau pesan itu sudah sampai kepada Abraham.

Rio tersenyum sesaat namun senyum itu redup saat dia mengingat kejadian kemarin malam.

"Eh apa benar aku sudah merebut mahkota dia, tetapi kenapa aku tidak menemukan darah ya, kenapa kemarin juga aku tidak merasakan apa-apa ya? Atau jangan-jangan dia sudah tidak..." Rio tak melanjutkan ucapannya itu karena pikirannya saat ini sedang berkecamuk binggung.

Rio berfikir kalau dia bukan yang pertama untuk wanita itu dan anehnya Rio tak merasakan apapun tadi malam. Entahlah....

"Ah sudahlah, yang penting aku harus temukan dia secepatnya agar semua ini cepat selesai dan tidak membuat masalah di kemudian hari nantinya," kata Rio penuh keyakinan.

*****

Kembali setelah kejadian Nisa keluar dari kamar hotel Rio saat itu.

Nisa menatap nanar ke arah sang temannya berada.

Sedangkan merasa ada yang menatapnya, wanita yang bernama Lilis itu menoleh dan mendapati temannya dalam keadaan berantakan.

Lilis pun menghampiri Nisa yang termangu menatap nya saat ini.

"Hei Nisa! Apa yang terjadi dengan mu?" Tanya Lilis penuh rasa khawatir.

Sedangkan yang di tanya begitu berat untuk menjawab saat ini. Justru air mata Nisa mengalir deras.

"Hiks hiks hiks hiks hiks, kenapa kamu tinggalkan aku sendiri kemarin malam," lirih Nisa langsung berhambur memeluk Lilis yang menatapnya binggung dan penuh dengan rasa khawatir namun dia memperhatikan kondisi temannya itu dengan hati yang bimbang dan pikiran yang penuh pertanyaan namun niat itu dia urungkan.

"Maaf..." Hanya kata itu yang mampu Lilis ucapkan saat ini sebagai jawaban karena dia binggung dengan keadaan temannya itu.

"Apa yang terjadi?" Tanya Lilis memberanikan untuk bertanya kemudian saat melihat kondisi temannya itu sedang tak baik-baik saja saat ini.

"A-ku hiks hiks hiks hiks hiks," Nisa tak bisa berkata-kata, dia hanya bisa menatap Lilis dengan tatapan sayu.

Tenggorokan Lilis tercekat, "Apa pria itu?" Tanya Lilis seraya menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang di pikirkan saat ini.

Puk puk puk puk

Lilis hanya menepuk pelan sambil mengelus punggung sang teman dengan rasa iba, entahlah apa yang dialami temannya saat ini.

"Ya sudah aku antar kamu pulang ya? Atau kamu ingin apa? Tanya Lilis berhati-hati saat ini.

"A-ku ingin minta tolong, pinjamkan aku kertas dan bolpoin," pinta Nisa saat ini.

"Eh...." Meskipun dalam kebingungannya, Lilis pun memberikan apa yang di minta oleh Nisa saat ini.

Nisa penerimaan itu dengan senang hati, dia pun menuliskan sesuatu dan memasukkan nya ke dalam amplop.

"Tolong berikan ini kepada pak Dirga, ini surat pengunduran diri ku," pinta Nisa membuat Lilis terbelalak matanya, dia tak menyangka Nisa melakukan hal demikian.

"Tetapi...." Lilis ingin menolak karena jujur dia saat ini cukup terkejut dengan keputusan yang Nisa lakukan saat ini.

"Please ku mohon,'' pinta Nisa mengiba.

Dengan berat hati, Lilis pun menyahuti.

"Bagaimana kalau ku antar pulang ke kontrakan, hari ini aku masuk siang. Tetapi tunggu sebentar aku mau taruh ini di meja pak Dirga dulu," kata Lilis membuat Nisa mengangguk.

Sepeninggal Lilis pergi, Nisa pun melihat buku catatan yang berisi daftar tamu.

Nisa yang penasaran, pun mencari informasi kamar yang tadi malam dia masuki.

"Kamar 408," lirih Nisa.

Deg...

"Jadi nama nya Tio," guman Nisa dengan suara bergetar.

( Yang tahu cerita benih tuan muda kejam, ada part di mana Rio salah mengambil dompet Tio yang tak lain adalah kembarannya. Nah jadi Rio sewa hotel pakai nama Tio ya gaes)

Nisa pun mengambil ponselnya dan memotret foto copy KTP milik Tio saat ini.

...----------------...

Kembali ke saat ini.

Kring....

Ponsel Rio berdering, di saat dirinya sedang kebingungan dia dikagetkan dengan panggilan dari saudara kembarnya yang tak lain adalah Tio.

Tutt.....

Sambungan ponsel pun terhubung....

Rio: Halo...! Kenapa? Kangeeen...?" Tanya Rio seraya menggoda kembarannya.

Tio: Ck siapa yang kangen. Mana KTP ku kapan kamu balikin,"

Rio menepuk keningnya pelan, dia melupakan sesuatu yang penting.

Tio : Jangan bilang kalau kamu lupa.

Terdengar nada kesal dari suara di sebrang.

Rio: He he he he he he, tahu saja aku ini pelupa,"

Rio melupakan kalau saat ini kalau dia tanpa sengaja membawa dompet kembarannya saat itu, setelah insiden penghianatan kekasihnya itu, dia sempat curhat dengan Tio yang tak lain adalah saudara kembarnya, dia pun menginap di kamar kembarannya. Pagi-pagi dia harus berangkat ke luar negeri karena ada urusan mendadak membuatnya salah mengambil dompet.

Rio baru tahu saat dirinya salah membawa dompet Tio, saat dirinya sudah berada di depan resepsionis lebih tepatnya saat dia hendak menyewa kamar hotel.

Rio: Iya iya nanti kalau aku pulang ku kembalikan.

Tio: Aku harus urus surat buat ke KUA, masa pakai KTP kamu enak saja, cepat pulang atau kirim saja dompetku.

Kata Tio terdengar putus asa bercampur kesal.

Rio: Gak sabaran banget sih, besok aku pulang jadi tidak perlu kirim KTP ni takutnya malah hilang.

Jawab Rio menghela nafas kasar, mau tidak mau Rio harus pulang dan menyerahkan semua ini kepada Abraham sang kakak ipar.

Tio: Ha ha ha ha ha ha, soalnya aku tidak ingin menunda pernikahan ku dengan Amanda lebih lama lagi, entahlah hati ku akhir-akhir ini merasa gelisah seperti akan ada sesuatu yang penting akan terjadi.

Tio menjelaskan kegundahan yang tengah menyelimuti hati nya beberapa hari ini.

Rio: Sudah jangan berfikir macam-macam, semua akan baik-baik saja.

Tio: Hmmm.... Semoga saja. Sudah dulu ya, aku harus pergi menjemput Amanda.

Rio: Ok, hati-hati dan jangan lupa titip salam buat Amanda.

Tut...

Setelah itu panggilan pun terputus.

Rio menatap nanar ke arah langit yang berubah mendung.

"Semoga saja firasat mu kali ini salah Tio, jujur aku takut bunda dan kak Arin tahu masalah ku di sini. Aku takut mereka pasti kecewa dan sedih dengan apa yang tengah ku alami saat ini meskipun aku melakukan semua itu di luar kesadaran ku," lirih Rio dengan suara seraknya.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Febby Fadila

Febby Fadila

bagaimana klw Amanda tau pasti salah paham de 🤔😥😥

2023-08-27

1

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

Astaga gara² Rio yang ngambil KTP Tio sekarang Nisa kira orang yg bersama dia dihotel itu Tio padahal kan Rio.
Tio jadi terbawa² dah.

2023-03-23

3

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴

kok ada angka 5

2023-03-23

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!