11

“Jadi, apa sampai sekarang abang masih menyukai nya?”

Afnan mengangguk, “Bukan hanya menyukai nya tapi mencintai nya. Maafkan saya Ayu saya sudah jujur mengatakan ini kepadamu karena saya tidak ingin menyakiti perasaanmu sama sekali. Saya mengatakan ini semata-mata agar kita tidak saling memiliki perasaan satu sama lain nanti. Kau punya kekasih saya pun punya seseorang yang saya cintai.” Ucap Afnan.

“Apa abang tidak berniat untuk menikahi nya lagi? Bukan kah dia sudah jadi janda sekarang.” Ucap Ayu hati-hati.

“Saya ingin melakukan nya Ayu. Tapi apa dia akan menerima saya. Itu lah yang saya takutkan. Dia memiliki seorang suami yang mengagumkan sebelum nya. Apa menurutmu dia akan semudah itu menerima pria lain jadi suami nya di saat dia sendiri sangat mengerti agama dan pasti memiliki keinginan untuk berjodoh dengan suami nya itu. Dia mencintai suami nya, Ayu. Saya takut di tolak lagi.” Ucap Afnan.

“Apa abang pernah melamar nya dulu?” tanya Ayu penasaran. Entah kenapa dia justru jadi penasaran dengan kisah cinta Afnan itu. Dia sama sekali tidak cemburu karena memang tidak ada perasaan apapun di hati nya untuk Afnan. Dia hanya sekedar menuruti permintaan orang tua nya saja yang ingin dia segera memiliki pasangan. Dan sebagai anak yang baik tentu saja menuruti keinginan itu walaupun sangat bertolak belakang dengan keinginan nya.

Afnan kembali mengangguk, “Hum, seperti itu lah. Saya dan suami nya itu pernah datang melamar nya di hari yang sama. Tapi dia lebih memilih suami nya itu. Saya tidak menyalahkan nya sama sekali. Dia berhak memilih dengan siapa dia menikah. Lagi pula saya memang sudah berbuat salah pada nya dengan mengecewakan nya karena tidak menepati janji.” ucap Afnan.

“Maksud nya?” tanya Ayu lagi. Dia semakin penasaran dengan kisah cintai Afnan dan Nayya itu. Apa mereka terlibat cinta segi tiga sebelum nya.

“Yah, saya dan Nayya pernah menjalin kasih. Sebuah komitmen dengan janji di mana setelah dia lulus kuliah maka saya akan datang untuk menikahi nya. Janji itu tidak terwujud. Dia menunggu sampai setahun. Pada akhirnya dia bosan menunggu dan akhirnya membenci saya dan memutuskan semua hubungan dengan saya. Dia pun menikah dengan Risam, suami nya. Tapi harus saya akui bahwa Risam adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan sangat mencintai Nayya. Saya di banding dia tidak ada apa-apa nya. Hanya saja dia tidak berumur panjang.” Ucap Afnan.

Ayu yang mendengar itu pun terdiam. Jujur saja dia kini menjadi bingung mau mengatakan pendapat nya, “Apa kau bingung Ayu?” tanya Afnan.

Ayu pun mengangguk, “Sama saya juga bingung. Tapi sudah lah biarkan takdir yang bicara. Apa mungkin ada kesempatan untuk saya atau tidak. Maaf, Ayu sudah menceritakan ini kepadamu. Saya harap kamu bisa menyimpan rahasia ini untuk kita saja. Jujur saja kamu seperti nya tipe teman yang baik. Seperti nya hanya itu hubungan yang bisa kita jalin.” Ucap Afnan.

“Teman? Hum, menarik. Baiklah, kita jadi teman saja bang. Aku juga baru tahu ternyata kau tidak sedingin itu.” ucap Ayu.

“Saya tidak dingin Ayu.” Ucap Afnan tertawa.

Ayu pun ikut tertawa, “Jadi kita kemana?” tanya Afnan.

“Tentu saja pulang bang. Kau harus mengantarku ke rumah. Walaupun kita sudah memutuskan jadi teman tanpa embel-embel perjodohan tapi tetap saja kita tidak boleh langsung menolak kan bang. Jadi berpura-pura lah seperti yang sudah kita lakukan. Lalu kita juga usahakan cara lain untuk bisa membatalkan perjodohan ini.” ucap Ayu.

Afnan pun mengangguk, “Baiklah. Teman.” Ucap Afnan. Kedua nya pun tertawa.

***

Kini sudah tiba di kediaman Ayu. Ayu pun segera turun dari mobil Afnan dan melambaikan tangan nya kepada Afnan. Tidak lama mobil Afnan pun melaju meningggalkan kediaman Ayu itu.

“Aku harap kau bisa bersatu dengan cintamu itu bang. Aku bisa melihat dan menyadari bahwa ada cinta yang besar untukmu kepada suster Nayya. Siapa tahu saja ada takdir kedua untuk hubungan kalian.” batin Ayu menatap mobil Azzam yang sudah melaju itu.

Sementara Afnan yang di dalam mobil melihat ke arah spion mobil di mana dia masih melihat Ayu di sana. Apa yang di katakan Ayu sebelum dia turun terngiang di telinga nya itu, “Abang, raih lah cintamu itu. Perjuangkan dia. Pada dasar nya wanita itu ingin di perjuangkan bang. Siapa tahu saja ada takdir kedua untuk kalian. Aku merestuimu!” itu adalah kata Ayu yang terngian-ngiang dalam ingatan nya.

“Takdir kedua? Aku harap itu memang ada. Aku mencintai Nayya. Seperti nya aku memang harus memperjuangkan perasaanku itu. Untuk di tolak atau tidak itu urusan belakangan. Setidak nya aku harus berjuang dulu agar aku tidak menyesal nanti.” Ucap Afnan.

“Tapi sebelum itu, aku harus meyakinkan diriku dulu. Apa aku siap jadi suami yang pasti nya akan selalu di bayangi oleh masa lalu nya. Risam adalah sosok suami idaman untuk nya. Apa aku bisa menggantikan nya jadi suami nya. Ahh tidak aku tidak ingin jadi pengganti Risam di hati nya. Biarkan saja Risam jadi penghuni hati nya. Aku pun akan mengukir kenangan lain di hati nya itu. Nayya … tunggu aku datang untuk melamarmu tapi nanti setelah masa iddahmu itu selesai. Aku akan menunggu saat itu tiba. Akan ku tunaikan janji yang ku buat dengan suamimu. Menjagamu dan menjaga ketiga anak nya.” Ucap Afnan.

Flash back on

Di sebuah rumah sakit, kini Afnan berjalan tergesa-gesa menuju sebuah ruangan saat waktu zuhur. Dia yang mendapat telpon dari seseorang dengan segera datang menuju rumah sakit karena permintaan seseorang.

Afnan segera menarik nafas nya panjang saat sudah berada di depan pintu ruang perawatan yang di sebutkan oleh pemilik ruangan itu saat di telpon tadi. Jujur saja perasaan nya kini campur aduk. Gugup, sedih, dan perasaan lain nya yang tidak bisa dia deskripsikan setelah mendapat telepon dari Risam tadi. Yah, Risam yang menghubungi nya untuk datang ke rumah sakit itu dengan mengatakan ada sesuatu yang penting yang Risam bicarakan dengan nya.

Percaya lah, selama dalam perjalanan kemari pikiran nya sudah menebak-nebak sesuatu yang penting yang ingin di bicarakan oleh Risam.

Afnan pun mengetuk pintu ruangan itu dengan deg-degan karena jangan sampai Nayya ada di dalam nya. Dia tidak siap jika harus bertemu Nayya di dalam karena jujur saja perasaan nya itu belum bisa dia kendalikan. Rasa itu tetap masih ada dalam hati nya. Tidak pernah hilang sama sekali. Kepergian nya untuk menghilangkan rasa itu tidak berhasil sama sekali. Justru perasaan itu semakin dalam saja karena rasa rindu yang mendera hati nya.

Tok … tok … tok …

“Assalamu’alaikum!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!