Nama yang Nyata

Perusahaan ini sangat megah dan tampak berkelas sangat tinggi. Begitu pula dengan penampilan pekerjanya.

Rihana agak minder ketika melangkah memasuki loby. Beberapa menatapmya prihatin, walau banyak juga yang cuek.

Peraturan yang meminta mereka untuk mengenakan kemeja putih dan celana panjang atau rok hitam selama tiga bulan masa percobaan kerja membuat mereka ditandai sebagai pegawai baru.

Mbak mbak cantik di resepsionis memintanya pergi ke ruangan yang menjadi tempat kerjanya nanti.

Kembali Rihana merasa insecure melihat kebeningan kulit mereka, seperti artis sinetron di tivi. Kulit mereka sangat bersih. Dan wajah mereka pun sangat cantik cantik dan tampan tampan selain penampilan mereka yang sudah pastinya sangat keren keren.

Jika saja Rihana tidak harus mengirimkan uang gajinya untuk kebutuhan panti nanti, pasti dia akan bisa berpenampilan sekeren mereka nantinya.

Rihana tersenyum dengan pikiran isengnya yang muncul tiba tiba. Ngga mungkinlah Rihana akan melakukannya. Ibu panti sudah melakukan banyak hal yang baik dalam hidupnya. Saatnya dia membalas kebaikan dan kasih sayang beliau.

Selain itu Ibu panti juga sudah tua untuk mencari uang dan mengurus keadaan panti. Untungnya mbak Emi dan mbak Rohani masih mau ikut mereka. Mereka berdua akan membantu ibu panti dalam memgurus anak anak dan panti itu sendiri.

Rihana bersyukur ngga datang terlambat. Seperti kebiasaannya selama di panti, dia selau mandi sebelum azan shalat subuh. Hanya beberapa saja yang antri sesudahnya.

Rihana tersenyum saat melihat beberapa orang yang sudah datang dan menempati kubikel nya masing masing. Ada dua orang yang mengenakan seragam yang sama sepertinya. Mereka tersenyum dan menganggukkan kepala.

Rihana pun membalasnya sebelum berjalan ke arah kubikelnya.

Rasanya sangat menyenangkan melihat laptop yang masih baru dan berkas berkas di atas meja yang ada papan namanya. Dia pun meletakkan figura yang memuat foto berukuran 3R ketika dirinya berada dalam pelukan mamanya. Saat mereka akan berangkat ke ibu kota dulu. Foto itulah yang selalu dibawanya. Mengingatkan dirinya yang masih memiliki seorang ibu. Walau hanya sebentar.

Rihana pun membuka laptopnya. Layarnya menampilkan ikon perusahaannya.

PT Mega Kencana Teknik Grup.

Rihana tersenyum, kemudian membuka map map yang ada di atas dan mulai mempelajarinya satu persatu.

Keenceran otaknya menjadikannya mudah dalam mengerjakan tugas tugas yang ada di mejanya.

Dia berada dalam divisi perancangan teknik. Seorang manejer menaunginya yang Rihana baru saja melihatnya datang dengan langkah cepat.

Tugas tugasnya pun selesai dia kerjakan bertepatan dengan waktu yang menunjukkan jam makan siang.

Dia pun segera menshutdown laptopnya.

"Hai, namaku Winta."

Suara sapaan itu spontan membuat Rihana menoleh dan membalas uluran tangannya.

"Rihana."

"Aku Puspa," sapa yang satu lagi ikut memperkenalkan diri.

"Rihana." Rasanya saat senang disapa oleh pegawai yang sama sama baru di saat dia sama sekali ngga mengenal siapa pun.

"Kamu sudah selesai?" tanya Winta.

"Sudah, baru aja."

"Kalo begitu, ayo kita ke kantin," ujar Puspa ngga sabar. Perutnya rasanya sangat keroncongan setelah berpikir cukup keras tadi.

"Ayo," ajak Rihana sambil mengambil tasnya.

"Waktu kecil kamu imut sekali," puji Winta ketika melihat pigura yang ada di mejanya.

"Itu kenanganku bersama mama," jawab Rihana ringan.

Alis keduanya berkerut.

"Kenangan? Maksud kamu...?" tebak Puspa sungkan. Sementara Winta menatapnya ngga enak.

"Mamaku sudah meninggal."

"Oh, maaf," ucap keduanya merasa bersalah karena sudah membuka luka lama teman baru mereka.

"Ngga apa. Ayo, kita ke kantin sekarang."

Winta dan Puspa mengembangkan senyum mereka sambil mengangguk. Bertiga mereka mulai berjalan keluar dari ruangan. Rasanya mereka sudah pernah akrab sebelumnya sehingga sekaramg mereka terlihat begitu luwes satu sama yang lainnya.

Ketika sampai di lobi pandangan mereka tertuju pada seorang gadis yang sangat cantik dan berkulit putuh bening yang baru saja melewati mereka dengan paper bag di tangan.

Gadis itu melangkah ke arah lift khusus untuk petinggi perusahaan.

"Cantiknya.... Siapa ya?" kagum Puspa ngga berkedip menatapnya. Dan dia cepat cepat tersenym dengan sangat manis ketika gadis itu tersenyum tipis padanya.

"Anaknya pak Bos pemilik perusahaan ini," jelas Winta yang juga melihat sampai pintu lift gadis itu tertutup.

"Pantasan, cantik dan berkelas banget. Segalanya branded," kata Puspa penuh puja puji.

Rihana tersenyum. Wajarkah. Teman teman SMA dan kuliahnya dulu juga begitu, karena memiliki keluarga yang sangat kaya raya.

"Kita kalo udah terima gaji tiga bulan, baru bisa beli tas branded dan hidup mewah," kekeh Winta.

"Betul. Sekarang sabar dulu. Pake aja yang ka-we," ledek Puspa juga ikut tertawa.

Rihana lagi lagi hanya mengulas senyum tipis. Dia ngga mungkin bisa seperti itu. Lagi pula apa manfaatnya tas branded dibanding biaya makan, sandang dan sekolah adik adiknya di panti.

Mereka pun bertemu beberapa orang yang juga berpakaian seperti mereka. Ada laki laki dan perempuan. Mereka melambaikan tangan mengajak ketiganya ikut bergabung.

"Boleh juga," respon Puspa setuju. Semakin banyak teman semakin baik menurutnya.

Rihana dan Winta mengikuti saja langkah Puspa.

"Hai... Di sini kursinya banyak," sambut salah seorang laki laki diantara mereka.

"Agus," sambungnya memperkenalkan diri. Begitu juga yang lain. Ada Ratna, Seli, Rukma, Milfa, Dino, Bagas, Yadi, dan Ardi.

"Me Puspa, ini Winta dan Rihana."

Ketiganya kemudian bergabung pada tiga kursi yang kebetulan masih kosong.

Rihana ngga banyak bicara. Tapi dia menperhatikan obrolan mereka. Ada yang di bagian keuangan, pajak, HSE, dan staf lapangan.

"Keren keren yang kerja di sini, ya," kagum Seli sambil memperhatikan para pekerja yang sedang menikmati makannannya.

"Nanti setelah kita diangkat jadi pegawai tetap, gaji kita naek dua kali lipat. Baru bisa gaya gaya kayak gitu," kekeh Rukma yang dibalas tawa berderai yang lain.

"Tiga bulan lagi. Ngga lama," tambah Puspa.

"Sekarang kerja yang bener dulu. Jangan malah dipecat sebelum selesai masa kontrak," kekeh Yadi yang kembali dibalas gelak tawa.

"Malah apes jadi pengangguran," tambah Agus dalam tawanya

Ya, benar. Dia harus bekerja sungguh sungguh. Ngga boleh ada kesalahan, apalagi sampai dipecat, batin Rihana. Besar harapannya agar diangkat jadi pegawai tetap. Bisa memberikan kehidupan yang lebih layak buat ibu panti dan adik adiknya seperti dulu, sebelum usaha konveksi mereka mendapat musibah kebakaran.

"Pak Dewan katanya baru pulang dari Paris. Orang kaya enaknya bisa jalan jalan luar negeri terus," cetus Ratna setelah tawa mereka usai.

"Jalan jalan sambil memperluas ekspansi," sahut Bagas membenarkan.

"Iya. Senang, ya. Jalan jalan tapi malah dapat cuan," timpal Winta.

"Ngga kayak kita. Jalan jalan malah buang cuan," senyum Milfa.

"Trus ngutang," gelak Seli disambut tawa yang lain.

"Tadi kayaknya putrinya. Cantik banget," timbrung Puspa setelah tawa mereka mereda.

"Yang bawa paper bag, ya. Tadi kita juga ketemu di lobi waktu mau ke sini," sambung Rukma antusias.

"Anak yang baik. Kayaknya ngantar makan buat papanya," lanjut Seli juga antusias.

"Istrinya pak Dewan juga cantik banget loh," kata Ratna melanjutkan.

"Keluarga yang sangat bahagia," sambung Winta ngga mau kalah.

Para laki laki hanya tersenyum saja kali ini ngga berkomentar apa apa mendengar gibahan para perempuan.

Mendengar nama Dewan yang disebutkan berkali kali memunculkan perasaan yang lain di hati Rihana. Tapi dia bingung, kenapa. Dia merasa pernah mendengar nama itu. Tapi ngga ingat, kapan dan dimana.

"Katanya itu putri satu satunya, kan. Pasti jadi princes banget. Cantik, kaya raya, juga terkenal baik," kata Winta penuh kagum

"Iya. Ayo yang jomblo, naksir nggak?" pancing Selli pada teman teman laki lakinya.

Mereka tersenyum agak meringis. Ya, ngga mungkinlah, pegawai kontrak bersaing untuk mendapatkan princes.

"Udah jiper ya, mas," goda Ratna ngikik diikuti Puspa dan Ratna. Yang lainnya tersenyum lebar

"Jodoh ngga ada yang tau," sahut Agus santai.

"Betul, bro," lanjut Dino juga santai

"Iya ya," balas Seli kemudian tertawa lagi. Kali ini para lelaki itu pun mulai tersenyum lebar.

'Aurora Gauri Iskandardinata. Namanya aja udah keren abis," komentar Winta ngga henti hentinya terkagum kagum.

DEG DEG

Otak encer Rihana mulai bereaksi.

"Nama pemilik perusahaan ini siapa, sih?" tanyanya ragu dan mendadak berbagai rasa luar biasa berkecamuk dalam hatinya. Jantungnya seperti ngga lelah berpacu sangat kencang, ngga tenang menunggu jawaban.

'Kamu ngga baca profil perusahaan kita?" Winta balik bertanya heran apalagi melihat Rihana menggelengkan kepala.

'Aku udah telanjur senang aja keterima di sini. Ngga lihat apa pun lagi," katanya jujur dengan gemuruh dada yang semakin sukar diredam.

"Ooohhh.....," kekeh yang lainnya maklum. Siapa yang ngga merasa euforia saat diterima bekerja di perusahaan yang sudah melang lang buana sampai ke luar negeri.

Cepatlah, aku butuh informasi ini, batinnya ngga sabar.

"Dewan Iskandardinata," akhirnya Bagas yang menjawab.

DEG DEG DEG DEG

Hampir saja Rihana menjatuhkan sendoknya. Tanpa teman temannya sadari tangannya bergetar, punggungnya mulai dibasahi keringat dingin.

Jadi nama itu benar nyata? batinnya mendadak pedih. Baru dia sadar kenapa saat itu mamanya menangis kala melihat laki laki yang menggendong anak perempuan yang lebih kecil darinya dulu. Sampai jatuh sakit. Dan akhirnya meninggal dunia.

Terpopuler

Comments

Nadira ST

Nadira ST

ak baca 2 kali cerita ini dulu,ceritanya menarik,menguras emosi, sekarang pake akun baru karna akun ku eror gak bisa dipake lag ngulang lagi deh levelnya.

2025-01-17

1

martina melati

martina melati

namany sama... jangan2 ayahny rihana y

2025-01-25

1

Anonymous

Anonymous

bgsss

2025-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 BLURB
2 Nama yang Nyata
3 Sakit di hati
4 Puzzle yang hilang
5 Bertemu lagi dengan 'papa'
6 Melihat Alexander Monoarfa
7 Keraguan Alexander
8 Ngga bisa menghindar
9 Takut ditolak
10 Jati diri Rihana
11 Ancaman mami
12 Ingatan Dewan Iskandardinata
13 Dilamar
14 Dosa yang menyiksa
15 De ja vu
16 Bertemu Kakek dan Nenek
17 Membuat Panik
18 Membagi sedikit beban
19 Mengantar Rihana
20 Rekaman CCTV
21 Membandingkan
22 Kecewa
23 Perasaan Bersalah yang amat sangat
24 Hati Alexander
25 Hari yang Berat
26 Berusaha Lagi
27 Terbuka dengan Jelas
28 Alexander yang keras kepala
29 Waktu yang dibutuhkan Aurora
30 Pulang
31 Membuktikan
32 Alexander dan Rihana?
33 Efek Tindakan Alexander
34 Dipindahkan?
35 Berusaha Bertahan
36 DNA yang sama
37 Semakin terbuka
38 Menuju Pengakuan
39 Pasangan yang Manis
40 Trust Me
41 Di kamar mama
42 Kumpul sepupu
43 Ditunggu Pacar
44 Meeting bersama si kembar
45 Terang terangan
46 Gagal
47 Cerita Oma Opa yang lain
48 Permintaan Seorang Ayah
49 Berani Membalas
50 Niat Dating
51 Rencana Dating yang mengganggu
52 Keinginan Aurora
53 Berhasil?
54 Khawatir
55 Kenyataan yang baru Dewan ketahui
56 Kenyataan yang sangat menyedihkan
57 Terguncang
58 Kenyataan yang satu persatu terbuka
59 Semakin jelas
60 Direstui
61 Celanya Bidadari
62 Isi hati Rihana
63 Rasa Bersalah dan Kecewa
64 Ortu Alexander yang sudah tau
65 Ke gap
66 Draft
67 Keberpihakkan
68 Emosi
69 Yang selama ini dirahasiakan
70 Dijodohkan
71 Perdebatan
72 Emosi
73 Amcaman Aurora
74 Jadi Lebay
75 Menyesakkan
76 Terpukul
77 Berbagi cerita sedih
78 Surat Dilara
79 Menemani Aurora
80 Flashback kepergian Aurora saat jam makan siang kemarin
81 Berita Duka
82 Penyelidikan Xavi
83 Kemarahan Papa Alexander
84 Analisa
85 Memghilangkan bukti
86 Membantu Aurora
87 Mulai tampak jelas
88 Rapat Keluarga
89 Perkataan jujur Alexander
90 Kepergian yang mengundang tanya
91 Rekaman CCTV
92 Kesedihan yang sama
93 Herdin dan Puspa
94 Move on
95 Mulai Nyaman
96 Keluarga Alexander
97 Berita yang Viral
98 Konferensi Pers
99 Alexander yang mengagumkan
100 Kegilaan Irena
101 Mesranya Alexander
102 Tiga Lusin Lingerie
103 Percaya
104 Viral lagi
105 Ngga Peduli
106 Hamil juga
107 Melepas Rindu
108 Gagal lagi?
109 Ngga Tenang
110 Galau
111 Gagal Move on.
112 Jadi Fitting
113 The last chance
114 Herdin dan Puspa
115 Perhatian Rihana
116 DOR
117 DOR part 2
118 Kesadaran yang terlambat
119 Patah hati?
120 Keputusan Daiva
121 Kalandra dan Adriana
122 Kalandra dan Adriana part 2
123 Nayara dan Ansel
124 Akhirnya Nikah
125 Pasangan lainnya
126 Polemik Cinta
127 Bulan madu, patah hati dan marah
128 Episode Kalandra
129 Masih Kalandra(dijodohkan)
130 Kalandra-Adriana (sesak)
131 Honeymoon
132 Gara gara lift (Kalandra-Adriana)
133 Undangan?
134 Kena prank
135 Cemburu
136 Sudah ketahuan? (Emra&Kiara)
137 Menyangkal (Emra dan Kiara)
138 Rencana tiga sepupu
139 Sudah Ketahuan
140 Kesalnya Adriana
141 Membantu Kalandra
142 Honeymoon
143 Fokus Emra
144 Kabar yang ditunggu
145 Emra-Kiara
146 Emra-Kiara dan keputusan Xavi
147 Zerina yang egois
148 Kebahagiaan keluarga Aurora
149 Menuntaskan Rindu
150 Berpisah?
151 Perasaan Nidya
152 Resah
153 Jodoh buat Kirania dan Nidya
154 Negoisasi
155 Terima?
156 Marahnya Mama Aiden
157 Tentang Xavi
158 Permintaan Zerina
159 Keputusan Xavi dan kisah manis Hazka-Kirania
160 Fathan ngga bisa jujur
161 Niat Fathan sudah bulat
162 Persiapan lamaran
163 Kumpul calon ipar
164 Cerita Emir
165 Terpesona
166 Masa lalu Daniel
167 Mengenang Nadine
168 Masih Flashback
169 Target Emir
170 Di bawa Emir terbang
171 Kencan Emir
172 Rahasia Player Daniel yang diketahui Emir
173 Cinta dan Rindu
174 Tanggung Jawab
175 Restu
176 Restu part 2
177 Rakyat jelata
178 Klarifikasi
179 Bukan teman
180 Memberikan pelajaran dan lamaran Xavi
181 Flashback dua hari yang lalu.
182 Paper Bag
183 Terbongkar
184 Pernyataan Cinta Emir
185 Sidang Emir
186 Tamat
187 Pengumuman
188 pengumuman cerita baru
Episodes

Updated 188 Episodes

1
BLURB
2
Nama yang Nyata
3
Sakit di hati
4
Puzzle yang hilang
5
Bertemu lagi dengan 'papa'
6
Melihat Alexander Monoarfa
7
Keraguan Alexander
8
Ngga bisa menghindar
9
Takut ditolak
10
Jati diri Rihana
11
Ancaman mami
12
Ingatan Dewan Iskandardinata
13
Dilamar
14
Dosa yang menyiksa
15
De ja vu
16
Bertemu Kakek dan Nenek
17
Membuat Panik
18
Membagi sedikit beban
19
Mengantar Rihana
20
Rekaman CCTV
21
Membandingkan
22
Kecewa
23
Perasaan Bersalah yang amat sangat
24
Hati Alexander
25
Hari yang Berat
26
Berusaha Lagi
27
Terbuka dengan Jelas
28
Alexander yang keras kepala
29
Waktu yang dibutuhkan Aurora
30
Pulang
31
Membuktikan
32
Alexander dan Rihana?
33
Efek Tindakan Alexander
34
Dipindahkan?
35
Berusaha Bertahan
36
DNA yang sama
37
Semakin terbuka
38
Menuju Pengakuan
39
Pasangan yang Manis
40
Trust Me
41
Di kamar mama
42
Kumpul sepupu
43
Ditunggu Pacar
44
Meeting bersama si kembar
45
Terang terangan
46
Gagal
47
Cerita Oma Opa yang lain
48
Permintaan Seorang Ayah
49
Berani Membalas
50
Niat Dating
51
Rencana Dating yang mengganggu
52
Keinginan Aurora
53
Berhasil?
54
Khawatir
55
Kenyataan yang baru Dewan ketahui
56
Kenyataan yang sangat menyedihkan
57
Terguncang
58
Kenyataan yang satu persatu terbuka
59
Semakin jelas
60
Direstui
61
Celanya Bidadari
62
Isi hati Rihana
63
Rasa Bersalah dan Kecewa
64
Ortu Alexander yang sudah tau
65
Ke gap
66
Draft
67
Keberpihakkan
68
Emosi
69
Yang selama ini dirahasiakan
70
Dijodohkan
71
Perdebatan
72
Emosi
73
Amcaman Aurora
74
Jadi Lebay
75
Menyesakkan
76
Terpukul
77
Berbagi cerita sedih
78
Surat Dilara
79
Menemani Aurora
80
Flashback kepergian Aurora saat jam makan siang kemarin
81
Berita Duka
82
Penyelidikan Xavi
83
Kemarahan Papa Alexander
84
Analisa
85
Memghilangkan bukti
86
Membantu Aurora
87
Mulai tampak jelas
88
Rapat Keluarga
89
Perkataan jujur Alexander
90
Kepergian yang mengundang tanya
91
Rekaman CCTV
92
Kesedihan yang sama
93
Herdin dan Puspa
94
Move on
95
Mulai Nyaman
96
Keluarga Alexander
97
Berita yang Viral
98
Konferensi Pers
99
Alexander yang mengagumkan
100
Kegilaan Irena
101
Mesranya Alexander
102
Tiga Lusin Lingerie
103
Percaya
104
Viral lagi
105
Ngga Peduli
106
Hamil juga
107
Melepas Rindu
108
Gagal lagi?
109
Ngga Tenang
110
Galau
111
Gagal Move on.
112
Jadi Fitting
113
The last chance
114
Herdin dan Puspa
115
Perhatian Rihana
116
DOR
117
DOR part 2
118
Kesadaran yang terlambat
119
Patah hati?
120
Keputusan Daiva
121
Kalandra dan Adriana
122
Kalandra dan Adriana part 2
123
Nayara dan Ansel
124
Akhirnya Nikah
125
Pasangan lainnya
126
Polemik Cinta
127
Bulan madu, patah hati dan marah
128
Episode Kalandra
129
Masih Kalandra(dijodohkan)
130
Kalandra-Adriana (sesak)
131
Honeymoon
132
Gara gara lift (Kalandra-Adriana)
133
Undangan?
134
Kena prank
135
Cemburu
136
Sudah ketahuan? (Emra&Kiara)
137
Menyangkal (Emra dan Kiara)
138
Rencana tiga sepupu
139
Sudah Ketahuan
140
Kesalnya Adriana
141
Membantu Kalandra
142
Honeymoon
143
Fokus Emra
144
Kabar yang ditunggu
145
Emra-Kiara
146
Emra-Kiara dan keputusan Xavi
147
Zerina yang egois
148
Kebahagiaan keluarga Aurora
149
Menuntaskan Rindu
150
Berpisah?
151
Perasaan Nidya
152
Resah
153
Jodoh buat Kirania dan Nidya
154
Negoisasi
155
Terima?
156
Marahnya Mama Aiden
157
Tentang Xavi
158
Permintaan Zerina
159
Keputusan Xavi dan kisah manis Hazka-Kirania
160
Fathan ngga bisa jujur
161
Niat Fathan sudah bulat
162
Persiapan lamaran
163
Kumpul calon ipar
164
Cerita Emir
165
Terpesona
166
Masa lalu Daniel
167
Mengenang Nadine
168
Masih Flashback
169
Target Emir
170
Di bawa Emir terbang
171
Kencan Emir
172
Rahasia Player Daniel yang diketahui Emir
173
Cinta dan Rindu
174
Tanggung Jawab
175
Restu
176
Restu part 2
177
Rakyat jelata
178
Klarifikasi
179
Bukan teman
180
Memberikan pelajaran dan lamaran Xavi
181
Flashback dua hari yang lalu.
182
Paper Bag
183
Terbongkar
184
Pernyataan Cinta Emir
185
Sidang Emir
186
Tamat
187
Pengumuman
188
pengumuman cerita baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!