09

“Bagaimana kondisi nya nak?” tanya mama Fara kepada menantu bungsu nya.

Diaz pun menatap mama mertua nya itu yang dia tahu saat ini sedang khawatir, “Dia baik-baik saja kan?” tanya papa Imran juga sebenar nya khawatir tapi dia bisa mengontrol hal itu agar tidak terlihat terlalu khawatir. Tidak seperti mama Fara yang memang sangat kentara kekhawatiran itu terlihat.

“Kakak ipar baik-baik saja mah, pah. Kondisi fisik nya stabil. Hanya mental nya saja yang sedikit terganggu. Dia trauma pada barang-barang yang berhubungan dengan kakak ipar Risam. Dia takut dengan suntik karena suntik itu yang biasa dia gunakan untuk memberikan obat kepada suami nya selama ini. Hingga itu meninggalkan kenangan yang kuat dalam otak nya dan membuat nya pingsan.” Ucap Diaz.

“Apa tidak ada efek yang berbahaya yang bisa di timbulkan oleh hal itu nak?” tanya papa Imran lagi.

“Secara fisik memang tidak akan berpengaruh apapun karena memang fisik kakak ipar baik-baik saja. Dia bisa menjaga nutrisi yang masuk ke tubuh nya itu dan memastikan kondisi nya fiit. Tapi mental nya yang sedang sakit saat ini dan jika di biarkan terlalu lama trauma itu tidak di atasi maka yang di khawatirkan kakak ipar akan selama nya takut dengan suntik. Profesi nya bisa terancam. Selain itu pula perlahan-lahan itu akan membunuh nya. Sakit mental lebih menakutkan dari sakit fisik. Tapi mama sama papa tidak perlu khawatir. Kakak ipar adalah orang yang kuat. Dia pasti akan segera kembali dan mengatasi semua masalah nya. Dia tidak mungkin membiarkan tubuh nya sakit terlalu lama.” Ucap Diaz.

“Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk membantu nya nak?” tanya mama Fara.

“Yang kita bisa lakukan saat ini adalah membuat nya nyaman saja dan menghilangkan semua barang yang bisa memicu trauma nya itu. Nanti jika dia trauma nya perlahan menghilang maka kita akan pelan-pelan untuk membuat nya tidak takut suntik lagi.” Jawab Diaz.

Mama Fara pun hanya mengangguk saja mendengarkan penjelasan dari Diaz itu, “Tenang saja mah. Jangan khawatir. Kak Nayya itu adalah kakakku yang paling kuat. Dia pasti bisa melewati semua nya.” Ucap Zayya menenangkan mama nya itu.

“Iya mah. Aku juga punya keyakinan yang sama untuk itu. Dia pasti akan sembuh dan dia pasti akan kembali seperti sedia kala menjadi putri mama dan papa yang paling kalian banggakan.” Sambung Rayya.

“Mama dan papa juga menyayangi kalian nak.” ucap mama Fara menatap dua putri nya itu.

“Kami tahu mah!” jawab Rayya dan Zayya bersamaan lalu memberikan pelukan kepada mama Fara.

“Ya sudah kalian bisa ke kamar kalian nak. Istirahat lah. Terima kasih sudah datang. Maaf sudah mengganggu waktu kalian.” ucap mama Fara.

“Jangan katakan itu mah. Kita adalah keluarga. Tidak ada yang mengganggu sama sekali.” Timpal Ariq tersenyum.

Mama Fara pun tersenyum lalu dia melangkah masuk ke kamar Nayya untuk melihat putri sulung nya itu yang sedang di infus dan di beri obat tidur oleh Diaz tadi. Jangan tanya siapa yang memasang infus Nayya sudah tentu kedua adik nya. Mereka sangat menjunjung tinggi mahram sehingga tidak mengizinkan Diaz menyentuh kakak mereka kecuali mungkin dalam keadaan genting.

“Anak-anak … kalian tidak perlu menjaga bunda kalian di sini nak. Bunda kalian baik-baik saja kok. Uncle Diaz hanya memberikan obat tidur saja untuk bunda kalian agar dia bisa istirahat lebih lama. Ayo kalian ikut nenek dan kita makan.” Ajak mama Fara kepada ketiga cucu nya itu yang menjaga Nayya dengan terus berada di samping bunda mereka itu.

“Kami di sini saja nek. Bagaimana jika bunda bangun dan kami tidak di sini.” Ucap Qalessa yang di angguki oleh kedua adik laki-laki nya itu.

“Hey, kita ada di rumah ini bukan. Lagi pula tadi uncle Diaz mengatakan bahwa bunda akan tidur dalam waktu tiga jam. Jadi hitung saja itu tiga jam lama bukan. Kalian bisa makan dulu dan nanti kembali ke sini untuk menjaga bunda kalian. Kalian tidak ingin bunda khawatir kan?” tanya mama Fara.

Triplets pun mengangguk, “Ya sudah jika begitu kalian harus makan mengisi perut kalian itu agar tetap sehat dan bisa menjaga bunda kalian nanti.” Ucap mama Fara membujuk ketiga cucu nya itu.

“Hum, nenek benar. Baiklah kami akan makan dulu.” Ucap Qalessa yang turun dari ranjang itu dan segera keluar. Kedua adik laki-laki nya pun segera mengekori Qalessa.

“Lihat lah nak. Putrimu itu seperti pembuat keputusan untuk kedua adik laki-laki nya. Sifatmu yang seperti nya turun pada nya.” Ucap mama Fara lalu memberikan kecupan lembut di kening putri sulung nya itu. Bukan kah setiap anak tetap akan jadi anak kecil di hadapan orang tua nya mau sebesar atau sedewasa apapun anak nya. Bagi orang tua mereka tetap saja anak kecil.

“Risam, lihat lah juga ketiga anak yang kau tinggalkan itu nak. Mereka sangat menjaga bunda mereka. Mereka juga menepati janji yang di buat denganmu untuk tidak bersedih atas kepergianmu. Entah janji apa yang sudah kau sepakati dengan mereka. Tapi seperti nya itu adalah hal yang terkait Nayya. Risam, mama mohon padamu bantu Nayya untuk menghilangkan bantuan trauma nya itu. Ini bukan karena mama ingin dia lupa padamu. Tidak, tapi ini permintaan seorang ibu yang ingin anak nya baik-baik saja. Kamu pasti bisa memahami ucapan mama ini kan nak. Mama yakin kamu pasti menginginkan hal yang juga untuk kebaikan istrimu. Kau akan selalu memiliki tempat di hati kami nak sebagai menantu terbaik yang pernah kami miliki.” Ucap mama Fara lalu dia pun segera keluar dari ruangan itu.

***

“Hey, boy … girl … kalian sedang makan apa nih?” tanya Rayya mendekati si triplets yang sedang menikmati makanan di meja makan.

“Aunty!” sapa ketiga nya.

Rayya pun tersenyum, dia memahami bagaimana perasaan ketiga keponakan nya itu. Semoga saja kakak nya bisa segera sembuh.

“Hey, boy … girl … bisa gak makanan nya di bagi dengan Reza dan Rena?” ucap Ariq.

“Mereka masih kecil uncle belum bisa makan ini.” ucap Xavier memanggapi ucapan Ariq.

Ariq yang mendengar itu pun tersenyum, “Kalian juga masih kecil boy. Jangan berlagak dewasa begitu.” Ucap Ariq.

“Tetap saja kami lebih tua uncle.” Kali ini bukan Xavier yang bicara melain si cool Xander.

“Yah, kalian benar. Kalian itu adalah kakak bagi Reza dan Rena. Untuk itu kalian harus kuat yaa.” Timpal Ariq.

“Bukan hanya kakak bagi Reza dan Rena tapi kakak bagi Valenria dan Virendra juga.” Sambung Diaz dengan membawa kedua anak nya itu dalam gendongan nya.

“Bukan kah begitu boy … girl?” tanya Diaz kepada triplets.

“Ya benar uncle!” jawab Qalessa. Sebenar nya triplets paham bahwa kedua aunty dan uncle mereka itu hanya ingin membujuk mereka saja agar tidak terlalu sedih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!