03

Nayya meraih sisir nya dan menyisir rambut nya itu. Seketika air mata menetes di pipi nya. Kenangan saat sang suami membantu nya menyisir rambut dan mengeringkan rambut nya itu terbayang dalam otak nya.

“Mas, aku rindu. Rinduku ini sudah mencapai titik tertinggi puncak kerinduan. Aku harap kau mendengar suara rinduku.” Batin Lila lalu segera memakaikan hijab nya itu. Kini dia sudah fresh kembali walaupun tanpa make up dan skin care di wajah nya itu. Tapi kecantikan wanita dewasa yang terpancar di wajah nya itu adalah hal yang tidak perlu di pertanyakan. Dia memang cantik. Sangat cantik.

“Mas, bagaimana penampilanku saat ini? Apa aku sudah cantik atau bagaimana?” tanya Nayya pada foto suami nya itu

“Mas, biasa nya kau akan memujiku tanpa aku bertanya seperti itu dan aku pasti akan merasa malu dan memintamu untuk tidak memujiku lagi. Tapi kini aku sudah bertanya namun kau justru tidak bisa menjawab nya.” Ucap Nayya kembali meneteskan air mata nya itu tapi segera dia hapus.

“Tenang saja mas. Aku tidak akan menangis di hadapanmu. Aku akan datang mengunjungimu. Kau mau mendengar surah apa dariku?” tanya Nayya lagi.

“Hum, kau belum bisa memilih yaa dan memintaku memilihkan untukmu. Baiklah akan aku lakukan hal itu. Tenang saja.” ucap Lila lalu mengambil mushaf nya dan membawa nya turun.

Keluarga suami nya yang sedang ada di ruang keluarga itu kini melihat nya turun dengan pakaian yang berbeda dan wajah fresh pun sedikit menyunggingkan senyum. Mami Vega segera mendekati Nayya, “Nak, kau mau kemana?” tanya mami Vega lembut. Tidak ada yang berubah sama sekali di rumah ini. Dia tetap di perlakukan dengan lembut. Tidak ada yang menyalahkan nya. Tapi justru hal itu yang membuat nya bersedih. Dia lebih terima mereka menyalahkan nya yang tidak bisa menjaga suami nya.

“Nayya mau mengunjungi mas Risam mih.” Jawab Nayya sedikit menyunggingkan senyum di bibir nya. Walaupun senyum nya itu terlihat seperti senyum penuh kesedihan.

“Aku akan menemanimu dek.” ucap Adiba begitu mendengar ucapan adik ipar nya itu.

“Mami juga akan ikut denganmu.” Sambung mami Vega.

Nayya tersenyum lalu kemudian dia menggeleng, “Mih, kak Diba, aku tahu kekhawatiran kalian. Tapi tenang saja aku hanya ingin mengunjungi suamiku saja. Aku pasti akan baik-baik saja.” tolak Nayya secara halus.

“Sudah biarkan saja Adiba, mami. Biarkan dia pergi mengunjungi suami nya sendiri. Jangan mengikuti nya.” Ucap papi Lutfi menatap menantu nya itu. Terlihat sekali bahwa menantu nya itu sedang dalam fase terbawah dalam tahap berduka dan kehilangan.

“Nayya, kemari lah. Papi mau bicara.” Pinta papi Lutfi.

Nayya pun mengangguk dan mendekati papi mertua nya itu, “Kau bisa pergi sendiri kesana. Tapi ingat kau harus baik-baik saja. Lalu setelah dari sana kau tidak boleh sedih lagi. Janji?” pinta papi Lutfi.

Nayya pun tersenyum lembut, “Nayya bisa menjanjikan hal pertama bahwa Nayya akan baik-baik saja. Tapi untuk hal yang kedua Nayya tidak ingin menjanjikan apapun. Sudah banyak janji yang Nayya buat. Nayya tidak ingin menjadi pembuat janji tanpa menepati nya. Maaf pih, Nayya tidak bisa. Biarkan saja Nayya bersedih. Itu adalah bentuk penerimaan dan proses Nayya untuk menerima kenyaaan yang ada.” Ucap Nayya dengan pendirian nya.

Semua orang di ruangan itu pun diam tidak ada yang menimpali atau pun bertanya lagi pada Nayya. Semua orang diam sampai Nayya pun pamit pergi ke makam suami nya.

***

Nayya memilih berjalan kaki untuk ke makam suami nya itu yang memang hanya berjarak sekitar 50 meter saja dari kediaman mertua nya itu. Makam keluarga.

Di siang terik itu Nayya tetap semangat mendatangi suami nya. Kini Nayya sudah berada di makam suami nya. Dia menatap gundukan tanah yang masih merah di hadapan nya itu karena memang baru seminggu lalu suami nya itu pergi dari nya.

“Assalamu’alaikum mas. Ini aku istrimu datang mengunjungimu. Apa kau senang atas kedatanganku?” tanya Nayya segera duduk di hadapan makam itu dan tersenyum.

Cukup lama Nayya mengajak bicara suami nya itu. Nayya juga membacakan dua surah untuk suami nya. Surah Yasiin dan Ar-Rahman.

“Mas, maafkan aku yang berlarut-larut dalam kesedihanku. Maafkan aku yang tidak bisa menepati janji untuk tidak sedih. Bagaimana mungkin juga aku tidak sedih saat kau pergi meninggalkanku mas. Kau ada duniaku. Kita pernah berjanji untuk hidup selama nya sampai anak-anak dewasa. Tapi kini kau pergi meninggalkan aku dan anak-anak. Lalu kau memintaku untuk tidak bersedih. Tidak kah itu adalah hal sulit yang kau minta lakukan. Semua janji yang kau minta padaku adalah janji yang sulit ku lakukan mas. Jadi maafkan aku jika janji itu tidak bisa ku tunaikan.” Ujar Nayya mengusap nisan suami nya itu.

“Mas, pergi dulu ya. Tapi aku janji akan mengunjungimu lagi. Membacakan surah yang kau inginkan. Datang saja dalam mimpiku untuk mengatakan nya. Aku menantikan nya. Tolong beri aku kekuatan untuk menghadapi semua nya.” Ucap Nayya tersenyum lalu dia bangkit posisi nya itu.

“Aku pamit mas.” Ucap Nayya lalu dia pun pergi meninggalkan makam itu.

Nayya pun melangkahkan kaki nya kembali ke kediaman suami nya itu. Entah sampai kapan dia akan tetap tinggal di sana. Dia pun tak tahu. Yang pasti dia tidak ingin meninggalkan suami nya itu.

Di sudut lain di sebuah mobil, ada seorang pria yang menatap sendu ke arah Nayya.

“Kau terlihat sangat kurus Nayya. Apa rasa kesedihan dan kehilanganmu itu sudah mencapai puncak nya. Apa kau tidak memiliki gairah hidup lagi Nay?” gumam nya. Dia memang sering datang untuk melihat Nayya dari jauh. Dia sering melihat Nayya selalu datang ke makam suami nya itu setiap hari nya di jam yang sama yaitu menjelang zuhur sehingga dia sendiri sudah hafal akan jadwal Nayya itu. Dia datang bukan untuk mengganggu kehidupan Nayya tapi untuk memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja.

Untuk ketenangan hati nya dan untuk menepati janji nya pada seseorang untuk terus melindungi dan menjaga Nayya.

“Aku akan menepati janjiku pada nya Nay. Aku akan melindungi dan menjagamu beserta ketiga buah hati kalian itu.” gumam nya lagi.

Lalu tiba-tiba ponsel nya berdering. Itu panggilan dari rumah.

“Halo, Assalamu’alaikum mih?” salam nya.

“---”

“Baiklah. Aku akan datang ke sana. Tenang saja mih. Aku akan menjemput nya. Aku hanya sedang di luar saja saat ini. Mungkin dalam waktu 30 menit aku akan tiba.”

“---”

Pria itu pun segera memutuskan panggilan dan dia pergi dari tempat nya mengawasi Nayya. Pergi untuk kembali lagi tentu saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!