12

“Assalamu’alaikum!”

Akhirnya setelah mengumpulkan semua keberanian nya, Afnan pun mengetuk dan mengucapkan salam.

“Masuk saja Afnan. Nayya tidak ada di sini.” Ucap Risam dari dalam dengan suara lirih nya.

Afnan yang mendengar itu pun segera masuk lalu menutup pintu dan berjalan perlahan mendekati Risam yang tersenyum melihat nya. Afnan bisa lihat bahwa pria yang terbaring di ranjang itu saat ini dalam keadaan pucat. Perasaan Afnan tidak tenang. Dia bisa merasakan firasat buruk saat melihat kondisi Risam itu. Suami dari wanita yang dia cintai. Jujur saja dia merasa berdosa karena mencintai istri pria lain.

“Duduk lah Afnan. Aku ingin bicara. Terima kasih sudah memenuhi undanganku.” Ucap Risam.

Afnan pun menurut dan duduk di kursi di samping ranjang Risam itu, “Kau sakit apa Risam?” tanya Afnan akhirnya. Dia tidak tahu harus mengatakan apa karena jujur saja dia bingung saat ini. Pada akhirnya hanya kalimat itu lah yang bisa keluar dari mulut nya.

“Kau bisa lihat sendiri Afnan. Kau mungkin juga sudah bisa memprediksi kemungkinan buruk nya. Aku sakit jantung. Sudah hampir lima tahun. Aku akhirnya sudah mencapai titik akhirnya. Aku seperti nya sudah sampai di titik menyerah. Aku sudah rindu pada Allah. Mungkin dia juga sudah merindukanku. Aku tinggal menunggu waktuku saja Afnan.” Ucap Risam yang di ucapkan dengan penuh senyuman tapi justru terdengar sakit bagi yang mendengar nya termasuk Afnan sendiri yang kini mendengar ucapan itu.

“Jangan bicarakan hal seperti itu Risam. Aku yakin kau bisa sembuh. Nayya pasti akan melakukan yang terbaik untuk pengobatanmu.” Ucap Afnan.

Risam yang mendengar itu tersenyum lalu menggeleng, “Dia sudah cukup menderita selama lima tahun ini Afnan. Dia harus bolak balik menemani check up. Dia sudah terlihat kurus dan tidak lagi merawat diri nya karena aku. Aku tidak ingin membuat nya semakin menderita lagi. Dia adalah istri yang ku cintai yang ku nikahi dan sudah ku janjikan akan ku jaga dan ku bahagiakan kepada orang tua nya. Sudah cukup usaha yang dia lakukan. Aku tidak ingin membuat nya menderita lagi. Aku mencintai nya. Aku ingin pergi tetap dengan membawa cinta nya itu bersamaku.” Ucap Risam.

“Afnan, aku memintamu datang ke sini untuk itu. Aku tahu waktuku sudah tidak banyak lagi Afnan. Aku ingin pergi dengan tenang. Jadi aku mohon tolong jaga is--”

Afnan menggeleng dan mengangkat tangan nya, “Tidak. Jangan katakan itu Risam. Kau pasti sembuh. Kau adalah suami nya. Satu-satu nya suami yang akan dia punya dalam kehidupan nya. Jangan menitipkan dia padaku. Aku tidak akan sanggup untuk itu. Aku tidak akan sanggup sama sekali.” Ucap Afnan meneteskan air mata nya.

Jujur saja dia menginginkan Nayya tapi bukan begini cara nya. Bukan dengan menggantikan suami Nayya. Dia tahu bahwa kematian Risam akan jadi kesedihan terbesar untuk Nayya. Dan dia tidak akan pernah sanggup melihat kesedihan itu di mata Nayya. Tidak akan pernah sanggup.

“Afnan, aku mohon. Hanya kau saja yang bisa ku percayai untuk menjaga nya dan menjaga anak-anakku. Aku yakin kau bisa menyayangi dan memberikan kasih sayang dan cinta untuk anak-anakku. Kau orang yang tulus Afnan. Kita mencintai satu wanita yang sama. Kini kau di berikan kesempatan untuk itu maka aku mohon tolong jaga dia.” Ucap Risam memohon.

“Bukan begini cara nya Risam. Kau tahu bukan dia mencintaimu. Jika kau pergi dia akan sedih. Dia pasti akan merasa gagal jadi perawat. Dia tidak akan percaya lagi pada profesi nya. Itu akan jadi trauma besar untuk nya. Aku sudah pernah membuat nya bersedih dan kecewa. Aku juga sudah menerima hukuman untuk itu. Jadi kau jangan lakukan hal bodoh seperti yang ku lakukan. Bukan begini cara nya. Aku akui aku memang masih mencintai nya dan itu adalah hal yang membuatku merasa berdosa karena mencintai wanita yang sudah bersuami. Jadi aku mohon berjuang lah demi dirimu, diri nya dan juga anak-anak kalian.” Ucap Afnan.

“Aku juga ingin melakukan itu Afnan jika saja masih punya banyak waktu. Aku juga tidak ingin meninggalkan nya. Apa kau pikir aku rela meninggalkan istriku dan juga anak-anakku. Apa kau pikir aku rela memberikan nya pada pria lain. Apa kau pikir aku rela meminta seseorang untuk menjaga nya dan menjaga anak-anakku. Tidak Afnan. Aku tidak akan rela. Hanya saja waktu kontrak kehidupan yang sudah aku sepakati dengan Allah sudah hampir mencapai batas limit nya. Waktu yang ku punya tidak banyak lagi. Untuk itu aku hanya ingin melakukan yang terbaik untuk nya sebelum malaikat maut datang menjemputku pulang.” Ucap Risam masih dengan senyum nya. Senyum yang seolah mengisyaratkan bahwa dia telah rela dengan semua keadaan.

“Jika memang kau tidak ingin jadi suami nya. Maka aku mohon jaga dan lindungi saja dia. Itu saja sudah cukup untukku. Dan jika pun kau ingin menikahi nya. In Syaa Allah aku ridho dan merestui kalian. Percaya lah saat hari pernikahan kalian nanti aku pasti akan datang dan memberikan selamat kepada kalian.” lanjut Risam.

“Apa yang kau katakan Risam? Dia--”

“Jangan sedih Afnan. Aku tahu kau pasti akan menjaga nya walaupun saat ini kau menolak apa yang ku katakan. Dari awal dia memang milikmu Afnan. Aku lah yang datang menjadi pihak ketiga di antara kalian. Kini aku kembalikan lagi dia padamu. Walaupun dia sudah tidak seutuh dulu. Jika memang kau tidak menginginkan nya maka aku mohon lindungi saja dia. Jangan pernah menghina status nya karena janda. Aku tidak akan ridho kepada siapa pun yang mengatakan satu kata itu kepada nya. Dia adalah istriku dan tidak ada seorang suami yang ingin istri nya menjadi janda. Ini adalah permainan takdir.” Ucap Risam menggenggam tangan Afnan.

Afnan hanya bisa menangis saja. Kenapa pria yang dulu dia anggap sebagai saingan cinta nya kini menjadi sosok seseorang yang dia kagumi karena keikhlasan nya itu, “Aku janji akan menjaga nya dan menjaga anak-anakmu itu Risam. Tapi aku tidak janji akan menikahi nya bukan karena tidak menginginkan nya karena status nya tapi aku tidak akan memaksa nya menikah denganku. Jika dia memang ingin menikah denganku maka aku pun akan melakukan nya. Walaupun nanti jika kami menikah dia tetap akan jadi istrimu. Aku janji tidak akan pernah menghapus kenangan dirimu dari ingatan nya dan juga ingatan anak-anakmu. Mereka tetap akan terus jadi milikmu. Jadi tetap lah sehat jika kau masih bisa berjuang untuk sembuh karena itu adalah yang terbaik untuk semua nya. Dia pasti lebih menginginkan kau jadi suami nya.” Ucap Afnan.

“Terima kasih atas kebaikan hatimu itu Afnan. Aku janji akan selalu ikut bahagia untukmu dan dia jika memang kalian memiliki takdir kedua.” Ucap Risam tersenyum. Tapi Afnan tahu itu adalah senyum kesedihan seorang suami. Mana ada suami yang bisa merelekan istri yang sangat dia cintai.

Flash back off.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!