KONSPIRASI SILAM

“Lalu, dengan beraninya kau menyebutkan nama itu. Apa kau tidak takut mati?!” sentaknya. “Apa tujuanmu mengungkit masalah ini?” tanyanya.

“A-ampun, Yang Mulia. Dusta jika hamba tidak takut mati. Namun, selama ini Yang Mulia menyaksikannya sendiri. Semua yang hamba lakukan, semata-mata hanya untuk keluarga Kerajaan. Dan kali ini juga, sekali lagi tujuan hamba yakni untuk melindungi Keluarga Kerajaan. Walaupun hamba harus mati karena menyebutkan satu nama terlarang itu, hamba tidak menyesal. Jika dengan kematian hamba bisa menyelamatkan bala bencana Keluarga Kerajaan, hamba siap mengorbankan nyawa hamba sekalipun,” cetusnya dengan sikap gentarnya.

Baginda Raja cukup tersentuh dengan segala perkataan yang diucapkan oleh Pengawas Perbintangan itu. Namun, sebagai seorang Raja, ia tak boleh lemah hati dan berbelas kasih tanpa alasan untuk orang-orang yang berani melanggar larangannya. Ia tak boleh terlihat lemah di mata orang lain hanya karena hati yang berbelas kasih.

Dan juga, Baginda Raja pun tak bisa menghukum seseorang dengan semena-mena, apalagi mengingat tujuannya yang dianggap mulia, karena ingin melindungi keselamatan Keluarga Kerajaan.

“Lalu, jelaskan tujuanmu yang sebenarnya. Jelaskan alasan kenapa kau harus mengungkit nama terlarang, dan juga sebab-akibat terancamnya Keluarga Kerajaan ketika kau menyebutkan satu nama itu. Jika kau bisa menjelaskan maksud dan tujuanmu, maka, aku akan mengampuni nyawamu,” cetusnya.

“Yang Mulia, hamba tidak berani memohon ampunan dari Anda. Namun, jika menyangkut keselamatan Keluarga Kerajaan, hamba akan menjelaskannya secara rinci tentang segala sesuatu yang kemungkinan berhubungan dengan satu nama itu. Yang Mulia, izinkan hamba menanyakan satu pertanyaan yang sama seperti sebelumnya. Apakah Anda benar-benar memberantas keluarga Pangeran Yongping? Dan apakah kemungkinan… masih ada sisa-sisa darah keturunan beliau?” tanyanya.

“Tidak mungkin! Tidak mungkin ada satu pun yang berhasil lolos hari itu. Dan aku … .” Baginda Raja menghentikan perkataannya secara tiba-tiba. “Aku tidak berbelas kasih dan meloloskan satu pun dari mereka. Bahkan aku… bahkan aku… aku membunuh Pangeran Yongping dengan tanganku sendiri,” ucapnya dengan berat hati.

Pengawas perbintangan tahu betul tentang apa yang dirasakan oleh Baginda Raja saat ini. Pangeran Yongping, dia adalah Kakak kandung Baginda Raja sebelumnya yang bernama Pangeran Fengxi. Mereka berdua adalah keturunan Kaisar sebelumnya. Namun, mereka erlahir dari ibu berbeda. Pangeran Yongping adalah keturunan murni dari Sang Ratu. Sedangkan Pangeran Fengxi hanyalah anak dari seorang selir.

Pangeran Yongping dan Pangeran Fengxi sudah sangat akrab sejak kecil, layaknya saudara kandung pada umumnya. Ratu yang berbelas kasih dan memiliki kepribadian berhati lembut, senantiasa mengizinkan Pangeran Yongping anaknya, bermain dengan Pangeran Fengxi. Ratu menganggap keduanya sama, sama-sama hanyalah sepasang saudara yang tumbuh dengan bahagia. Namun, ppemikiran sang Ratu berbeda dengan sang selir, ibu dari Pangeran Fengxi.

Ibu Fengxi yang bernama Chu Xia, sangat iri terhadap kehidupan Ratu yang lebih dianggap dan dihormati di Istana. Akan tetapi, jika menyangkut kasih sayang, Raja sebelumnya lebih menyayangi selir Chu Xia. Namun, hanya cinta semata tak bisa memuaskan ambisi dan keserakahannya terhadap kehormatan dan tahta yang menggiurkan.

Selir Chu Xia yang memiliki ambisi besar, selalu merencanakan perbuatan liciknya secara diam-diam. Ia berusaha mencelakai Ratu dengan berbagai cara, hanya untuk menggantikan posisi Permaisuri Kekaisaran. Rencananya benar-benar berhasil, tanpa diketahui oleh siapa pun. Semua orang hanya tahu jika Ratu meninggal dunia karena sakit keras. Mereka tidak tahu jika di balik semua itu, ada konspirasi dari selir Chu Xia yang meracuni Ratu secara diam-diam dan perlahan-lahan.

Harapannya benar-benar terwujud. Posisi permaisuri benar-benar menjadi miliknya. Namun, semua itu tidak bisa memuaskan ambisinya yang sangat besar. Posisi permaisuri tidak cukup, lalu ia menginginkan posisi Pewaris tahta untuk anaknya yang bernama Pangeran Fengxi yang telah berada di usia remaja. Berbagai konspirasi dilakukan Chu Xia untuk mewujudkan ambisi liarnya.

Dia bermain catur dengan Pangeran Yongping yang menganggapnya Ibu sendiri, karena Pangeran Yongping telah kehilangan ibunya di usia belia. Begitu liciknya dia memerankan drama istana dengan akting terbaiknya. Membuat Pangeran Yongping yang berhati bersih dan berjiwa polos perlahan-lahan masuk ke dalam perangkapnya.

Selir Chu Xia yang telah menjadi Permaisuri itu perlahan-lahan mempengaruhi pikiran Baginda Raja. Bukan hanya itu saja, tetapi rencananya pun dikerjakan berdasarkan strategi yang dimanipulasi menjadi bukti. Hingga akhirnya, Pangeran Yongping yang telah masuk ke dalam perangkapnya, dijebak hingga kalah telak. Pangeran Yongping yang masih remaja, dituduh melakukan konspirasi pemberontakan penurunan tahta secara paksa.

“Berani sekali dia! Tidak bisakah dia sedikit bersabar?! Dia sudah mendapat gelar penerus. Suatu saat dia pasti akan menggantikanku. Beraninya dia mengumpulkan kavaleri secara diam-diam dan menggelapkan penyelundupan senjata ecara diam-diam. Sangat lancang! Jika aku membiarkannya, cepat atau lambat, dia pasti akan memaksa penurunanku. Atau bahkan… dia akan membunuhku, ayahnya sendiri,” marah sang Raja.

Ketika kabar itu telah sampai ke telinga Kaisar, ia pun murka setelah melihat bukti-bukti manipulasi yang telah ditunjukkan kepadanya. Hingga akhirnya, ia memberi perintah pengeksekusian terhadap Pangeran Yongping dan seluruh keluarga bangsawan besar dari ibunya, yakni Ratu sebelumnya.

Tak hanya itu saja, Selir Chu Xia bahkan memaksa Pangeran Fengxi untuk menusuk Pangeran Yongping dengan tangannya sendiri.

“Jika kau masih menganggap aku Ibumu, maka, bunuh dia! Bunuh dia!” desak Ratu Chu Xia.

Ratu Chu Xia membawa Pangeran Fengxi secara diam-diam ke penjara, untuk mengunjungi Pangeran Yongping yang akan menjalani hukuman mati esok harinya.

Ketika telah sampai di penjara, Pangeran Fengxi melihat Pangeran Yongping yang terikat dengan rantai. Pangeran Yongping kuyu dan tak berdaya. Pangeran Fengxi tidak tega melihat Pangeran Yongping, kakaknya sendiri, berada di jurang keputusasaan. Ia sangat ingin menolongnya dan membawa kabur dari sana. Namun, semua itu hanyalah tindakan bodoh.

“Kakak …,” lirih Pangeran Yongping.

“Untuk apa kau memanggilnya dengan cara itu?! Ibu membawamu ke sini bukan untuk mengasihaninya!” sentak Ratu Chu Xia.

“Ibu, selamatkan dia! Ibu, aku mohon. Ibu bisa membujuk Ayahanda dan mengatakan semua hanyalah salah paham,” pintanya dengan sungguh-sungguh.

“Dasar anak bodoh! Sia-sia Ibu melahirkanmu dan mendidikmu selama ini. Ibu tidak melahirkanmu hanya untuk menjadi anak bodoh yang berbelas kasih epada sainganmu sendiri. Lihat! Lihat baik-baik! Dia adalah sainganmu. Dan sekarang, dia adalah musuhmu. Bukan hanya musuhmu saja, tetapi musuh negara. Kau tidak akan pernah mengerti perjuangan yang Ibu lakukan selama ini untukmu. Sudahlah… aku membawamu ke sini bukan untuk berbasa-basi. Bebaskan dirimu sendiri. Bunuh dia!!!” desaknya dengan paksa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!