pesta akikah

Rafa dan Fathan sudah berpakaian rapi ia sangat senang melihat rumah mereka ramai dengan para tamu, keduanya menjaga adik kecilnya layaknya bodyguard. Bilal dan Arsi datang keduanya berlari menghampiri mereka, Bilal langsung menggendong keduanya dengan tangan sebelah kanan dan kiri.

" Sudah berat semua ini keponakan om Bilal." ucap Bilal lalu ia menurunkan keduanya di kursi.

" Rafa udah sekolah om jadi berat".

" Fathan jaga adik." keduanya polos sekali, arsi yang melihatnya tersenyum senang.

" adiknya mana om boleh lihat". Rafa dan Fathan menarik tangan Bilal membawa ke dekat adiknya yang ada di ranjang bayi.

" wah cantik sekali, siapa namanya". keduanya saling pandang ia lupa.

" hafidza Shafiya". ucap Zayn yang baru saja datang.

" gimana sih masa sama adik sendiri lupa".

" Rafa ingat adik Shafiya". ucap Rafa.

" Hafidza ah aku lebih suka dengan nama panggilan itu." ucap Zayn semua yang melihat mereka tertawa.

" nama yang bagus pasti Shafiya nanti akan jadi anak saliha dan cantik".

" itu pasti om, kalau sudah dewasa Zayn akan nikahi adik Hafidza". celetuk Zayn.

" Zayn..." panggil sang mama.

" ah mama selalu begitu, Zayn suka dengan adik Hafidza ma ia imut cantik."

" jaga ucapan mu nak." mama nya geleng kepala melihat Zayn yang terlalu absurd itu.

" jika Zayn mau nikahin adik Shafiya besok dewasa sekarang Zayn harus rajin belajar dulu biar jadi orang sukses "

" itu pasti om". semuanya tertawa mendengarnya, Zayn begitu bersemangat. dokter Zaskia hanya meringis melihat tingkah Zayn.

Faras dan Zahra menyalami tamunya, hanya orang-orang terdekat saja yang di undang tapi acara ramai. saudaranya banyak, kiyai Umar juga datang ia melihat arsi lalu arsi dan Bilal datang mendekat mereka Salim.

" bagaimana kabarnya Arsi". tanya kiyai Umar.

" Alhamdulillah baik baba, baba sehat".

" seperti yang kamu lihat, jika baba datang ke sini artinya baba sehat". Rafa dan Fathan ia baru melihat kakek nya Umar.

" kakek..." mereka berlarian, kiyai umar lalu menunduk menyambut cucunya.

" cucu kakek sudah besar, kakek tak kuat jika angkat keduanya". keduanya tertawa cekikikan mereka berdua memang cukup akur.

acara berjalan dengan baik, ada pengajian yang di isi oleh kiyai Umar. arsi tak bisa berdiri lama ia hanya duduk saja karena Bilal tak mengizinkan.

" lelah sayang". tanya Bilal, arsi menggeleng.

" tamunya banyak sekali ya mas, meski hanya tetangga dan keluarga terdekat tapi sangat banyak ". ucap arsi yang sejak tadi melihat tamu berdatangan.

" iya mas Faras itu cukup terkenal, ini kerabat tidak hanya dari mas Faras saja tapi mba Zahra dan almarhum mba Najwa." ucap Bilal kemudian ia duduk di samping arsi.

" mas gabung saja dengan mereka, arsi tak apa sendiri di sini".

" sebentar ya mas temui dulu teman-teman mas Faras yang mas kenal ". arsi tersenyum ia mengangguk. kemudian arsi berjalan mendekat ke Zahra, karena Zahra sendirian Faras sedang menemui tamunya.

" Arsi mba dengar hamil lagi, selamat ya semoga sehat sampai lahiran ". ucap Zahra

" aamiin iya mba, arsi sangat menunggu hal itu. arsi tak sekuat mba Zahra dan mba Najwa ". arsi jadi teringat Najwa. Zahra lalu tersenyum ia tahu kekhawatiran arsi.

" mba Najwa yang luar biasa arsi, ia bisa membagi semuanya. ia pergi meninggalkan kebahagiaan untuk kami. surga pasti untuk mba Najwa." begitulah Zahra ia selalu memuji Najwa istri pertama Faras yang telah tiada.

" iya mba, sesabar itu kalian berdua ". Zahra mengusap punggung arsi menenangkan. ia tau jika arsi teringat kakak sepupu nya, begitupun Zahra. namun Zahra sudah sangat ikhlas apalagi melihat Fathan yang tumbuh dengan baik.

" Allah maha baik arsi, sesuatu yang terjadi pada kita itu pasti sudah atas kehendak Nya. ikhlas menerima takdir yang Allah berikan. mba liat juga kamu bahagia dengan Bilal, Bilal sangat menyayangi mu". Zahra berbicara berdua dengan arsi karena Zahra tidak jalan ia menunggu bayinya.

" Alhamdulillah mba, mas Bilal sangat menyayangi arsi."

" mas Bilal sosok laki-laki yang bertanggung jawab mba, arsi sangat mencintai mas Bilal". Zahra tersenyum meski umurnya lebih muda dari arsi tapi Zahra punya pengalaman lebih dulu dari pada arsi.

Zayn, Rafa , dan Fathan bermain bersama mereka sungguh bahagia. ketiganya menjadi teman yang akrab, zayn masih sering minta untuk di antar ke rumah faras.

" om ikut bermain ya". ucap Bilal.

" iya om jaga ya, ". Bilal di tutup matanya untuk mencari keberadaan mereka, namun yang menutup mata hanyalah anak-anak jadi sedikit terlihat oleh Bilal. bukannya mencari anak-anak Bilal justru mendekat ke arah arsi, ia menangkap istrinya membuat Zayn Rafa dan Fathan tertawa lebar. Bilal memang sengaja untuk menghibur arsi juga.

" kita di sini om kenapa ke Tante arsi". ucap Zayn sembari tertawa. Rafa dan Fathan ikut tertawa.

" haduh om Bilal lelah, ". Bilal Duduk di bawah arsi ia pura-pura lelah.

" kita juga lelah om, kita mau minum dulu". ucap Zayn lagi, anak-anak itu berlarian mencari minum.

" baiklah om istirahat ya, kasihan tuan putri ini". Bilal mendekati arsi.

acara khidmat hingga selesai siang hari, Bilal dan arsi pulang belakangan ia masih mengobrol dengan keluarga arsi yang lainnya. seperti kiyai Umar Faras juga Zahra.

" Gimna arsi betah hidup di sini". tanya kiyai Umar.

" Alhamdulillah baba arsi betah".

" ya harus betah, seorang istri harus ikut ke mana suaminya tinggal." arsi mengangguk.

" arsi sangat penurut baba, meski Bilal di lubang semut sepertinya ia akan ikut tinggal". semua tertawa mendengar ucapan Bilal.

" ya memang harusnya gitu selama seorang suami tidak menyalahi syariat". nasehat baba.

" Baba pamit duluan ya, ada pengajian nanti baba di minta untuk mengisinya. kamu sehat-sehat nak menurut sama suami". arsi mengangguk ia mencium tangan baba yang akan pulang.

" mas Faras mba Zahra kita juga pamit, nanti Bilal dinas sore hari ". ucap Bilal.

" iya bilal kalian hati-hati ". ucap zahra. Faras tersenyum ia mendekat melihat keduanya pergi dari rumah mereka.

Faras jadi ingat dengan Najwa, atas permintaan Najwa ia yang menikahi Zahra. Faras tak ingin hal yang menimpanya dulu terulang kembali dengan orang lain.

" mikirin apa mas." tanya Zahra.

" mikirin kamu sayang, kapan bisa hamil lagi". Zahra tertawa.

" hafidza masih merah mas, apa ngga kasihan ". Faras merangkul bahu Zahra yang sedang menggendong Shafiya.

" Zahra tau mas pasti sedang memikirkan mba Najwa, melihat arsi yang sudah menikah belum juga punya anak".

" mas ngga mau kejadian lampau terulang pada mereka, tak semua wanita seperti istri-istri ku yang hebat ini". Zahra tersenyum ia tau Faras tak ingin menyakiti hatinya tapi Zahra tak pernah sakit hati jika Faras membicarakan Najwa. baginya Najwa berjasa dalam kehidupannya ia menciptakan kebahagiaan untuk dirinya dan anaknya.

__

bersambung

Terpopuler

Comments

Herry Murniasih

Herry Murniasih

Semoga keluarga mereka selalu di kebahagian, ada anak2 yang sholeh dan sholeha,

2023-03-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!