Kini mama Fara dan papa Imran beserta tiga cucu nya itu berada dalam mobil untuk ke kediaman mami Vega dan papi Lutfi.
“Nenek!” panggil Xavier.
Mama Fara pun menoleh ke arah cucu nya yang paling ceria itu tapi mendadak sedih dan tidak seperti dulu lagi. Seperti nya dia juga kehilangan ayah nya.
“Iya nak. Ada apa?” tanya mama Fara lembut.
“Nek, tidak bisakah nenek membujuk bunda untuk tidak sedih lagi? Kami sedih melihat bunda seperti itu nek. Dia jarang makan dan hanya mengurung diri saja di kamar ayah.” ucap Xavier.
“Bunda gak apa-apa dek.” timpal Qalessa mencoba membujuk adik nya itu agar tidak bersedih. Dia tahu bahwa Xavier itu mendadak diam sejak kematian ayah mereka. Dia mengerti dan tahu apa penyebab hal itu. Sama seperti diri nya yang juga sedih atas kematian ayah mereka. Xavier dan Xander juga begitu. Hanya saja Xander tetap dengan wajah cool nya yang dingin sehingga kesedihan nya itu tidak begitu terlihat.
“Aku tahu kak. Bunda memang tidak apa-apa tapi dia terus menangis.” Ucap Xavier.
“Itu wajar dek. Bunda sedang sedih kehilangan ayah. Jadi menangis tentu saja hal yang wajar.” Kali ini bukan Qalessa yang menimpali ucapan Xevier tapi adik nya Xander.
“Tidak bisa kah bunda tidak menangis. Kita saja tidak menangis. Tidak kah bunda kembali seperti dulu lagi.” Ucap Xavier yang memang memiliki jiwa perasa yang kuat. Hati nya itu lembut.
“Apa kau tidak sedih? Bukan kah kau juga diam tidak ceria lagi karena sedih kehilangan ayah. Maka bunda juga sedang ada di fase itu. Kita tidak boleh cengeng.” Balas Xander.
“Dek, kau terlalu keras pada Xavier. Tidak apa-apa Xavier. Abang tidak marah padamu kok.” ucap Qalessa membujuk adik nya itu. Qalessa bagaikan seorang ibu untuk adik nya itu. Dia menyimpan kesedihan nya sendiri dan tetap berlagak kuat seperti anak perempuan pertama untuk kedua adik nya yang hanya lahir berselang beberapa menit saja.
Mama Fara yang melihat itu pun hanya bisa meneteskan air mata nya tapi buru-buru dia hapus karena tidak ingin membuat ketiga cucu nya itu bertambah sedih. Papa Imran menggenggam tangan mama Fara menguatkan nya dan menggeleng meminta mama Fara untuk tidak menangis.
Papa Imran dan mama Fara bangga karena ketiga cucu mereka itu tahu menempatkan diri mereka di tempat nya agar tidak bersedih.
***
Kini mobil mama Fara dan papa Imran itu sudah tiba di kediaman besan mereka. Mama Fara dan papa Imran pun segera membantu ketiga cucu mereka itu turun dari mobil lalu mereka segera menuju pintu utama di mana di sana ada mami Vega yang menyambut kedatangan mereka.
“Assalamu’alaikum!” salam mama Fara.
“Wa’alaikum salam. Silahkan masuk jeng.” Ucap mami Vega menyambut. Si triplets segera menyalami mami Vega dan yang lain yang berada di ruang keluarga.
Lalu triplets itu pun menatap ke arah tangga di mana bunda mereka turun dan tersenyum kepada mereka. Nayya tersenyum menatap ketiga buah hati nya itu dan tepat di lantai dasar Nayya pun berlutut dan merentangkan tangan nya meminta ketiga buah hati nya itu memeluk nya.
Triplets pun meneteskan air mata mereka dan segera berlari memeluk bunda mereka itu. Pemandangan itu pun membuat semua orang di sana terharu dan meneteskan air mata mereka.
“Maaf!” ucap Nayya memeluk ketiga buah hati nya itu erat.
“Bunda gak salah kok.” jawab Qalessa mewakili kedua adik nya.
Nayya pun tersenyum lalu dia melepas pelukan di antara mereka dan mengusap air mata di pipi ketiga buah hati nya itu, “Maafkan bunda yang melupakan kalian beberapa hari ini. Bunda terlalu sedih sehingga lupa cahaya bunda itu masih ada di sini. Bunda hanya kehilangan matahari saja tapi cahaya nya masih ada di sini. Maafkan bunda nak!” ucap Nayya kembali memeluk ketiga buah hati nya itu. Dia melepaskan segala kerinduan dan rasa bersalah nya karena tidak memperhatikan ketiga anak nya itu dalam pelukan nya yang erat.
“Kami sayang bunda.” Ujar triplets bersamaan.
“Bunda juga sayang kalian nak.” balas Nayya lalu memberikan kecupan di kening ketiga buah hati nya itu.
“Ayo kita ke atas. Bunda bantu kalian bertukar pakaian.” Ucap Nayya melepas pelukan nya kembali dan mengajak ketiga buah hati nya itu yang langsung di iyakan oleh ketiga nya.
Nayya pun segera menggendeng ketiga buah hati nya itu naik ke lantai atas di mana kamar anak-anak nya berada.
Sementara di ruang keluarga mereka terharu melihat itu, “Akhirnya dia perlahan kembali besan. Putri kalian pasti akan kembali lagi.” Ucap papi Lutfi menatap papa Imran.
“Maafkan kami!” timpal papa Imran.
Papi Lutfi menggeleng, “Ini bukan salah kalian kok. Ini takdir. Kami sudah menerima ketetapan ini. Kami menyayangi Nayya seperti putri kami. Kesedihan yang kalian rasakan juga sama dengan kesedihan kami. Kami senang melihat Nayya tersenyum. Kebahagiaan nya adalah kebahagiaan putra kami juga. Kalian tidak perlu merasa bersalah. Duduk lah besan.” Ucap papi Lutfi.
Mama Fara dan papa Imran pun segera duduk di ruang keluarga itu. Mereka pun bercengkrama seperti biasa nya. Tidak ada yang berubah dalam hubungan yang terjalin di antara mereka itu. Semua nya menerima dengan baik dan tidak saling menyalahkan karena memang Risam pergi dengan tenang dan keikhlasan penerimaan nya.
***
Kini Nayya dan ketiga buah hati nya itu berada di kamar.
“Hm, kakak mau pakaian yang mana?” tanya Nayya pada putri nya itu.
“Kakak mau pakai gamis itu saja bunda. Gamis itu pemberian bunda saat itu.” ucap Qalessa menunjuk salah satu gamis nya.
Nayya pun mengambilkan nya dan memberikan nya kepada sang putri. Setelah itu dia segera menatap kedua putra nya dan menanyakan pakaian yang ingin mereka pakai.
Setelah itu Nayya pun membantu memakaikan pakaian kepada ketiga buah hati nya itu.
“Bagaimana di sekolah? Apa kalian kesulitan?” tanya Nayya lembut.
Ketiga anak nya itu menggeleng, “Semua baik-baik saja bunda. Tidak ada yang sulit. Pelajaran sangat mudah dan teman-teman juga sangat baik. Mereka mengajak kami bicara dan tertawa.” Jawab Xavier dengan ciri khas nya yang ceria.
Nayya pun tersenyum mendengar cerita putra nya itu, “Syukur lah jika memang begitu. Bunda senang mendengar nya.” Ucap Nayya.
“Kalian mau mengatakan sesuatu kepada bunda?” tanya Nayya menatap putri dan putra kedua nya itu. Kedua anak nya yang sama-sama memiliki sifat dingin.
“Kami mau bunda tidak sedih lagi. Seperti ini juga lebih baik. Melihat bunda sedih kami juga ikut sedih.” Ucap Qalessa.
Nayya pun tersenyum, “Maaf. Bunda akan usahakan tidak sedih lagi.” Ucap Nayya lalu kembali membawa ketiga buah hati nya ke dalam pelukan nya. Dia merasa tenang akan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments