Melihat Alexander Monoarfa

Setelah ngga nyampe setengah jam menenangkan dirinya, Rihana bermaksud kembali ke ruangannya lagi. Meneruskan pekerjaannya yang tadi tertunda karena perasaan sentimentilnya.

Tapi gimana cara mengatasi perasaan sentimentilnya yang selalu muncul jika melihat atau berdekatan dengan Pak Dewan Iskandardinata. Air mata ngga tau malunya selalu saja mengalir tiada henti.

Ngga mungkin, kan, dia rindu pada laki laki yang membuangnya dan mamanya?

Tuh, kan, hatinya sedih lagi.

Rihana membuang nafasnya perlahan.

Dia ngga boleh melupakan tujuannya bekerja. Rihana pun membayangkan wajah ibu panti dan adik adiknya yang pasti akan senang jika dia berhasil menaklukan pekerjaannya di sini. Pasti adik adiknya akan sangat senang jika nanti setelah gajian mereka akan mendapat pakaian, tas dan sepatu baru. Sudah cukup lama mereka mengenakan yang lama. Pasti jika saat itu tiba, mereka akan sangat gembira dan bahagia.

Memikirkan sampai ke sana membuat hati Rihana mengembang karena bahagia. Mungkin dia bisa mengatasi kesedihan dan keterpurukannya jika selalu mengingat niat awalnya yang ingin membahagiakan ibu dan anak anak panti. Juga yang membantu Bu Saras mengurus panti.

"Kamu sakit apa?" tanya Winta dan Pusoa menyambutnya ketika dia memasuki ruangannya. Beberapa seniornya juga menatapnya khawatir.

"Sakit perut tiba tiba. Mungkin nervous karena Pak Bos dekat banget di kubikelku," jawab Rihana memboca memberikan alasan yang cukup masuk akal.

"Bener juga, sih. Tadi aku juga deg degan," sahut Winta jujur.

"Mungkin karena kita anak baru. Padahal Pak Bos biasa aja," kekeh Puspa pelan.

Winta dan Rihana melebarkan senyum mereka

Harusnya dia juga bisa merssa begitu jika Pak Bosnya bukan orang yang telah membuangnya dan mamanya, batin Rihana miris.

Tapi Rihana kembali membayangkan wajah Ibu panti dan adik adiknya. Ternyata manjur. Kesedihannya sedikit berkurang.

"Ayo. Kita lanjut kerja lagi. Nanti ditegur Bu Zerina," kata Winta mengingatkan.

"Okeh," sahut keduanya berbarengan dan segera masuk ke kubikel masing masing.

Beberapa senior mereka hanya tersenyum melihat keakraban ketiga pegawai baru itu. Mereka jadinya mengingat momen momen manis saat mereka pertama kali diterima dan bekerja di perusahaan ini.

Ketika Rihana sedang berkonsentrasi di kubikelnya, pintu ruangan Bu Zerina terbuka Cukup lama juga para petinggi itu berada di sana.

"Kamu sudah baikan?" tanya Dewan begitu melihat Rihana sudah bekerja lagi di kubikelnya.

Dari tadi dia cukup mengkhawatirkan keadaan gadis itu. Tapi saat melihatnya baik baik saja, hatinya merasa sangat lega.

Dewan pun ngga tau kenapa.dia jadi sensitif dengan pegawainya. Padahal dia ngga pernah merasa begitu selama ini. Tapi ada sesuatu di dalam diri Rihana yang mengusik pikirannya.

Tatap mata saat pertama kali Rihana melihatnya yang seakan menuntutnya atas tuduhan yang sama sekali dia ngga ngerti. Tatapan yang sangat tajam yang menuduhnya atas kesalahannya yang sangat besar dan juga air mata kesedihannya. Semua itu mengundang banyak tanya. Dia butuh jawaban.

"Sa saya baik, pak," gugup Rihana yang ngga pernah menyangka akan mendapatkan pertanyaan yang mengandung perhatian cemas padanya.

Kembali Rihana menghadirkan wajah ibu panti dan adik adiknya untuk menghentikan tindakan melankolisnya. Dan cara itu sedikitnya berhasil membuatnya agak tenang.

"Syukurlah kalo begitu," jawab Dewan lega. Setelah tersenyun tipis, Dewan pun pergi bersama dua orang stafnya. Kekhawatiran yang menggumpal di dadanya lenyap sudah

Kembali Dewan merasa aneh dengan dirinya.

Rihana menghembuskan nafas panjang.

Syukurlah air matanya ngga tumpah walau dadanya sudah terasa sangat sesak. Dia cukup berhasil menahannya. Tapi tetap saja degup jantungnya ngga normal saat melihat dan mendengar suara Pak Dewan.

*

*

*

Mereka bertiga kembali makan siang bersama

"Maaf, ya, kemarin kita ngga nungguiin kamu," ucap Milfa ketika melihat Rihana. Suaranya terdengar agak ngga enak.

"Aku juga minta maaf," sambung Ratna dan Rukma bersamaan.

"Ngga apa apa," jawab Rihana dengan mengulas senyum tipisnya yang langsung dibalas mereka.

"Tadi kalian ke lapamgan?" tanya Seli sambil menatap Agus dan Yadi yang sedang menikmati makanannya.

"Iya," sahut Agus.

"Pasti panas banget, ya," komentar Winta karena melihat wajah Agus dan Yafi yang masih kemerahan karena sengatan matahari.

"Pake sunblock, dong. Biar cowo, wajib pake aja," senyum Milfa.

'Udah. Tapi tadi memang panas banget, ya, Yad," sahut Agus sambil menatap Yadi minta dukungan.

"Iya."

"Mungkin spf nya kurang gede," Puspa ikut berkomenrar.

"Kita memang harus ganti sunblock kayaknya," jawab Yadi kalem.

Yang perempuan tertawa kecil mendengarnya. Sementara para laki laki hanya tersenyum.

"Di lapangan memang panas banget. Beda kalo di dalam, ac nya dingin," lanjut Dino.

"Nasiblah. Tapi bonus kita lumayan gede lhoo," kata Agus membocorkan.

"Segede resikonya," kekeh Dino pelan. Agus dan Yadi juga ikut tertawa.

"Paling bete tuh ngurusin pajak," omel Rukma yang divisi perpajakan.

Ardi yang satu divisi dengannya ikut tertawa.

Memang mumet, batinnya.

"Aku di bagian keuangan deg degan kalo ngecek pengeluaran," timbrung Seli.

"Takut salah, ya. Padahal ini, kan termasuk perusahaan yang sangat besar," sambung Milfa yang satu divisi demgan Selly.

"Untung bosnya baik. Cantik lagi," timpal Ratna.

'Bos kita juga baik, ya, Win," komen Puspa

"Syukurlah kalian dapat bos bos yang baik," komen Bagas yang sedari tadi diam.

"Iya," sahut yang perempuan bersamaan. Kemudian melanjutkan memghabiskan makanan mereka.

"Eh, laki laki itu siapa?" ganteng banget," bisik Seli pelan pada Rukma

"Ngga kenal. Tapi memangnya ganteng," Puspa balas berbisik pelan, dia menahan tawanta.

"He eh."

Kini perhatian mereka teralihkan, khususnya yang perempuan, menatap dengan penuh pancaran kagum. Sepasang mata mereka tertuju pada dua orang laki laki tampan yang baru saja melewati pintu masuk kantin.

Tapi yang satunya lebih menonjol ketampanannya.

"Itu, kan anaknya bos Merapi Steel? Alexander Monoarfa.," kata Bagas memberi tau

DEG

Jantung Rihana rasanya mau copot mendengarnya. Untung saja dia ngga terbatuk.

Kini perhatiannya pun tertuju pada keduanya, seperti teman temannya yang lain.

Rihana hampir menutup mulutnya ketika benar benar melihat Alexander Monoarfa. Bahkan dia pun tau yang berada di sebelah Alexander. Karena mereka berdua temannya waktu SMA.

Hati Rihana berdesir, antar bahagia melihat lagi Alexander dan sedih karena merasa semakin ngga berarti apa apa.

Tadi teman barunya mengatakan kalo Alexander anak dari Merapi Steel. Jelas Alexander anak konglomerat ternama, karena setahunya perusahaan itu sudah go public.

Tentu yang akan menjadi kekasihnya pastilah yang setara dengannya, dan memiliki garis keturunan yang baik.

Sedangkan dia, papanya pun baru dia ketahui ternyata benar ada. Dan yang paling menyedihkan, papanya pun ngga menganggap dirinya. Dia adalah aib yang ngga akn mungkin bisa berharap banyak dengan Alexander.

Rihana pun menundukkan kepalanya semakin dalam sambil mengaduk aduk baksonya yang tinggal sedikit lagi.

Sementara teman temannya masih sibuk mengobrol dengab tema Alexander Monoarfa yang sangat tampan dan kaya raya.

Terpopuler

Comments

Nur Hayati

Nur Hayati

ya tuhan bagaimana nasib Riana... sedih banget

2024-03-17

1

Rizka Susanto

Rizka Susanto

Dunia mng sempit ya RI...
untung km gK pingsan..,🤭

2024-03-01

1

Sari Nu Amoorea

Sari Nu Amoorea

kasian rihana

2024-02-27

2

lihat semua
Episodes
1 BLURB
2 Nama yang Nyata
3 Sakit di hati
4 Puzzle yang hilang
5 Bertemu lagi dengan 'papa'
6 Melihat Alexander Monoarfa
7 Keraguan Alexander
8 Ngga bisa menghindar
9 Takut ditolak
10 Jati diri Rihana
11 Ancaman mami
12 Ingatan Dewan Iskandardinata
13 Dilamar
14 Dosa yang menyiksa
15 De ja vu
16 Bertemu Kakek dan Nenek
17 Membuat Panik
18 Membagi sedikit beban
19 Mengantar Rihana
20 Rekaman CCTV
21 Membandingkan
22 Kecewa
23 Perasaan Bersalah yang amat sangat
24 Hati Alexander
25 Hari yang Berat
26 Berusaha Lagi
27 Terbuka dengan Jelas
28 Alexander yang keras kepala
29 Waktu yang dibutuhkan Aurora
30 Pulang
31 Membuktikan
32 Alexander dan Rihana?
33 Efek Tindakan Alexander
34 Dipindahkan?
35 Berusaha Bertahan
36 DNA yang sama
37 Semakin terbuka
38 Menuju Pengakuan
39 Pasangan yang Manis
40 Trust Me
41 Di kamar mama
42 Kumpul sepupu
43 Ditunggu Pacar
44 Meeting bersama si kembar
45 Terang terangan
46 Gagal
47 Cerita Oma Opa yang lain
48 Permintaan Seorang Ayah
49 Berani Membalas
50 Niat Dating
51 Rencana Dating yang mengganggu
52 Keinginan Aurora
53 Berhasil?
54 Khawatir
55 Kenyataan yang baru Dewan ketahui
56 Kenyataan yang sangat menyedihkan
57 Terguncang
58 Kenyataan yang satu persatu terbuka
59 Semakin jelas
60 Direstui
61 Celanya Bidadari
62 Isi hati Rihana
63 Rasa Bersalah dan Kecewa
64 Ortu Alexander yang sudah tau
65 Ke gap
66 Draft
67 Keberpihakkan
68 Emosi
69 Yang selama ini dirahasiakan
70 Dijodohkan
71 Perdebatan
72 Emosi
73 Amcaman Aurora
74 Jadi Lebay
75 Menyesakkan
76 Terpukul
77 Berbagi cerita sedih
78 Surat Dilara
79 Menemani Aurora
80 Flashback kepergian Aurora saat jam makan siang kemarin
81 Berita Duka
82 Penyelidikan Xavi
83 Kemarahan Papa Alexander
84 Analisa
85 Memghilangkan bukti
86 Membantu Aurora
87 Mulai tampak jelas
88 Rapat Keluarga
89 Perkataan jujur Alexander
90 Kepergian yang mengundang tanya
91 Rekaman CCTV
92 Kesedihan yang sama
93 Herdin dan Puspa
94 Move on
95 Mulai Nyaman
96 Keluarga Alexander
97 Berita yang Viral
98 Konferensi Pers
99 Alexander yang mengagumkan
100 Kegilaan Irena
101 Mesranya Alexander
102 Tiga Lusin Lingerie
103 Percaya
104 Viral lagi
105 Ngga Peduli
106 Hamil juga
107 Melepas Rindu
108 Gagal lagi?
109 Ngga Tenang
110 Galau
111 Gagal Move on.
112 Jadi Fitting
113 The last chance
114 Herdin dan Puspa
115 Perhatian Rihana
116 DOR
117 DOR part 2
118 Kesadaran yang terlambat
119 Patah hati?
120 Keputusan Daiva
121 Kalandra dan Adriana
122 Kalandra dan Adriana part 2
123 Nayara dan Ansel
124 Akhirnya Nikah
125 Pasangan lainnya
126 Polemik Cinta
127 Bulan madu, patah hati dan marah
128 Episode Kalandra
129 Masih Kalandra(dijodohkan)
130 Kalandra-Adriana (sesak)
131 Honeymoon
132 Gara gara lift (Kalandra-Adriana)
133 Undangan?
134 Kena prank
135 Cemburu
136 Sudah ketahuan? (Emra&Kiara)
137 Menyangkal (Emra dan Kiara)
138 Rencana tiga sepupu
139 Sudah Ketahuan
140 Kesalnya Adriana
141 Membantu Kalandra
142 Honeymoon
143 Fokus Emra
144 Kabar yang ditunggu
145 Emra-Kiara
146 Emra-Kiara dan keputusan Xavi
147 Zerina yang egois
148 Kebahagiaan keluarga Aurora
149 Menuntaskan Rindu
150 Berpisah?
151 Perasaan Nidya
152 Resah
153 Jodoh buat Kirania dan Nidya
154 Negoisasi
155 Terima?
156 Marahnya Mama Aiden
157 Tentang Xavi
158 Permintaan Zerina
159 Keputusan Xavi dan kisah manis Hazka-Kirania
160 Fathan ngga bisa jujur
161 Niat Fathan sudah bulat
162 Persiapan lamaran
163 Kumpul calon ipar
164 Cerita Emir
165 Terpesona
166 Masa lalu Daniel
167 Mengenang Nadine
168 Masih Flashback
169 Target Emir
170 Di bawa Emir terbang
171 Kencan Emir
172 Rahasia Player Daniel yang diketahui Emir
173 Cinta dan Rindu
174 Tanggung Jawab
175 Restu
176 Restu part 2
177 Rakyat jelata
178 Klarifikasi
179 Bukan teman
180 Memberikan pelajaran dan lamaran Xavi
181 Flashback dua hari yang lalu.
182 Paper Bag
183 Terbongkar
184 Pernyataan Cinta Emir
185 Sidang Emir
186 Tamat
187 Pengumuman
188 pengumuman cerita baru
Episodes

Updated 188 Episodes

1
BLURB
2
Nama yang Nyata
3
Sakit di hati
4
Puzzle yang hilang
5
Bertemu lagi dengan 'papa'
6
Melihat Alexander Monoarfa
7
Keraguan Alexander
8
Ngga bisa menghindar
9
Takut ditolak
10
Jati diri Rihana
11
Ancaman mami
12
Ingatan Dewan Iskandardinata
13
Dilamar
14
Dosa yang menyiksa
15
De ja vu
16
Bertemu Kakek dan Nenek
17
Membuat Panik
18
Membagi sedikit beban
19
Mengantar Rihana
20
Rekaman CCTV
21
Membandingkan
22
Kecewa
23
Perasaan Bersalah yang amat sangat
24
Hati Alexander
25
Hari yang Berat
26
Berusaha Lagi
27
Terbuka dengan Jelas
28
Alexander yang keras kepala
29
Waktu yang dibutuhkan Aurora
30
Pulang
31
Membuktikan
32
Alexander dan Rihana?
33
Efek Tindakan Alexander
34
Dipindahkan?
35
Berusaha Bertahan
36
DNA yang sama
37
Semakin terbuka
38
Menuju Pengakuan
39
Pasangan yang Manis
40
Trust Me
41
Di kamar mama
42
Kumpul sepupu
43
Ditunggu Pacar
44
Meeting bersama si kembar
45
Terang terangan
46
Gagal
47
Cerita Oma Opa yang lain
48
Permintaan Seorang Ayah
49
Berani Membalas
50
Niat Dating
51
Rencana Dating yang mengganggu
52
Keinginan Aurora
53
Berhasil?
54
Khawatir
55
Kenyataan yang baru Dewan ketahui
56
Kenyataan yang sangat menyedihkan
57
Terguncang
58
Kenyataan yang satu persatu terbuka
59
Semakin jelas
60
Direstui
61
Celanya Bidadari
62
Isi hati Rihana
63
Rasa Bersalah dan Kecewa
64
Ortu Alexander yang sudah tau
65
Ke gap
66
Draft
67
Keberpihakkan
68
Emosi
69
Yang selama ini dirahasiakan
70
Dijodohkan
71
Perdebatan
72
Emosi
73
Amcaman Aurora
74
Jadi Lebay
75
Menyesakkan
76
Terpukul
77
Berbagi cerita sedih
78
Surat Dilara
79
Menemani Aurora
80
Flashback kepergian Aurora saat jam makan siang kemarin
81
Berita Duka
82
Penyelidikan Xavi
83
Kemarahan Papa Alexander
84
Analisa
85
Memghilangkan bukti
86
Membantu Aurora
87
Mulai tampak jelas
88
Rapat Keluarga
89
Perkataan jujur Alexander
90
Kepergian yang mengundang tanya
91
Rekaman CCTV
92
Kesedihan yang sama
93
Herdin dan Puspa
94
Move on
95
Mulai Nyaman
96
Keluarga Alexander
97
Berita yang Viral
98
Konferensi Pers
99
Alexander yang mengagumkan
100
Kegilaan Irena
101
Mesranya Alexander
102
Tiga Lusin Lingerie
103
Percaya
104
Viral lagi
105
Ngga Peduli
106
Hamil juga
107
Melepas Rindu
108
Gagal lagi?
109
Ngga Tenang
110
Galau
111
Gagal Move on.
112
Jadi Fitting
113
The last chance
114
Herdin dan Puspa
115
Perhatian Rihana
116
DOR
117
DOR part 2
118
Kesadaran yang terlambat
119
Patah hati?
120
Keputusan Daiva
121
Kalandra dan Adriana
122
Kalandra dan Adriana part 2
123
Nayara dan Ansel
124
Akhirnya Nikah
125
Pasangan lainnya
126
Polemik Cinta
127
Bulan madu, patah hati dan marah
128
Episode Kalandra
129
Masih Kalandra(dijodohkan)
130
Kalandra-Adriana (sesak)
131
Honeymoon
132
Gara gara lift (Kalandra-Adriana)
133
Undangan?
134
Kena prank
135
Cemburu
136
Sudah ketahuan? (Emra&Kiara)
137
Menyangkal (Emra dan Kiara)
138
Rencana tiga sepupu
139
Sudah Ketahuan
140
Kesalnya Adriana
141
Membantu Kalandra
142
Honeymoon
143
Fokus Emra
144
Kabar yang ditunggu
145
Emra-Kiara
146
Emra-Kiara dan keputusan Xavi
147
Zerina yang egois
148
Kebahagiaan keluarga Aurora
149
Menuntaskan Rindu
150
Berpisah?
151
Perasaan Nidya
152
Resah
153
Jodoh buat Kirania dan Nidya
154
Negoisasi
155
Terima?
156
Marahnya Mama Aiden
157
Tentang Xavi
158
Permintaan Zerina
159
Keputusan Xavi dan kisah manis Hazka-Kirania
160
Fathan ngga bisa jujur
161
Niat Fathan sudah bulat
162
Persiapan lamaran
163
Kumpul calon ipar
164
Cerita Emir
165
Terpesona
166
Masa lalu Daniel
167
Mengenang Nadine
168
Masih Flashback
169
Target Emir
170
Di bawa Emir terbang
171
Kencan Emir
172
Rahasia Player Daniel yang diketahui Emir
173
Cinta dan Rindu
174
Tanggung Jawab
175
Restu
176
Restu part 2
177
Rakyat jelata
178
Klarifikasi
179
Bukan teman
180
Memberikan pelajaran dan lamaran Xavi
181
Flashback dua hari yang lalu.
182
Paper Bag
183
Terbongkar
184
Pernyataan Cinta Emir
185
Sidang Emir
186
Tamat
187
Pengumuman
188
pengumuman cerita baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!