Bismillah.
"Bapak Zidan pergi dulu, doain Zidan ya supaya Zidan dapat kerja." ucap Zidan pada bapaknya.
"Pasti Nak, pasti bapak akan mendoakanmu, agar segera mendapatkan pekerjaan kembali."
Memang Zidan sudah memceritkan pada bapaknya, kenapa dia tidak lagi bekerja di pabrik tempat pak Kasim, tapi tentu Zidan tidak memberitahu bapaknya, jika nyawa Zidan hampir terancam oleh Saga the geng.
"Terima kasih pak, Zidan pamit, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." jawab pak Hajir.
Sekarang pak Hajir tidak lagi batuk-batuk seperti sebelumnya, obat yang Zidan buatkan memang benar-benar manjur.
Padahal sudah beberapa tahun lebih bapak Hajir meminum obat herbal dan juga obat warung tapi tak kunjung sembuh. Tidak disangka-sangka obatnya ada pada Zidan, anak pak Hajir sendiri.
Benar ternyata setiap penyakit pasti ada obatnya, hanya saja kita perlu bersabar agar obat yang sesuai dengan penyakit yang diderita bisa kita dapat secara tepat. Kadang semua itu butuh waktu.
Zidan sudah melangkah menuju pintu rumahnya, pintu rumah itu hanya terbuat dari kayu biasa, tidak ada gembok atau kunci yang bagus untuk rumah Zidan dan keluarga.
Hanya kunci pintu yang terbuat dari kayulah untuk menutup sempurna rumah tersebut.
Jangan lupakan, keberadaan rumah Radit yang jauh dari namanya tetangga, rumah pak Maman saja sedikit jauh walaupun masih tetangga rumah Zidan.
Mungkin lebih tepatnya, bisa dikatakan pak Hajir dan keluarga tinggal di tengah-tengah hutan.
Baru saja Zidan akan membuka pintu rumahnya, pintu itu lebih dulu terbuka, memperlihatkan sosok seorang bocah laki-laki berseragam sd.
"Assalamualaikum." salam bocah itu.
Bocah berseragam sd tersebut, tidak lain adalah Rian, adik terakhir Zidan.
"Waalaikumsalam." jawab Zidan
"Loh, mbak Hana mana?" bingung Zidan.
Biasanya Rian dan Hana akan pulang bersama, karena sekolah keduanya berdekatan.
Rian yang masih terlalu pendek terpaksa menodongkan kepalanya untuk melihat sang abang yang termasuk jangkung.
"Masih di sekolah bang." jawab Rian sambil berlalu masuk.
Zidan tidak jadi keluar rumah, dia kembali masuk ke dalam mengikuti Rian, "Kenapa tidak pulang bersama?"
Rian memberhentikan langkahnya, "Tadikan Rian sudah nunggu mbak Hana, di depan gerbang sekolahnya, tapi kata dia, Rian suruh pulang duluan, yasudah Rian pulang." jelas Rian.
"Terus mbak Hana nggak bilang, kenapa dia tidak pulang bersama kamu?" Rian hanya menggeleng.
Hah!
Zidan menghembuskan nafas panjang, "Abang pergi dulu, temani bapak." ujar Zidan.
"Abang mau kemana?" tanya Rian sebelum Zidan benar-benar pergi.
"Ke sekolah mbak Hana, sama abang mau cari kerja juga."
"Abang ada duit tidak?"
Mendengar ucapan Rian, Zidan menaikkan sebelah alisinya, tidak biasanya Rian menanyakan soal uang, kecuali jika ada sesuatu yang sangat dia butuhkan.
Rian menujukan sepatutnya yang sudah bolong besar, bukan 1 sepatu saja, tapi kedua-duanya.
"Abang sepatu Rian sudah tidak bisa digunkan lagi." ucap Rian sambil menatap sepatutnya sedih.
"Sudah nanti bapak jahit saja." tidak tau pak Hajir datang dari mana, tiba-tiba sudah ada di sebelah Rian dan Zidan.
Zidan tersenyum miris melihat sepatu adiknya, entah sudah berapa tahun Rina tidak pernah ganti sepatu.
"Tidak usah bapak, nanti Zidan belikan, Insya Allah."
"Abang serius?"
Zidan mengangguk yakin, "Yeeee!" senang Rian.
"Tapi kamu ada uang Zidan."
"Ada pak Insya Allah, Zidan pergi dulu, Assalamualikum."
"Waalaikumsalam." jawab Rian dan bapak Hajir.
Tujuan utama Zidan sekarang mendatangi sekolah adik perempuannya, ada firasat tidak enak yang Zidan rasakan tentang Hana.
Langkah Zidan begitu cepat, dia takut terjadi sesuatu pada Hana, selama ini Hana tidak pernah pulang telat dari sekolah.
Ting!
Ting!
(Sistem kembali aktif)
Zidan langsung memberhentikan langkahnya, kala mendengar suara sistem, misi apalagi, pikir Zidan yang harus dia kerjakan.
(Misi terdeteksi, Barayar lunas uang sekolah Hana, Zidan akan mendapatkan reward dari sistem, lalu tolong seorang guru di sekolah Hana yang terjebak di dalam sumur, karena di dorong oleh siswa-siwinya sendiri, Zidan juga akan mendapatkan imbalan 2 kali lipat lebih banyak)
(Misi dobel up datang untuk Zidan, makan keuntungan yang akan didapat lebih banyak, jika Zidan berhasil menyelamatkan guru itu reward sebesar. 3.000.000 akan otomatis masuk kerekening Zidan.)
"Apakah sistem tau dimana Hana? Apa adiku baik-baik saja sistem?"
Kekhawatiran Zidan mulai merajalelai dirinya sendiri, hal-hal buruk sudah bersarang di kepalanya.
(Hana baik-baik saja, hanya saja dia habis dipanggil kepala sekolah, Hana mendapatkan surat peringatan dari sekolah, dia terancam akan di keluarkan, jika tidak dapat membayar spp sekolah yang sudah lama menunggak.)
"Ya Allah, maafkan bang Hana, abang akan segera membayar sppmu." gumun Zidan.
"Baiklah sistem katakan dimana keberadaan guru itu? sekarang aku harus menemui kepala sekolah lebih dulu, baru menyelamatkan guru tersebut." putus Zidan.
(Maaf Zidan, jika boleh sistem memberi saran lebih baik selamatkan guru yang sedang dalam bahaya itu. Lokasinya ada di belakang sekolah Hana.)
"Baik yang mana saja dulu."
Zidan mengambil langkah seribu agar dia bisa segera sampai di sekolah Hana, bahkan Zidan mencari jalan pintas untuk sampai ke sekolah SMP 30.
Jalanan pintas yang Zidan ambil ternyata, langsung tembus di belakang sekolah.
"Apakah disini tempatnya sistem?"
(Benar Zidan, berjalanlah menuju utara, Zidan akan menemukan segerombolan anak-anak berseragam SMP yang sedang berusaha menutup sumur itu, di dalamnya ada guru yang sudah mereka dorong agar masuk ke dalam sumur).
Deg!
Kaget Zidan, sama saja bukan jika seperti itu mereka sudah berniat melakukan pembunuhan.
"Bukankah sama saja mereka sendang berusaha membunuh seseorang jika seperti itu? memang di sekolah tidak di didik dengan baik?"
(****** salahkan didikan sekolahnya Zidan, salahkan saja didikan orang tuanya di rumah, sekolah itu hanya sarana agar mereka bisa lebih baik, orang rumahlah yang harusnya berperan lebih banyak, coba saja kalau kamu punya gejed yang bagus, kamu akan tau seperti apa dunia maya saat ini Zidan.) ceramah sistem.
"Nanti saja sistem ceramahnya, sekarang aku sudah dekat di lokasi sumur yang sistem maksud."
Zidan mengintip dari samping tembok, dia melihat ada 10 orang siswa-siswi lebih sepertinya di depan sumur itu.
"Hahaha! Biar mati sekali ibu Kanza!" ucap salah seorang.
Hahahaahaha! Suara tawa mereka semua terdengar di kuping Zidan.
"Sudah ayo pergi, keburu ada yang lihat kita." ajak orang tadi lagi.
"Waktunya sudah tida." ucap Zidan pelan.
Sayang sekali Zidan tidak sadar, jika dibawah kakiknya ada botol aqua, jadilah saat anak-anak itu akan pergi mereka mendengar suara kaki Zidan yang menginjak boto aqua kosong.
Kerke!
"Woi siapa!" 10 orang lebih itu langsung mencari keberadaan Zidan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Nur Muhammad
kriminal parah nih anak sekolahan! kacau... awas aja klw author gak punya cerita pembalasan yg setimpal.. termasuk anak pemilik pabrik ug kemaren.. huuuft
2023-05-20
1
nda bae nda
lnjut
2023-03-23
0