18

"Kenapa begitu?"

Mama Fara bertanya pada putri nya itu terkait alasan nya, "Mah, apa butuh alasan kenapa aku tidak ingin menerima ini? Aku saat ini baru saja kehilangan suamiku. Kuburan nya saja masih basah saat ini. Tanah nya masih merah. Bahkan masa iddah-ku pun belum selesai. Mami Rana punya anak yang masih bujang. Jadi untuk apa alasan semua ini mah. Aku tidak ingin ada niat lain di balik semua ini. Aku menyayangi suamiku. Aku belum berpikir untuk mencari pengganti nya walaupun menurutku sulit juga untuk menemukan pengganti nya. Jadi jika lain kali mamo Rana menitipkan sesuatu lagi mohon di tolak saja mah. Aku mohon." ucap Nayya.

Mama Fara yang mendengar penuturan putri nya itu pun terdiam lalu mengangguk, "Baiklah mama akan lakukan itu. Tapi setidak nya habiskan makanan itu dulu nak." ucap Mama Fara.

Nayya pun mengangguk, "Aku akan menghabiskan nya tentu saja mah. Tapi lain kali jangan terima lagi." ujar Nayya lalu segera melanjutkan makan nya itu.

Mama Fara menatap putri nya itu lekat, "Apa yang mama pikirkan?" tanya Nayya pada mama nya itu yang masih saja menunggui nya makan.

Mama Fara menggeleng, "Gak ada apa-apa nak. Mama hanya iseng saja memandangimu." ucap Mama Fara tidak ingin putri nya itu tahu apa yang dia pikirkan.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan mah. Kau ingin menjodohkan aku dengan Afnan sama seperti dengan keinginan mas Risam sebelum dia pergi. Tapi tidak kah kau sadar bahwa putriku ini bukan lah orang sama lagi. Aku walaupun mungkin tidak pernah mendengar secara langsung ada seseorang yang menyebutku janda tapi status itu tetap saja terikat padaku. Aku menerima itu. Memang menjadi janda bukan suatu keburukan tapi aku tahu diriku yang pasti nya tidak akan berani berharap." Batin Nayya.

"Sini biar mama bawa sekalian itu ke dapur bekas makan mu itu." ucap mama Fara.

Nayya pun mengangguk dan segera memberikan apa yang di minta oleh mama nya itu.

Sepeninggal mama nya, Nayya pun menghentikan coretan nya itu untuk akhir cerita novel nya. Dia menatap foto sang suami yang terbingkai cantik di sana. Foto bersama nya saat mereka sedang berada di sebuah pantai, "Mas, lihat lah bahkan mama pun seperti nya mulai ingin menjodohkan aku. Tidak kah kau sadar bahwa aku saat ini sedang sedih karena memikirkanmu suamiku. Mas kenapa aku harus seperti ini. Aku tidak ingin mengeluh dan ingin melanjutkan hidupku bersama anak-anak tapi bahkan kau pun membuatku berjanji. Aku sampai saat ini masih pusing untuk menepati janji itu atau tidak. Kau tega mas padaku. Setiap aku ingin melangkah maju selalu saja ada halangan nya ini itu. Aku ingin hidup bersama anak-anak saja. Tapi kau justru datang dalam mimpiku dengan ekspresi sendumu. Segitu ingin kah kau melihatku menikah?" tanya Nayya bicara pada bingkai foto suami nya itu.

"Jawab aku mas? Huh, kau tidak bisa menjawab nya bukan? Maka jangan salahkan aku yang tidak akan menepati janjiku padamu." ujar Nayya mengelus foto suami nya itu.

Setelah itu Nayya kembali berfokus pada kerangka cerita nya yang sudah menuju ending cerita itu.

***

Di sisi lain, kini Afnan sedang makan bersama mami dan papi nya itu.

"Mih, siapa yang buat makanan ini?" Tanya Afnan menunjuk salah satu makanan yang ada di meja makan itu.

"Mami yang membuat nya nak. Ada apa?" tanya mami Rana.

Afnan menggeleng, "Gak ada apa-apa mih." jawab Afnan.

"Apa itu makanan kesukaan nya Nayya? Sehingga kau bertanya begitu?" tanya mami Rana menatap putra nya itu.

Afnan pun menatap mami nya itu begitu apa yang dia pikirkan sudah mami nya sebutkan, "Hum, itu adalah makanan kesukaan nya." ucap Afnan.

"Mamimu sudah mengirimkan untuk nya nak." ujar papi Riyad.

Afnan yang mendengar ucapan papi nya itu pun segera menatap sang mami seolah bertanya apa benar apa yang di ucapkan oleh papi nya itu.

Mami Rana pun mengangguk, "Hum, mami sudah mengirimkan nya tadi. Ahh bukan mami titip sendiri pada mama nya." ujar mami Fara.

"Mama nya? Mama Fara maksud mami?" tanya Afnan.

Mami Rana pun mengangguk, "Hum, kenapa? Apa tidak boleh? Mami sedang melakukan pendekatan untukmu." ucap mami Rana.

"Tapi bukan seperti itu juga cerita nya mih. Biarkan saja aku yang melakukan pendekatan sendiri. Aku ingin melakukan nya sendiri. Mami pikirkan saja bagaimana cara membatalkan perjodohanku dengan Ayu." ucap Afnan.

"Dia gadis baik mih. Aku tidak ingin menyakiti nya karena perasaanku ini yang tidak akan bisa menyukai nya. Selain itu juga sebenar nya kami memang tidak saling memiliki perasaan satu sama lain mih. Dia punya kekasih tapi kami terikat karena perjodohan yang mami sepakati dengan kedua orang tua nya. Jadi aku mohon mih, batalkan saja perjodohan itu sebelum menimbulkan masalah nanti." sambung Afnan.

"Apa kau memang tidak memiliki sedikit pun perasaan pada nya nak? Sedikit saja tidak?" tanya mami Rana penasaran.

Afnan mengangguk, "Mami tahu jawaban nya bukan bahkan sebelum aku menjawab nya. Aku memang tidak punya perasaan apapun pada nya. Dia gadis baik. Aku tidak ingin menyakiti hati nya." ucap Afnan.

Mami Rana pun menarik nafas panjang lalu dia mengangguk, "Baiklah. Mami akan melakukan itu. Semoga saja kau tidak akan menyesal." ucap mami Rana tersenyum.

"Tidak akan pernah menyesal mih." balas Afnan penuh keyakinan.

"Percaya diri sekali kau. Segitu cinta mati kah kau pada Nayya nak." ucap mami Rana tertawa.

Afnan pun ikut tertawa mendengar ucapan mami nya itu. Dia tidak mengingkari ucapan mami nya itu karena memang itu lah kebenaran nya. Dia mencintai Nayya sedalam itu. Pada akhirnya makan siang itu pun berjalan bahagia penuh canda tawa.

Keceriaan yang sudah lama hilang di wajah Azzam itu kembali terbit begitu mendengar kedua orang tua nya menyukai apa yang dia pilih. Nayyara Apriliani Al Ayaan adalah satu-satu nya wanita yang dia cintai. Tidak masalah jika dia jadi yang kedua yang terpenting menerima nya. Semoga saja.

***

Kembali di sisi Nayya, kini dia sedang menemani ketiga buah hati nya itu sedang bermain di ruang keluarga di kediaman orang tua nya.

“Bunda … apa yang bunda pikirkan? Kenapa bengong begitu?” tanya Xander mendekati Nayya karena dia sudah beberapa kali memanggil bunda nya tapi Nayya tak menyahut sama sekali. Larut dalam pikiran nya sendiri.

Nayya yang mendengar suara putra nya itu pun segera tersadar dari pikiran nya lalu dia menatap putra nya itu dengan senyum di bibir, “Bunda gak mikirin apa-apa kok nak. Bunda baik-baik saja.” Jawab Nayya.

“Yakin?” tanya Xander lagi memastikan.

Nayya pun mengangguk dan tersenyum, “Yakin nak. Kenapa kau bertanya begitu? Apa kau tidak percaya pada bunda?” tanya Nayya balik.

“Percaya bun. Hanya saja sedikit ragu. Entah apa yang bunda pikirkan itu hingga bunda bengong seperti itu. Aku ingin tahu.” Ucap Xander.

“Gak boleh kepo. Sudah sana main.” Ucap Nayya.

“Bunda selalu gitu deh. Padahal itu bukan kepo nama nya.” Ucap Xander.

“Lalu apa jika bukan kepo nak?” tanya Nayya balik.

“Hanya ingin tahu saja bunda. Penasaran.” Jawab Xander tersenyum.

Nayya pun terkekeh mendengar ucapan putra nya itu, “Bukan kah itu sama saja?” ucap Nayya. Xander pun tertawa dan mengangguk. Nayya yang melihat itu pun tersenyum.

“Kalian ada penyemangat hidup bunda nak. Kalian harus sehat dan baik-baik saja. Bunda akan hidup untuk kalian.” Ujar Nayya membatin sambil menatap putra dan putri nya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!