02

Kini Adiba sudah kembali turun ke lantai satu dengan piring di tangan nya. Mami Vega pun segera mendekati putri nya itu, “Bagaimana nak?” tanya mami Vega.

“Dia menghabiskan makanan nya tapi bersedih, menyalahkan diri nya tetap saja ada dan tidak hilang. Dia benar-benar kehilangan mih.” Ucap Adiba.

Mami Vega pun menarik nafas nya panjang, “Siapa juga yang bisa menerima kehilangan suami yang dia cintai nak. Menjadi janda di usia semuda itu. Memang menjadi janda itu bukan suatu kejahatan tapi status itu tentu saja sedikit membawa pengaruh dalam hidup. Mami kehilangan anak dan putra. Kau kehilangan saudara dan adik. Tapi dia kehilangan banyak nak dia kehilangan suami, kekasih yang dia cintai, imam nya, panutan nya, ayah dari anak-anak nya. Di tambah lagi dia harus hidup dengan ketiga anak nya yang masih butuh perhatian nya.” Ucap mami Vega.

Sama seperti Adiba yang menyayangi Nayya layak adik kandung nya begitu juga dengan mami Vega yang menyayangi Nayya seperti putri nya sendiri. Mereka akan tetap selalu menganggap Nayya keluarga. Tidak ada yang berubah walaupun putra mereka sudah tiada. Mereka tidak menyalahkan Nayya sama sekali karena yang kehilangan bukan mereka saja tapi Nayya juga. Nayya sudah berjuang dengan sekuat mampu nya untuk kesembuhan Risam tapi Nayya tentu saja tidak bisa melawan takdir Allah.

“Mih, apa yang harus kita lakukan agar dia tidak bersedih. Aku sedih kehilangan Risam tapi melihat nya terpuruk seperti itu justru aku lebih sedih. Dia adalah wanita yang di cintai oleh Risam. Aku yakin di atas sana Risam sedih melihat istri nya bersedih dan terpuruk seperti itu.” ucap Adiba sedih.

Mami Vega pun diam saja. Tidak tahu harus melakukan apa. Dia sendiri juga bingung sampai tiba-tiba papi Lutfi pulang dari kebun yang dia miliki bersama suami Adiba.

“Apa menantu kita sudah makan mih?” tanya papi Lutfi.

Mami Vega pun mengangguk dan segera membantu suami nya.

“Apa dia masih saja bersedih nak?” tanya papi Lutfi pada putri nya.

Adiba pun mengangguk, “Masih saja sama pih. Dia tetap begitu. Bersedih terus di tambah menyalahkan diri nya. Aku takut kesehatan mental nya akan kena jika dia terus begini. Bukan kah kehilangan bisa membuat orang gila.” Ucap Adiba.

“Kita tidak akan biarkan itu terjadi. Kita sudah kehilangan Risam sebagai putra dan anak. Maka kita tidak boleh kehilangan putri dan ibu dari cucu kita. Kita harus membuat nya menerima kenyataan ini. Aku yakin saat ini besan kita itu lebih bersedih dari pada kita. Mereka ingin membawa putri mereka pergi dari sini tapi Nayya menolak nya dengan alasan tidak ingin meninggalkan suami nya. Mereka pasti sangat sedih karena hal itu. Nayya adalah putri kesayangan mereka. Kita tidak boleh hanya membiarkan saja dia seperti itu.” ucap papi Lutfi.

***

Sementara di sisi lain, kini mama Fara menatap foto putri nya itu yang tertempel di dinding di ruang keluarga. Foto ketiga putri nya dengan suami mereka masing-masing. Di sana mama Najwa bisa melihat senyum ketiga putri nya. Senyum manis penuh kebahagiaan.

“Nayya, apa kau masih saja bersedih dan kehilangan nak?” tanya mama Fara.

“Mah, apa yang kau bicarakan?” tanya papa Imran tiba-tiba saja berada di sisi istri nya itu dan ikut memandangi apa yang di lihat oleh sang istri.

“Pah, kita berkunjung ke rumah besan kita pah. Aku rindu pada putriku. Aku ingin melihat nya. Aku tidak bisa terima putriku itu bersedih seperti itu. Kenapa itu harus terjadi pada putri kita yang sangat baik dan lembut. Putri kita masih sangat muda untuk menanggung semua ini.” ucap mama Fara.

“Ini sudah takdir Allah mah. Kita tidak bisa menolak apa yang sudah dia takdirkan. Putri kita pasti orang yang kuat sehingga dia di uji dengan hal ini. Dia pasti orang terpilih. Belum tentu orang lain bisa menerima cobaan ini. Kita harus lebih bersabar. Kita masih memiliki Nayya dalam hidup kita ini. Tapi lihat lah besan kita itu. Mereka kehilangan anak mereka. Jadi kesedihan kita tidak seberapa dengan kesedihan yang di rasakan oleh besan kita. Tidak perlu menyalahkan takdir lagi. Ini sudah ketentuan yang harus terjadi. Jadi biarkan saja seperti air yang mengalir.” Ucap papa Imran.

“Tapi aku sedih pah melihat keadaan putri kita.” Ucap mama Fara meneteskan air mata nya itu di pipi nya.

Papi Imran segera menghapus air mata di pipi istri nya itu, “Kita tidak boleh sedih. Kita harus kuat agar bisa menguatkan Nayya menghadapi cobaan nya ini. Kita akan mengunjungi nya nanti setelah si triplets pulang sekolah.” Ucap papa Imran.

Mama Fara pun mengangguk dalam pelukan suami nya, “Aku juga sedih mah melihat putri kita mengurung diri seperti itu. Tapi aku berusaha kuat untuk semua nya.” Batin papa Imran.

***

Kembali lagi ke sisi Nayya, kini Nayya beralih dari balkon dan menuju kamar mandi. Dia pun membersihkan diri nya itu.

Sekitar 15 menit dia mandi, kini dia keluar dan mengganti pakaian nya dengan pakaian tanpa warna tanda dia berduka. Dia memang harus menjalani masa iddah nya itu. Dia menerima status nya saat ini tapi tidak dengan rasa kehilangan yang ada. Dia kehilangan separuh hati dan jiwa nya. Seolah saat ini dia berjalan pincang. Penopang sudah tidak ada lagi. Benar-benar kehilangan semangat hidup nya.

Nayya menatap foto nya dan suami nya itu di dinding kamar itu yang tertempel, “Kau sangat tampan suamiku. Bagaimana mungkin aku bisa mengganti posisimu itu dengan orang lain. Tapi janji itu? Aku tidak bisa menepati nya untuk waktu yang lama. Mungkin bisa tapi tidak sekarang. Aku menyayangimu mas. Sampai kapan pun kau yang akan jadi penghuni terbesar ruang hatiku.” Ucap Nayya menatap foto suami nya yang tersenyum itu. Sangat tampan dan akan selalu seperti itu dalam ingatan nya.

“Mas, aku tahu kau pasti saat ini sedang sedih melihatku yang begini. Tapi aku mohon biarkan aku yang seperti ini. Aku sedang menikmati kesedihanku sebelum nanti aku akan mencoba bangkit. Biarkan aku menikmati kesedihan, rasa kehilangan ini. Jangan memintaku untuk tidak bersedih lagi. Aku jamin aku tidak akan gila atau pun memilih kematian adalah jalan akhirku. Aku akan menjaga anak-anak kita dengan baik. Walaupun untuk seminggu ini aku tidak melakukan kewajibanku sebagai seorang ibu dan hanya menikmati peranku sebagai seorang istri yang kehilangan suami nya. Aku mohon tolong maklumi apa yang ku lakukan ini suamiku.” gumam Nayya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!