Bab 3

...Orang ganteng mah bebas mau ngapain aja...

Satu hari berlalu dan ini adalah hari pertama Dinda menjadi asisten Juna, dan kawan-kawan, saat ini Dinda di suruh menunggu mereka di depan gerbang. Kemarin sebelum pulang sekolah Juna berpesan pada Dinda untuk menunggunya datang di sana.

Dinda sambil membaca sebuah novel yang berjudul kan Senja dengan santainya menunggu Juna di depan gerbang, ia sudah agak lama berdiri di sana. Dan akhirnya Juna pun datang, dari mobil Juna dapat tersenyum lebar saat melihat gadis itu sudah berada di sana, ia satu mobil dengan kedua sahabatnya juga.

Mereka bertiga keluar dari mobil tiba-tiba parkiran yang tadinya bising karena suara kendaraan dan langkah kaki kini bertambah dengan suara teriakan penyambutan Juna, Dinda yang kaget dengan suara itu bahkan sampai menjatuhkan novelnya ke bawah.

"Ya ampun gue pikir ada apa, ternyata cuman karena dia datang, kok gue baru tau kalau dia datang bisa sampai di sambut sedemikian rupa," Ujar Dinda yang bingung kenapa banyak orang yang berteriak, kini ia mengambil kembali bukunya lalu diam di tempat menunggu Juna datang menghampiri dirinya.

Tiba-tiba Juna melemparkan tasnya ke arah Dinda, dengan cepat Dinda menangkap, semua yang melihat kejadian itu benar-benar di buat keheranan, sebenarnya apa yang mereka lakukan?

Juna berjalan mendahului Dinda dengan gaya sok cool nya, Dinda langsung mengikuti mereka dari belakang namun  Andi menariknya untuk membuat Dinda sejajar dengan mereka.

Hingga sampailah mereka di depan kelas Juna, Dinda langsung di perintahkan untuk menyimpan tasnya di meja Juna, setelah menyimpan tas milik Juna kini Dinda berpamitan untuk pergi ke kelasnya.

"Gue ke kelas dulu yah? Kan udah selesai nanti pas bel istirahat gue nyamperin lu lagi, " Ujar Dinda sambil berusaha tersenyum manis ke arah Juna.

Baru saja Dinda akan meninggalkan kelas Juna tiba-tiba tangannya di cekal oleh Juna, membuat Dinda kembali menghadap ke hadapan Juna sambil mengerutkan keningnya. Tanpa banyak bicara Juna langsung mengeluarkan sebuah gelang dari saku bajunya, ia langsung memasangkan gelang itu di tangan Dinda.

"Ini adalah pertanda kalau lu jadi asisten gue, biar gue bisa bedain lu sama cewek yang lainnya, " Jelas Juna ia bermaksud memakaikan Dinda gelang hanya untuk membuatnya mudah menemukan gadis itu.

Dinda tersenyum kecil sambil memandang gelang itu, " Sampai segitunya lu jadi orang, eh ya gak bakalan ke tuker juga kali, emang nya muka gue sama muka murid yang ada di sini itu sama apa sampai harus di kasih tanda, eh tapi makasih yah lucu kok gelangnya, gue Terima, " Balas Dinda ia merasa alasan yang di buat Juna benar-benar membuatnya tertawa geli. Untungnya gelang itu lucu jadi ia sedikit senang menerimanya.

Bukan hanya Dinda kedua sahabatnya pun tertawa dengan alasan Juna memberikan gelang pada Dinda, alasan yang sangat konyol.

"Sudahlah kau pergi saja sana, " Usir Juna pada Dinda.

"Baik gue bakalan pergi, " Baru saja Dinda akan melangkahkan kakinya kembali, tiba-tiba Varo memanggilnya.

"Minta nomor lu dong, " Pinta Varo.

"Gue juga minta, " Rupanya Andi juga ingin nomor Dinda.

Dinda langsung memberikan nomor nya, " Udah kan gak ada yang bakal manggil gue lagi? " Tanya Dinda sedari tadi ia selalu saja di panggil, membuat moodnya agak kacau.

"Iya udah selesai kok, " Balas andi

dan Varo berbarengan.

"Ya udah bay, sampai ketemu lagi nanti di kantin, " Ujar Dinda saat akan pergi dari kelas Juna, Juna memandang gadis itu dengan tatapan aneh, ia rasa gadis itu aneh di matanya, benar-benar gadis yang berbeda dari yang lainnya.

Dinda berjalan menuju kelasnya, setelah sampai di kelasnya ia langsung duduk di kursi miliknya yang berada di barisan paling belakang.

Sementara itu di kelas Juna mereka masih asik bermain, tak jarang para wanita iri pada Dinda yang merasa di perlakukan berbeda oleh Juna, namun pada dasarnya Juna merasa ia tidak memperlakukan Dinda secara istimewa, itu hanyalah hal biasa di matanya.

"Woy lu bengong aja, kek orang yang lagi kesambet setan aja lu, " Varo  mengagetkan Juna.

Bukannya kaget Juna hanya menatap Varo dengan tatapan datar, dan juga ekspresi wajah yang amat sangat datar, rupanya saat ini Juna sedang banyak pikiran.

"Mau apa sih lu? " Tanya Juna datar.

"Gak lu jangan bengong aja napa, kalau lu kesambet kan gue yang repot, ia gak, " Ujar Varo sambil menatap ke arah Andi.

"Iya, nanti kalau lu kesambet kan harus di bawa ke UKS terus bawanya kan gak gampang, " Andi  juga setuju dengan apa yang dikatakan Varo.

"Serah lu dah, lu tau gak setannya juga takut sama gue, " Balas Juna yakin.

"Massa, " Andi tidak percaya pada ucapan yang Juna katakan.

"Gak percaya lu, " Juna berdiri lalu menatap tajam ke arah Andi Varo, tatapan itu bahkan mengalahkan Elang.

"Lu kenapa natap kita, kitakan cuman bercanda, " Balas Varo sedikit ketakutan.

Bukannya menjawab Juna malah mendekatkan wajahnya ke arah mereka berdua, Juna mengelus pelan rambutnya mereka dengan kedua tangannya.

"Lu kenapa sih? " Tanya Andi yang melihat kilatan mengerikan di mata Juna.

Namun tiba-tiba Juna tertawa sambil memegang perutnya, " Lu kenapa? " Tanya Andi sambil melihat ke arah Juna yang sedang tertawa lepas.

"Lu kan bilang sama gue, kalau misalkan suruh buktiin setannya takut atau enggak sama gue? " Balas Juna masih menahan tawanya.

"Terus, " Heran Varo.

"Buktinya lu takutkan, berarti benar dong ucapan gue, " Balas Juna.

Mereka berpikir sejenak mencerna ucapan Juna yang butuh beberapa menit untuk masuk ke otaknya, hingga akhirnya satu tas mengenai wajah Juna.

"Dasar gak waras, masa iya gue di bilang setan, " Akhirnya mereka mengerti dengan maksud dari ucapan Juna.

Juna semakin mengeraskan tawanya, ia benar-benar tidak bisa mengontrol tawanya, wajah Andi dan Varo begitu lucu saat ketakutan.

"Gue nyesel gak poto kalian barusan, kalau gue poto mau gue pajang tuh di mading sekolah, " Ujar Juna.

"Gak waras," ujar Andi dengan wajah agak cemberut.

"Gue kirain lu lagi ada masalah, taunya cuman mau bilang gitu doang. Nyesel gue peduli sama lu," timpa Varo malas.

"Bercanda gak usah ngambek gitu dong, masa gitu doang ngambek gak asik," Yuda mulai mengeluarkan ponselnya dari saku untuk bermain game.

"Gak asik gak asik berisik lu, masa Andi di samain sama setan, lebih dari itu dia mah," Varo tertawa meledek.

"Sialan kalian berdua," Andi memukul pundak Varo tidak terlalu keras.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!