Ingatan Dewan Iskandardinata

Meeting dengan Om Dewan dan direksinya berjalan dengan baik dan lancar. Bahkan Aurora juga ikut membantu papinya. Dia sedang dipersiapkan untuk menggantikan papinya memimpin perusahaan.

Om Dewan dan Aurora pun mengantar Alexander dan Herdin sampai ke lobi. Mereka terus mengobrol sambil sesekali tertawa.

Ngga jauh dari sana, Rihana dan teman temannya akan baru keluar dari lift. Mereka akan makan siang di salah satu kafe di depan perusahaan mereka yang banyak bertebaran di sana.

"Eh, itu Alexander Monoarfa sama Herdin Prasetya," seru Seli dengan suara tertahan.

"Herdin Prasetya, yang keluarganya punya perusahaan galangan kapal?" seru Ratna kaget. Dalam hati memuji temannya yang memiliki pengetahuan yang luas tentang laki laki kaya.

"Yes! Pokoknya yang mana aja, deh. Aku mau semuanya," seru Seli dengam senyum sumrimgahnya.

Yang lainnya tertawa. Tapi ngga dengan Rihana..Pandangannya tercekat melihat keakraban ketiganya.

Alex begitu dekat dengan anak papanya. Papanya juga terlihat bahagia. Seharusnya dia ada di sana.

Dada Rihana rasanya sesak.

"Herdin aja. Denger denger, sih, putrinya si bos mau dijodohkan dengan Alexander Monoarfa," tambah Rukma.

DEG DEG

"Ooo," seru Puspa dan Winta bersamaan.

"Dijodohkan sama orang orang yang sederajat," timpal Milfa.

Mereka pun tertawa pelan. Mentertawakan harapan bodoh mereka yang menyukai ketampanan keduanya.

DEG

Rihana seolah tertampar keras mendengarnya.

Dia ngga sederajat, kah?

Sakit, itulah yang dirasakan Rihana.

Baru tad malam dia merasa bahagia Tapi kebahagiaan itu direnggut dengan cepat secara paksa.

Matanya memanas. Dan saat itu lah Alexander menoleh padanya.

Alexander tersenyum padanya tapi Rihana memalingkan cepat wajahnya.

Alexander agak terkejut dengan reaksi Rihana.

"Sana kalian pergi makan siang. Om masih harus balik ke ruangan lagi," kata Dewan membuat Alexander menatapnya.

"Papi ngga ikut makan? Jangan menunda makan, papi," ucap Aurora sambil menempelkan kepalanya di bahu papinya.

Rihana udah ngga tahan lagi melihatnya. Walaupun dia membenci laki laki yang ngga bertanggung jawab itu, tapi dia juga iri nelihat kedekatan keduanya.

Dia yang harusnya juga memiliki hak untuk melakukannya. Dan disayang laki laki yang sudah mensia siakan dirinya dan mamanya.

Kembali sesak Rihana rasakan hingga dia sulit bernafas.

Dia memejamkan mata, mencoba membayangkan ibu panti dan adik adiknya. Rihana mencoba mengingat tanggungjawab besar yang ada di punggungnya.

"Kamu kenapa?" tanya Winta cemas ketika melihat kedua tangan Rihana agak bergetar dan mata yang terpejam erat

"Udah lapar, ya? Apa kamu ngga sarapan?" tanya Puspa ikutan panik.

"Eh, aku ngga apa apa," sahut Rihana sambil menaruh tisu di matanya. Karena mulai ada rembesan air matanya.

"Kemu kelaparan sampai nangis, ya?" senyum Rukma bercanda.

"Aku juga begitu. Ayo, ngga usah kita lihat laki laki yang bukan untuk kita," sambungnya lagi diiringi derai tawa yang lain.

Mereka mengangguk hormat dan memamerkan senyum semanis mungkin ketika melewati Dewan dan ketiga orang di dekatnya.

Tapi Rihana hanya menunduk, sama sekali ngga mau melihat Air matanya bisa benar benar tumpah jika dia harus melihat papa dan anak perempuan kesayangannya.

Alexander memperhatikan Rihana dengan intens. Kehadirannya di sini untuk menemui Rihana. Tapi meeting begitu alot hingga baru saja selesai.

Dan Rihana melewatinya begitu saja tanpa melihat atau tersenyum dengannya, membuat hatinya agak mencelos.

"Papi ikut makan siang sama kita, ya," terdengar suara Aurora sangat lembut.

Perhatian Dewan yang tadi tercuri oleh sikap salah satu pegawainya yang tadi menunduk saat melewatinya, kini berbalik pada putrinya lagi.

"Oke. Di depan aja, ya," sahutnya lembut. Ada keinginannya untuk makan di satu tempat yang sama dengan karyawan barunya tadi.

Ada yang aneh menyusup dalam dadanya. Ada keinginan yang kuat untuk melihat pegawai baru yang lebih tua beberapa tahun dari putri itu.

Mungkin dia juga sudah sebesar itu? lamun Dewan dalam hati. Kembali dia teringat akan gadis yang mengaku sudah hamil dengannya.

Tapi gadis itu menghilang. Tapi tadi malam dia memimpikannya. Gadis itu menatapnya dengan sedih sebelum menghilang. Ya, menghilang. Membuat dia terjaga di tengah malam dengan keringat dingin membasahi kening dan punggungnya.

"Ya, papi. Kak Alex, Kak Herdin, ayo," kata Aurora penuh semangat sambil menggandeng papinya.

Alexander teralihkan perhatiannya akibat kata kata Aurora. Dia saling tatap dengan Herdin.

"Oke," jawabnya berat. Niat ingin pergi menuju ke tempat Rihana batal sudah. Apalagi ada Om Dewan yang mengikuti. Tambah sungkan Alexander menolak.

Keemparnya beriringan keluar dari lobi perusahaan. Mereka pun memasuki kafe di seberangnya.

"Apa kita di ruang privat saja?" tanya Aurora yang melihat kafe cukup rame dan sebagian besar adalah pegawainya. Karena tatapan dan senyum hormat mengarah pada mereka.

Dewan ikut menatap sekitar kafe. Hatinya tersenyum melihat pegawai itu ada di sana. Secara kebetulan ada empat kursi kosong ngga jauh dari keberadaan pegawai baru yang selalu mengganggu pikirannya akhir akhir ini.

"Kita ke sana," tunjuknya sambil melangkahkan kakinya.

"Oke, papi."

Alexander tertegun. Ada Zira-nya di dekat situ bersama teman temannya.

Tepukan Herdin menyadarkannya

"Ayo."

Tanpa kata Alexander mengikutinya.

Dari tempat duduknya, Alexander bisa menatap Rihana dengan jelas. Tapi gadis itu tetap menundukkan kepalanya.

Sambil makan pun Alexander terus menatapnya. Dia ngga peduli kalo tingkahnya diperhatikan orang lain. Sama seperti dulu.

Rasanya dia ingin menghampiri Rihana saat ini juga. Ada perasaan takut kalo Rihana salah paham dengannya.

Begitu juga Dewan. Siang ini celotehan putri kesayangannya ngga benar benar dia tanggapi.

Isi kepalanya di penuhi kenangan puluhan tahun yang lalu.

Flashback

Setelah mengatakan akan bertanggung jawab, Dewan pulang ke rumah. Tapi alangkah kagetnya dia, karena orang tuanya sudah bersiap untuk berangkat.

Ini terlalu cepat.

"Papi ada jadwal meeting di sana. Om Bas baru ngasih tau," jelas papinya waktu itu.

Ngga bisa. Dia ngga bisa pergi sekarang

Dengan kalut Dewan pergi lagi meninggalkan rumah ke tempat gadis itu menunggu.

Dewan pun belum tau namanya. Dunia sudah gila bekerja untuknya.

"Dewan!" teriak maminya kaget karena anaknya yang baru pulang, kini berbalik lagi pergi. Dan yang membuat mami dan papinya tercekat, anaknya menjalankan mobilnya sangat kencang. Seakan dia sedang terburu buru harus menyelesaikan urusan pentingnya.

"Ikuti dia!" perintah papi pada pengawal yang sudah bersiap di depan mobil. Papi dan mami pun menyusulnya.

Gadis itu memang pernah masuk dalam radarnya. Tapi karena keseriusannya belajar, Dewan belum niat mendekatinya sekarang. Nanti dia akan mencarinya setelah lulus. Dewan hanya berpikir logis waktu itu. Kalo jodoh ngga akan kemana.

Dan obat perangsang sialan itu mempercepat jodoh pertemuannya. Malah dia menidurinya sampai gadis itu mengaku hamil.

Karena panik, Dewan gagal menyalib sedan di depannya. Tapi sebuah motor yang datang tiba tiba dari arah berlawanan membuatnya membanting stir ke kiri. Dan pohon di depannya jadi tumbalnya.

Terpopuler

Comments

Siti Nadiyah

Siti Nadiyah

akan kah pak dewan hilang ingatan

2024-01-15

1

Erni Fitriana

Erni Fitriana

lanjut thorrrrr

2024-01-06

1

R.F

R.F

lanjut kk

2023-04-18

2

lihat semua
Episodes
1 BLURB
2 Nama yang Nyata
3 Sakit di hati
4 Puzzle yang hilang
5 Bertemu lagi dengan 'papa'
6 Melihat Alexander Monoarfa
7 Keraguan Alexander
8 Ngga bisa menghindar
9 Takut ditolak
10 Jati diri Rihana
11 Ancaman mami
12 Ingatan Dewan Iskandardinata
13 Dilamar
14 Dosa yang menyiksa
15 De ja vu
16 Bertemu Kakek dan Nenek
17 Membuat Panik
18 Membagi sedikit beban
19 Mengantar Rihana
20 Rekaman CCTV
21 Membandingkan
22 Kecewa
23 Perasaan Bersalah yang amat sangat
24 Hati Alexander
25 Hari yang Berat
26 Berusaha Lagi
27 Terbuka dengan Jelas
28 Alexander yang keras kepala
29 Waktu yang dibutuhkan Aurora
30 Pulang
31 Membuktikan
32 Alexander dan Rihana?
33 Efek Tindakan Alexander
34 Dipindahkan?
35 Berusaha Bertahan
36 DNA yang sama
37 Semakin terbuka
38 Menuju Pengakuan
39 Pasangan yang Manis
40 Trust Me
41 Di kamar mama
42 Kumpul sepupu
43 Ditunggu Pacar
44 Meeting bersama si kembar
45 Terang terangan
46 Gagal
47 Cerita Oma Opa yang lain
48 Permintaan Seorang Ayah
49 Berani Membalas
50 Niat Dating
51 Rencana Dating yang mengganggu
52 Keinginan Aurora
53 Berhasil?
54 Khawatir
55 Kenyataan yang baru Dewan ketahui
56 Kenyataan yang sangat menyedihkan
57 Terguncang
58 Kenyataan yang satu persatu terbuka
59 Semakin jelas
60 Direstui
61 Celanya Bidadari
62 Isi hati Rihana
63 Rasa Bersalah dan Kecewa
64 Ortu Alexander yang sudah tau
65 Ke gap
66 Draft
67 Keberpihakkan
68 Emosi
69 Yang selama ini dirahasiakan
70 Dijodohkan
71 Perdebatan
72 Emosi
73 Amcaman Aurora
74 Jadi Lebay
75 Menyesakkan
76 Terpukul
77 Berbagi cerita sedih
78 Surat Dilara
79 Menemani Aurora
80 Flashback kepergian Aurora saat jam makan siang kemarin
81 Berita Duka
82 Penyelidikan Xavi
83 Kemarahan Papa Alexander
84 Analisa
85 Memghilangkan bukti
86 Membantu Aurora
87 Mulai tampak jelas
88 Rapat Keluarga
89 Perkataan jujur Alexander
90 Kepergian yang mengundang tanya
91 Rekaman CCTV
92 Kesedihan yang sama
93 Herdin dan Puspa
94 Move on
95 Mulai Nyaman
96 Keluarga Alexander
97 Berita yang Viral
98 Konferensi Pers
99 Alexander yang mengagumkan
100 Kegilaan Irena
101 Mesranya Alexander
102 Tiga Lusin Lingerie
103 Percaya
104 Viral lagi
105 Ngga Peduli
106 Hamil juga
107 Melepas Rindu
108 Gagal lagi?
109 Ngga Tenang
110 Galau
111 Gagal Move on.
112 Jadi Fitting
113 The last chance
114 Herdin dan Puspa
115 Perhatian Rihana
116 DOR
117 DOR part 2
118 Kesadaran yang terlambat
119 Patah hati?
120 Keputusan Daiva
121 Kalandra dan Adriana
122 Kalandra dan Adriana part 2
123 Nayara dan Ansel
124 Akhirnya Nikah
125 Pasangan lainnya
126 Polemik Cinta
127 Bulan madu, patah hati dan marah
128 Episode Kalandra
129 Masih Kalandra(dijodohkan)
130 Kalandra-Adriana (sesak)
131 Honeymoon
132 Gara gara lift (Kalandra-Adriana)
133 Undangan?
134 Kena prank
135 Cemburu
136 Sudah ketahuan? (Emra&Kiara)
137 Menyangkal (Emra dan Kiara)
138 Rencana tiga sepupu
139 Sudah Ketahuan
140 Kesalnya Adriana
141 Membantu Kalandra
142 Honeymoon
143 Fokus Emra
144 Kabar yang ditunggu
145 Emra-Kiara
146 Emra-Kiara dan keputusan Xavi
147 Zerina yang egois
148 Kebahagiaan keluarga Aurora
149 Menuntaskan Rindu
150 Berpisah?
151 Perasaan Nidya
152 Resah
153 Jodoh buat Kirania dan Nidya
154 Negoisasi
155 Terima?
156 Marahnya Mama Aiden
157 Tentang Xavi
158 Permintaan Zerina
159 Keputusan Xavi dan kisah manis Hazka-Kirania
160 Fathan ngga bisa jujur
161 Niat Fathan sudah bulat
162 Persiapan lamaran
163 Kumpul calon ipar
164 Cerita Emir
165 Terpesona
166 Masa lalu Daniel
167 Mengenang Nadine
168 Masih Flashback
169 Target Emir
170 Di bawa Emir terbang
171 Kencan Emir
172 Rahasia Player Daniel yang diketahui Emir
173 Cinta dan Rindu
174 Tanggung Jawab
175 Restu
176 Restu part 2
177 Rakyat jelata
178 Klarifikasi
179 Bukan teman
180 Memberikan pelajaran dan lamaran Xavi
181 Flashback dua hari yang lalu.
182 Paper Bag
183 Terbongkar
184 Pernyataan Cinta Emir
185 Sidang Emir
186 Tamat
187 Pengumuman
188 pengumuman cerita baru
Episodes

Updated 188 Episodes

1
BLURB
2
Nama yang Nyata
3
Sakit di hati
4
Puzzle yang hilang
5
Bertemu lagi dengan 'papa'
6
Melihat Alexander Monoarfa
7
Keraguan Alexander
8
Ngga bisa menghindar
9
Takut ditolak
10
Jati diri Rihana
11
Ancaman mami
12
Ingatan Dewan Iskandardinata
13
Dilamar
14
Dosa yang menyiksa
15
De ja vu
16
Bertemu Kakek dan Nenek
17
Membuat Panik
18
Membagi sedikit beban
19
Mengantar Rihana
20
Rekaman CCTV
21
Membandingkan
22
Kecewa
23
Perasaan Bersalah yang amat sangat
24
Hati Alexander
25
Hari yang Berat
26
Berusaha Lagi
27
Terbuka dengan Jelas
28
Alexander yang keras kepala
29
Waktu yang dibutuhkan Aurora
30
Pulang
31
Membuktikan
32
Alexander dan Rihana?
33
Efek Tindakan Alexander
34
Dipindahkan?
35
Berusaha Bertahan
36
DNA yang sama
37
Semakin terbuka
38
Menuju Pengakuan
39
Pasangan yang Manis
40
Trust Me
41
Di kamar mama
42
Kumpul sepupu
43
Ditunggu Pacar
44
Meeting bersama si kembar
45
Terang terangan
46
Gagal
47
Cerita Oma Opa yang lain
48
Permintaan Seorang Ayah
49
Berani Membalas
50
Niat Dating
51
Rencana Dating yang mengganggu
52
Keinginan Aurora
53
Berhasil?
54
Khawatir
55
Kenyataan yang baru Dewan ketahui
56
Kenyataan yang sangat menyedihkan
57
Terguncang
58
Kenyataan yang satu persatu terbuka
59
Semakin jelas
60
Direstui
61
Celanya Bidadari
62
Isi hati Rihana
63
Rasa Bersalah dan Kecewa
64
Ortu Alexander yang sudah tau
65
Ke gap
66
Draft
67
Keberpihakkan
68
Emosi
69
Yang selama ini dirahasiakan
70
Dijodohkan
71
Perdebatan
72
Emosi
73
Amcaman Aurora
74
Jadi Lebay
75
Menyesakkan
76
Terpukul
77
Berbagi cerita sedih
78
Surat Dilara
79
Menemani Aurora
80
Flashback kepergian Aurora saat jam makan siang kemarin
81
Berita Duka
82
Penyelidikan Xavi
83
Kemarahan Papa Alexander
84
Analisa
85
Memghilangkan bukti
86
Membantu Aurora
87
Mulai tampak jelas
88
Rapat Keluarga
89
Perkataan jujur Alexander
90
Kepergian yang mengundang tanya
91
Rekaman CCTV
92
Kesedihan yang sama
93
Herdin dan Puspa
94
Move on
95
Mulai Nyaman
96
Keluarga Alexander
97
Berita yang Viral
98
Konferensi Pers
99
Alexander yang mengagumkan
100
Kegilaan Irena
101
Mesranya Alexander
102
Tiga Lusin Lingerie
103
Percaya
104
Viral lagi
105
Ngga Peduli
106
Hamil juga
107
Melepas Rindu
108
Gagal lagi?
109
Ngga Tenang
110
Galau
111
Gagal Move on.
112
Jadi Fitting
113
The last chance
114
Herdin dan Puspa
115
Perhatian Rihana
116
DOR
117
DOR part 2
118
Kesadaran yang terlambat
119
Patah hati?
120
Keputusan Daiva
121
Kalandra dan Adriana
122
Kalandra dan Adriana part 2
123
Nayara dan Ansel
124
Akhirnya Nikah
125
Pasangan lainnya
126
Polemik Cinta
127
Bulan madu, patah hati dan marah
128
Episode Kalandra
129
Masih Kalandra(dijodohkan)
130
Kalandra-Adriana (sesak)
131
Honeymoon
132
Gara gara lift (Kalandra-Adriana)
133
Undangan?
134
Kena prank
135
Cemburu
136
Sudah ketahuan? (Emra&Kiara)
137
Menyangkal (Emra dan Kiara)
138
Rencana tiga sepupu
139
Sudah Ketahuan
140
Kesalnya Adriana
141
Membantu Kalandra
142
Honeymoon
143
Fokus Emra
144
Kabar yang ditunggu
145
Emra-Kiara
146
Emra-Kiara dan keputusan Xavi
147
Zerina yang egois
148
Kebahagiaan keluarga Aurora
149
Menuntaskan Rindu
150
Berpisah?
151
Perasaan Nidya
152
Resah
153
Jodoh buat Kirania dan Nidya
154
Negoisasi
155
Terima?
156
Marahnya Mama Aiden
157
Tentang Xavi
158
Permintaan Zerina
159
Keputusan Xavi dan kisah manis Hazka-Kirania
160
Fathan ngga bisa jujur
161
Niat Fathan sudah bulat
162
Persiapan lamaran
163
Kumpul calon ipar
164
Cerita Emir
165
Terpesona
166
Masa lalu Daniel
167
Mengenang Nadine
168
Masih Flashback
169
Target Emir
170
Di bawa Emir terbang
171
Kencan Emir
172
Rahasia Player Daniel yang diketahui Emir
173
Cinta dan Rindu
174
Tanggung Jawab
175
Restu
176
Restu part 2
177
Rakyat jelata
178
Klarifikasi
179
Bukan teman
180
Memberikan pelajaran dan lamaran Xavi
181
Flashback dua hari yang lalu.
182
Paper Bag
183
Terbongkar
184
Pernyataan Cinta Emir
185
Sidang Emir
186
Tamat
187
Pengumuman
188
pengumuman cerita baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!