Bos Arogan

Ailey bangun pagi-pagi sekali. Dia sangat bersemangat karena semalam mendapatkan panggilan dari Abram untuk menghadiri wawancara di kantornya. Dengan mengenakan baju kemeja rapi dan bawahan kulot, Ailey memasuki ruangan interview yang didesain minimalis.

Seorang wanita sedang duduk di dalam menunggu kedatangan Ailey. Wajah wanita itu sangat familiar tapi Ailey belum bisa mengenalinya.

“Selamat pagi.” Sapa Ailey kepada seorang wanita yang sudah menunggunya di dalam.

“Tidak usah basa-basi. Duduk!” Sambut wanita itu ketus.

Ailey segera duduk mendengar perintah yang tidak mengenakkan tersebut. Sambil memperhatikan wajah wanita yang tidak asing itu, Ailey mengingat-ingat apakah dia pernah mengenalnya di suatu tempat atau tidak.

“Kamu tidak ingat dengan saya? Saya Lina Marliani, kepala operasional di perusahaan ini. Kita pernah bertemu saat kamu mengantar CV di lobby. Tampaknya penampilanmu hari ini membaik dibandingkan waktu itu.” Jelasnya.

Seketika itu juga, Ailey langsung ingat saat dirinya diremehkan dengan tidak sopan di lobby Abram. Pantas saja selain wajahnya, nada ketusnya terasa sangat familiar. Ternyata dia adalah wanita yang waktu itu.

“Tampaknya kamu kaget kenapa kamu diundang interview hari ini.” Sambung Lina.

Ailey tidak meresponnya. Dia hanya diam sambil menyembunyikan rasa kesalnya karena tidak terima atas perlakuan Lina padanya. Jika dari awal Lina tidak menyukainya, kenapa Ailey masih dipanggil wawancara?

“Saya sedang membutuhkan pegawai di salah satu cabang retail elektronik kami untuk bekerja hari ini juga. Sulit sekali mencari pegawai yang bisa bekerja detik ini juga karena biasanya mereka memiliki notice period selama sebulan. Tapi kamu pengangguran, ‘kan? Aku rasa kamu tidak bisa menolak kesempatan ini.” Katanya angkuh.

“Maaf, saya menolaknya jika Anda mewawancarai saya hanya karena terpaksa.” Jawab Ailey kesal karena merasa harga dirinya terinjak.

“Sombong sekali kamu. Bagaimana jika saya menawarkan gaji sebesar ini?” Lanjut Lina sambil menyodorkan sebuah kertas penawaran di atas meja.

Ailey meraih kertas tersebut dan melihat sebuah nilai yang cukup besar tercantum di sana. Dia tidak menyangka penawarannya di atas dari apa yang dia harapkan.

“Kenapa? Masih kurang? Serakah sekali.” Kata Lina.

Amarah menjalar di sekujur tubuh Ailey. Belum pernah ia merasakan penghinaan seperti ini. Namun, gaji yang ditawarkan sudah lebih dari cukup. Mungkin saja ini kesempatan satu-satunya untuk bekerja di Abram.

“Ok! Saya setuju! Di cabang mana saya akan ditempatkan?” Seru Ailey menyetujui.

“Hmm… Dasar orang miskin! Begitu melihat angka gaji yang besar langsung dapat dibeli.” Sambung Lina. “Toko tempatmu bekerja berada di Mall Abram City, tidak jauh dari sini. Silahkan tanda tangani surat kontrak kerja ini dulu dan setelah itu bergegaslah ke sana.”

Ailey hanya bisa menelan penghinaan yang dia dapat demi mendapatkan pekerjaan dan membanggakan ayahnya. Sekalipun seakan dia dibeli oleh wanita kurang ajar itu, dia bertekad untuk membuktikan bahwa dia memang layak untuk diperkerjakan di Abram.

***

”Sepertinya kamu harus menambah berat badanmu, seragam ini terlihat longgar dikenakan olehmu.” Kata Siti, salah seorang pegawai Abram Elektronik di Mall Abram City.

“Hehehe, iya aku akan makan yang banyak hari ini. Hitung-hitung sebagai perayaan aku dapat kerja.” Balas Ailey yang sedang memandangi tampilan barunya di cermin ruang ganti dengan rasa puas dan bangga.

“Ingat, kamu harus menyapa setiap pengunjung yang datang dengan ramah! Jika ada produk yang belum kamu mengerti, kamu boleh memanggilku. Tapi besok kamu harus sudah mengerti semua produk yang kita jual, ya. Aku hanya akan membantumu hari ini saja.” Jelas Siti.

“Siap, Siti! Terima kasih banyak. Aku berjanji tidak akan merepotkanmu.” Kata Ailey penuh semangat.

“Oh, satu lagi. Biasanya CEO Abram akan berkunjung untuk melihat situasi toko di waktu yang tidak terduga, jadi pastikan tidak ada kesalahan di depannya dalam pekerjaanmu, ya!” Sambung Siti memperingati.

Ailey mengangguk dengan penuh antusias. Dia tidak menyangka dapat bekerja di perusahaan besar sekelas Abram. Apalagi cabang tempatnya bertugas adalah mall paling besar di Indonesia yang juga dimiliki oleh Abram. Jika ayahnya mengetahui kabar gembira ini, tentunya ia akan sangat bangga pada Ailey.

“Ini jam kerja bukan waktunya bergosip!” Tegur seorang pria di belakang mereka.

“Ah, maaf kami akan kembali bekerja!” Kata Siti kaget.

“Siapa perempuan ini?” Tanyanya arogan.

“Dia karyawan baru kita, Pak! Bu Lina yang menempatkannya di sini.”

Ailey yang kebingungan dengan sikap sopan Siti kemudian berbisik, “Siapa dia?”

“Dia Pak Kevin, CEO Abram.” Jawab Siti gugup.

Sontak Ailey kaget mendengar jawaban rekan kerjanya itu. Dengan sigap dia membungkuk sebagai tanda hormat.

“Selamat pagi, Pak! Saya Ailey.” Terangnya malu.

Pria itu menatap Ailey dengan seksama seakan pernah melihatnya entah di mana. “Wajahmu tampak familiar. Ah! Wanita yang duduk di trotoar!” Seru pria itu terkejut.

Ailey menegakkan kembali badannya dan memperhatikan pria itu dengan seksama. Dia berusaha membangkitkan kembali memorinya. Wajah pria itu tampak tidak asing. Setelah beberapa detik, akhirnya Ailey ingat siapa orang itu.

“Kamu pengendara mobil sport kurang ajar itu?” Ailey terperangah.

Siti menyenggol lengan Ailey memberikan isyarat untuk menjaga omongannya. Seketika itu juga Ailey refleks menutup mulut dengan tangannya. Begitu cepat dia lupa bahwa pria di depannya adalah seorang CEO. Dia berharap dalam hati supaya hari pertamanya bekerja tidak menjadi hari terakhirnya.

“Kurang ajar katamu? Berani juga. Mari kita lihat berapa lama kamu bisa bertahan di Abram.” Kata Kevin dengan suara kesal.

CEO muda itu membalikkan badannya dan meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri mematung. Gaya jalannya terlihat arogan. Dengan kaki jenjangnya, ia melangkahkan kaki dengan lebar dan penuh percaya diri. Seluruh pegawai yang berpapasan dengannya secara otomatis membungkuk memberikan penghormatan kepada bos tertinggi di Abram yang ternyata adalah pria menyebalkan waktu itu. Sungguh sebuah kebetulan yang tidak menyenangkan, pikir Ailey.

“Sudah aku bilang kalau dia itu CEO, kenapa kamu mengumpatnya?” Protes Siti.

“Kalau aku tahu dia CEO di sini, aku juga tidak sudi menandatangani kontrak kerja.” Jawab Ailey.

“Sebentar, sepertinya kamu sudah mengenalnya, ya. Apa ada yang terjadi antara kalian?” Tanya Siti penasaran.

“Jangan ngaco! Aku cuma bertemu dengannya sekali. Dia adalah laki-laki sombong yang kurang ajar.” Tegasnya.

“Aku tak mengerti apa yang sudah terjadi, tapi sebaiknya kamu bersyukur karena dia tidak langsung memecatmu di hari pertama bekerja.” Timpal Siti.

Ailey hanya bisa mengelus dada. Mungkin ini pengorbanan yang harus diterimanya untuk bisa bekerja di Abram. Hari pertama sudah menghadapi dua bos yang menjengkelkan. Tapi apa daya, dia butuh pekerjaan ini. Setidaknya, dia masih memiliki Siti, rekan kerja yang kelihatannya cukup suportif.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!