13

Kini Nayya mengernyapkan mata nya dan melihat sekeliling kamar nya itu dan dia pun tersenyum mendapati ketiga anak nyayang menatap nya penuh haru, “Bunda, akhirnya kau bangun juga.” Ucap Qalessa.

Nayya pun tersenyum lalu dia mencoba bangun dan bersandar di sisi ranjang. Kedua putra nya langsung membantu nya untuk bangun, “Terima kasih boy.” Ucap Nayya tersenyum kepada kedua putra nya itu.

“Aunty sama uncle di mana? Apa mereka sudah pulang?” tanya Nayya kepada ketiga buah hati nya itu.

“Aunty sama uncle masih ada kok bun di luar. Apa kami minta ke sini?” tanya Qalessa.

Nayya menggeleng, “Gak usah. Biarkan saja. Ohiya, apa kalian sudah makan?” tanya Nayya mengkhawatirkan ketiga buah hati nya itu.

Triplets pun mengangguk, “Kami sudah makan bunda. Bunda yang belum makan. Bunda mau makan apa? Biar kami bilang sama nenek.” Ucap Xavier.

“Bunda belum ingin makan sayang.” ucap Nayya lalu melepas infus yang di pasang di tangan nya itu karena memang sudah habis juga.

“Apa kalian sudah istirahat?” tanya Nayya kemudian menatap ketiga buah hati nya itu.

Triplets menggeleng, “Kenapa?” tanya Nayya.

“Kami ingin melihat bunda bangun.” Jawab Qalessa.

“Kami tahu bunda nanti seperti a--” ucapan Xavier terhenti karena sadar bahwa salah bicara setelah mendapat pelototan dari Xander.

Nayya yang melihat itu pun tersenyum meringis. Seperti nya bukan hanya dia saja yang trauma tapi ketiga buah hati nya itu juga sama. Mereka takut kehilangan orang tua mereka lagi, “Maafkan bunda nak sudah membuat kalian khawatir. Tenang saja bunda akan sehat seperti sedia kala dan bunda janji tidak akan pernah meninggalkan kalian.” ucap Nayya lalu merentangkan tangan nya meminta ketiga anak nya itu memeluk nya. Triplets pun segera berhambur ke dalam pelukan nya.

“Nak … jangan menyembunyikan kesedihan kalian seperti itu. Tidak masalah kalian jika harus menangis. Kalian pantas menangis.” Ucap Nayya memeluk erat ketiga buah hati nya itu.

“Tidak. Kami tidak akan menangis bunda. Ayah sudah mengatakan itu kepada kami jangan sampai membuat bunda sedih.” Ucap Qalessa.

“Tapi kini bunda justru sedih saat melihat kalian menahan tangis kalian hanya demi bunda nak.” ucap Nayya.

“Besok, kita kunjungi ayah bersama. Kita berdoa di sana ya. Besok tidak sekolah kan?” tanya Nayya.

Triplets pun mengangguk, “Ya sudah sekaran istirahat lah. Tidur lah. Bunda akan memeluk kalian.” ucap Nayya penuh kasih.

Ketiga buah hati nya itu pun menurut dan segera berbaring di kedua sisi Nayya, “Kalian mau di bacakan dongeng?” tanya Nayya pada ketiga buah hati nya itu.

Triplets pun kembali mengangguk, “Ya sudah. Abang bisa ambilkan ponsel bunda.” Pinta Nayya pada anak kedua nya itu.

Xander pun segera memberikan ponsel bunda nya dan Nayya segera membuka aplikasi dongeng di sana dan mulai membacakan dongeng untuk ketiga buah hati nya itu sampai mereka terlelap.

Setelah memastikan ketiga buah hati nya itu terlelap baru lah Nayya turun dari ranjang nya dan segera menyelimuti ketiga buah hati nya dan tidak lupa juga memberikan kecupan di kening mereka.

“Tetap sehat anak-anak hebat bunda.” Ucap Nayya lalu menatap foto pernikahan nya dengan sang suami di kamar itu.

“Mas, lihat lah mereka menuruti perkataanmu. Dulu kau sering protes saat mereka lebih menurut padaku dari pada dirimu. Tapi kini aku sudah meminta mereka untuk tidak menahan kesedihan mereka itu tapi mereka tetap bersikeras dengan pesanmu pada mereka yang meminta mereka untuk tidak menangis. Tidak kah kau bangga sekarang karena kau sudah menang.” Ucap Nayya tersenyum.

Setelah mengatakan itu Nayya pun keluar dari kamar nya dan menuju ruang keluarga, “Kak … kau sudah bangun?” ucap Zayya dan Rayya bersamaan dan dengan cepat mendekati Nayya dan memapah kakak mereka itu.

“Kakak tidak sesakit itu dek sehingga harus di papah begitu. Kakak bisa jalan sendiri.” Protes Nayya saat kedua adik nya itu memapah nya.

“Tidak masalah kak. Kami sedang jadi penopangmu.” Ucap Rayya di angguki oleh Zayya.

Nayya yang mendengar itu pun tersenyum lalu dia pun segera duduk di sofa dekat dengan mama nya, “Kalian sudah dewasa ya sudah bisa menopang seseorang.” Ucap Nayya.

“Kaakk!” panggil Rayya dan Zayya bersamaan seolah meminta Nayya untuk tidak bersedih.

Nayya tersenyum, “Gak apa-apa dek. Tenang saja. Kakak baik-baik saja kok.” ucap Nayya lalu melihat ke arah adik ipar nya.

“Diaz, aku ingin tahu kondisiku. Apa traumaku terhadap suntik itu bisa di sembuhkan atau tidak?” tanya Nayya serius.

“Bisa kak. Bisa di sembuhkan selama kau ingin menyembuhkan nya.” Jawab Diaz.

Nayya pun mengangguk, “Baiklah. Jika memang bisa di sembuhkan. Diaz, aku ingin semua riwayat kesehatan suamiku. Semua nya! Aku ingin menyimpan nya untuk diriku.” Ucap Nayya kemudian.

“Kaak!” protes Rayya.

“Tenang saja dek. Kakak hanya ingin menyimpan kenangan kakak bersama suami kakak saja. Apa itu juga di larang?” tanya Nayya.

“Tidak di larang kak. Tapi kau pasti akan sedih karena hal itu.” ucap Zayya.

“Kesedihan pun adalah suatu proses dek.” jawab Nayya yang membuat kedua adik nya itu diam.

“Diaz, kapan aku bisa mendapatkan laporan nya?” tanya Nayya kemudian.

“Diaz akan mengumpulkan nya untuk kakak ipar dan nanti Diaz bawa saja. Kakak ipar tidak perlu ke rumah sakit.” Ucap Diaz.

Nayya pun mengangguk, “Baiklah. Jika memang begitu aku percayakan hal itu kepadamu adik ipar. Terima kasih untuk semua nya. Terima kasih sudah mengusahakan yang terbaik untuk suamiku.” ucap Nayya.

“Nak!” ucap mama Fara.

“Mah, aku lapar. Aku ingin makan nasi goreng. Apa sudah selesai?” tanya Nayya mengalihkan topic pembicaraan.

“Nasi goreng? Mama buatkan dulu. Tunggu lima belas menit saja.” ucap mama Fara lalu segera beranjak dari sofa itu dan segera menuju dapur.

“Adik ipar, kalian juga jangan lupa memeriksakan kesehatan kalian rutin. Anggap pelajaran apa yang terjadi padaku.” Ucap Nayya.

“Pah, aku ingin ke rumahku besok.” Ucap Nayya lalu menatap papa nya itu.

“Untuk apa nak? Kau di sini saja. Kenapa harus ke sana?” tanya papa Imran.

“Itu rumahku pah. Jadi tentu saja aku harus ke sana. Itu rumah yang di bangun oleh suamiku untukku. Papa tidak perlu khawatirkan apapun. Aku baik-baik saja. Aku jamin selama aku tidak menemukan suntik di sana. Aku hanya ingin datang ke sana dan melihat-lihat saja. Aku akan tetap menginap di sini dan jadi anak kalian lagi. Tanggungan kalian lagi. Nayya harap papa dan mama masih menerima Nayya di rumah ini sebagai putri. Emm, Nayya harap juga kalian para adikku kalian juga tidak keberatan sama sekali.” Ucap Nayya.

“Pertanyaan macam apa itu nak. Kau tetap lah putri kami dan pintu rumah ini selalu terbuka untukmu. Tidak ada yang berubah.” Ucap papa Imran.

“Benar itu yang di katakan papa kak. Kami tidak keberatan sama sekali.” Ucap Rayya di angguki oleh Zayya.

Nayya pun tersenyum saja lalu dia segera menuju dapur menunggu nasi goreng nya matang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!