14

Keesokkan hari nya, seperti permintaan Nayya sebelum nya. Dia pun selepas sarapan pagi bersama ketiga anak nya pergi ke kediaman nya bersama sang suami. Papa Imran dan mama Fara pun ikut tentu saja.

“Assalamu’alaikum!” salam Nayya bersama ketiga buah hati nya itu begitu masuk ke kediaman mereka yang sudah sebulan lebih tidak mereka tempati tapi tetap ada yang membersihkan.

Xavier segera berlari menuju tempat bermain di sana dan dia pun segera memainkan permainan di sana di ikuti oleh Xander dan Qalessa.

“Pah, kunci kamarku di mana?” tanya Nayya kepada papa nya itu.

Papa Imran pun segera memberikan kunci kamar utama pun kepada putri nya itu. Nayya setelah mendapatkan kunci kamar nya dia pun segera menuju kamar nya itu dan membuka kamar utama itu.

Begitu masuk bau parfum suami nya langsung menyeruak ke dalam indra penciuman nya sehingga menyisakan ruang rindu di hati nya, “Mas, aku rindu. Kau seolah ada di sini.” Ujar Nayya tersenyum.

Nayya segera menuju ranjang mereka itu dan berbaring di sana. Dia bisa mencium bau tubuh suami nya itu, “Mas, bagaimana mungkin aku bisa menepati janjiku padamu jika seluruh hatiku ini sudah di penuhi oleh bayangmu. Maafkan aku mas jika aku tidak bisa menepati janji itu. Aku bisa hidup dengan anak-anak saja. Aku pastikan mereka tidak akan kekurangan apapun. Tapi untuk janji itu aku sulit untuk menepati nya. Bagaimana mungkin aku menikah lagi di saat aku ingin berjodoh denganmu di akhirat kelak.” Batin Nayya.

Flash back on

Sehari sebelum kematian Risam atau beberapa jam setelah pertemuan Risam dan Afnan. Waktu nya selepas Isya. Nayya sedang menyuapi suami nya itu dan tiba-tiba Risam menolak suapan dari nya.

“Mas, kau harus makan agar bisa sembuh!” ucap Nayya seolah perkataan nya itu tercekat dalam tenggorokan karena melihat kenyataan yang ada. Tanda yang dia lihat tidak bisa dia pungkiri tapi tentu saja harapan agar sang suami bisa sembuh adalah harapan paling besar yang dia inginkan. Dia sudah pernah melawan penyakit bersama suami nya itu dan kini pun dia ingin melawan nya sekali lagi jika memang masih ada kesempatan. Semoga saja kesempatan itu masih ada.

“Mas, sudah kenyang sayang.” ucap Risam lembut dan tersenyum.

Nayya yang melihat dan mendengar ucapan suami nya itu justru meneteskan air mata nya, “Sayang … kenapa menangis? Jangan sedih dong. Mas tidak suka melihatmu menangis begitu. Kau adalah hidup mas.” Ucap Risam.

“Jika memang begitu maka berjuanglah sekali lagi mas. Kita pasti bisa.” Ucap Nayya menatap suami nya itu.

Lagi-lagi hanya senyum yang bisa Nayya lihat dari suami nya itu, “Mas … aku serius!” ucap Nayya.

“Sayang … mas sudah tahu waktu mas. Mas sudah tidak punya waktu yang banyak untuk terus bersamamu. Ini sudah waktu nya untuk kita saling mengucap perpisahan. Kontrak hidup mas sudah mencapai batas limit.” Ucap Risam.

“Maasss!” ucap Nayya menangis.

Risam pun mengusap air mata istri nya itu lalu menggeleng, “Jangan menangis sayang. Kau harus tersenyum. Tidak boleh bersedih. Mas akan ikut sedih dan tidak tenang jika kau menagis dan sedih jika mas pergi nanti.” Ujar Risam.

“Biarkan saja. Itu tanda nya aku tidak rela mas pergi.” ucap Nayya.

“Tidak. Jangan begitu sayang. Kamu harus mengikhlaskan mas pergi. Mas ingin pergi dengan tenang dan di antar dengan penuh senyum oleh semua orang, terutama dirimu sayang.” ucap Risam mengusap seluruh wajah istri nya itu seolah mengingat untuk nya.

Nayya menggeleng menolak ucapan suami nya itu. Nayya meletakkan kepala nya di dada sang suami dan merasakan detak jantung suami nya yang berdetak dengan lambat hingga membuat nya menangis.

Nayya mengangkat wajah nya dan menatap suami nya itu lekat, “Sayang, mas ingin meminta sesuatu padamu sebelum mas pergi.” ucap Risam

Nayya menggeleng, “Aku tidak ingin menjanjikan sesuatu apapun mas. Aku menolak memberi.” Ucap Nayya.

“Tetap saja kamu harus mendengar nya sayang dan kamu harus berjanji untuk menepati nya. Ini adalah permintaan terakhir mas sebagai suami.” Ucap Risam.

“Mas, aku mohon jangan mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan kematian. Jujur saja aku tidak akan pernah rela sama sekali. Tidak akan. Aku tidak suka mendengar nya.” Ucap Nayya.

“Sayang … ini adalah kehidupan. Kita harus menerima takdir yang sudah di tetapkan agar semua nya tetap berjalan sebagaimana mesti nya. Tidak boleh melawan nya. Jadi mas mohon dengarkan permintaan mas itu.” ucap Risam.

Nayya tidak menjawab dan hanya diam saja. Dia lebih memilih meletakkan kepala nya di dada suami nya itu, “Sayang, menikah lah dengan Afnan!” ucap Risam.

Deg

Nayya yang mendengar itu semakin menangis. Permintaan macam itu. Bagaimana mungkin di saat terbaring sakit begitu justru meminta hal yang kurang masuk akal. Yang sulit di terima oleh hati nya.

Nayya mengangkat kepala nya lalu menggeleng, “Minta yang lain mas. Jangan itu. Aku mohon. Aku tidak bisa melakukan nya.” Ucap Nayya meneteskan air mata nya yang di usap oleh Risam.

“Sayang, mas ridho jika kau menikah dengan Afnan. Dia adalah cinta pertamamu. Dia juga pria baik yang pasti akan menerimamu dan juga menerima ketiga anak kita dengan baik.” ucap Risam tersenyum mengatakan nya. Walaupun sejujur nya hati nya merasa sedih tapi demi kebahagiaan istri nya dia rela melakukan semua nya. Dia tidak ingin menyiksa istri nya itu yang pasti nya masih sangat muda untuk di kekang agar tidak menikah lagi. Selain itu juga dia tidak ingin istri nya itu kesepian.

Nayya menggeleng, “Tapi aku tidak ridho mas. Bagaimana mungkin aku menikah lagi. Aku ingin berjodoh denganmu lagi.” Ucap Nayya.

Risam yang mendengar itu pun tersenyum, “Jangan khawatirkan itu sayang. Jika memang amalan baik mas banyak maka mas janji akan menemuimu lagi nanti dan kita akan jadi pasangan nanti yang kekal. Tapi mas tidak akan ridho jika kau kesepian dan memilih merawat anak-anak kita sendiri.” Ucap Risam.

“Mas, aku tidak bisa. Aku menolak permintaan ini. Aku mohon ganti saja.” ucap Nayya.

“Berjanji lah sayang!” ucap Risam mengambil tangan istri nya itu dan dia letakkan di kepala nya.

“Mas!” ucap Nayya menangis.

“Mas mencintaimu sayang! Mas akan selalu menantikan kedatanganmu. Mas pastikan bahwa mas akan jadi orang pertama yang menyambutmu nanti.” Ucap Risam akhir nya satu bulir air mata yang dia coba tahan menetes juga di pipi nya itu.

“Aku juga mencintaimu mas.” Balas Nayya lalu dia mengecup bibir sang suami lembut. Risam pun membalas ciuman istri nya itu. Kedua nya larut dalam ciuman itu.

Risam mengakhiri ciuman terakhir mereka itu dengan kecupan di kening. Nayya kembali meletakkan kepala nya itu di dada suami nya dengan menangis. Risam juga mengusap kepala istri nya itu dengan menahan tangis nya. Kedua nya memiliki cinta yang sama besar satu sama lain sehingga perpisahan itu terasa menyesakkan dada.

Flash back off

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!