MY LOVELY, SAHARA
Di sebuah rumah di pusat Kota Semarang, seorang pemuda sedang menunggu Mamanya bersiap. Hari ini, mereka akan mengunjungi salah satu panti di daerah Ambarawa.
Bayu Cakrawala, pemuda delapan belas tahun itu tak sabar menunggu Kinanti bersiap.
"Ma, jadi kita ke pantinya kan?"
"Iya Sayang, hari ini Sahara ulang tahun jadi Mama mengajakmu kesana."
"Maksud Mama? Astaga aku hampir lupa." Cakra menepuk jidatnya pelan, sampai lupa jikalau hari ini gadis kesayangannya berulang tahun ke tujuh belas. Mereka hanya terpaut usia satu tahun.
Bintang Sahara, gadis kesayangan Cakra di panti asuhan Kasih Ibu daerah Ambarawa. Sejak kecil, Cakra sering ikut mamanya mengunjungi panti asuhan itu. Makhlum saja, Kinanti adalah salah satu donatur terbesar disana.
Seringnya berkunjung membuat Cakra dan Sahara sangat dekat bahkan diam-diam Cakra memendam perasaan pada gadis itu. Perasaan yang Cakra sendiri tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.
"Jo, nanti kalau Bapak pulang bilang saja saya dan Cakra ke panti ya?" pesan Kinanti.
Jordan mengangguk, "Nggeh, Bu!"
"Papa semalam nggak pulang lagi ya, Ma?" tanya Cakra.
Kinanti hanya menggeleng sambil tersenyum, meskipun dalam hatinya ia menyimpan banyak tangis kesedihan.
Kinanti tak ingin sang anak tahu keburukan Papanya di luar sana, biarlah ia menahan sakit seorang diri asalkan Cakra hidup didampingi oleh orang tua yang lengkap.
"Ma, boleh mampir toko sebentar? Aku nggak ada kado buat Sahara!" gumamnya.
"Boleh," ujar Kinanti. Ia pun menepikan mobilnya di salah satu gerai yang menjual aneka aksesoris dan boneka.
"Disini gimana? Biasanya gadis seusia Sahara suka sekali dengan boneka." Kinanti mengutarakan pendapatnya.
"Aku lihat-lihat dulu ya, Ma!" Cakra turun bersama Kinanti. Mereka memasuki gerai asesoris pinggir jalan.
Cakra berkeliling sementara Kinanti mencari-cari sesuatu, Ibu satu anak itu juga ingin memberikan hadiah kecil untuk Sahara.
***
Kasih Ibu, Ambarawa.
"Sahara, hari ini Bu Kinanti dan Mas Cakra akan datang! Ibu bisa minta tolong, belikan beberapa camilan untuk sambutan?"
"Bisa, Bu! Kalau gitu Sahara pergi sekarang aja ya? takut nggak keburu. Nanti Bu Kinan malah datang duluan," ujar Sahara.
Ibu Panti menggangguk sambil tersenyum. Entah kenapa, matanya memanas menahan tangis melihat Sahara sudah tumbuh menjadi gadis remaja, bahkan usianya genap tujuh belas hari ini.
"Sahara, maafkan Ibu, Nak!" gumam Ibu panti merasa bersalah karena menyembunyikan identitas orang tua Sahara hingga detik ini.
Flashback on,
Tujuh belas tahun yang lalu, tepat di tanggal ini. Sahabat wanita Arimbi menitipkan Sahara padanya.
"Ar, aku titip anakku! Suamiku gila, kamu tau aku bahkan hampir dibunuhnya. Sekarang, satu-satunya cara agar aku lepas darinya adalah menitipkannya padamu. Aku tak ingin Sagara membunuh anakku, Ar!"
"Tapi kenapa? Bukankah kalian saling mencintai?" tanya Arimbi.
Kinara menggeleng, "hubungan kami terjalin karena perjodohan. Aku memergokinya selingkuh disaat aku mengandung, Sagara selalu memaksaku minum pil penunda kehamilan. Dan sekarang, aku gak kuat lagi, aku titip putriku. Berjanjilah tidak akan memberitahu Sagara sampai kapanpun!" Kinara merasakan sesak di dadanya. Orang tua satu-satunya, Papa meninggal setelah Kinara menikah dan sekarang? Sagara bahkan tak menganggap Kinara sebagai istri layaknya pasangan lain.
"Tapi,---"
Kinara tak kuat menahan sakit pasca operasi, ia seperti memiliki firasat akan pergi jadi menitipkan bayinya pada Arimbi. Berusaha meraih gelas di sisi ranjangnya untuk minum.
"Kinara kamu belum boleh minum," seru Arimbi panik. Pasalnya, Kinara baru dipindahkan ke ruang rawat setelah setengah jam yang lalu obat biusnya habis.
"Aku haus, Ar! Jaga anakku ya! Sahara nama anakku, beri nama dia Bintang Sahara," pinta Kinara meredup.
Arimbi mengangguk, ia tak kuasa menahan tangisnya. Terlebih saat mata Kinara berangsur memejam. Firasat Arimbi tak baik, Kinara akan pergi meninggalkan bayi mungil itu dan dirinya.
Flashback off.
"Andai kamu tahu, Papamu masih hidup apakah kamu akan mencarinya dan menyalahkan Ibu karena memisahkan kalian? Atau kamu tak akan mau bertemu Papamu lagi?" gumam Arimbi.
Lamunannya buyar saat Nana dan Wahyu menghampiri. "Kue ulang tahun buat Kak Sahara udah siap, Bu!"
"Makasih ya kalian, udah bantu Ibu bikin surprize kecil-lecilan untuk kakak!" Arimbi tersenyum menatap anak-anak pantinya. Dimana yang paling besar setelah Sahara adalah Wahyu kemudian Nana. Mereka bertiga masih duduk di bangku SMA. Setelah pulang sekolah membantu Arimbi berkebun dan menjual hasilnya ke pasar-pasar tradisional. Arimbi adalah seorang janda tanpa anak, suaminya meninggal karena Lambung akut dan sejak saat itu ia memilih menjadikan rumahnya sebagai rumah ladang pahala, menampung anak-anak yatim piatu.
Dengan dibantu Wahyu dan Nana serta anak-anak panti lainnya. Arimbi menghias ruang tengah untuk Sahara. Sudah jadi agenda kecil-kecilan bagi Arimbi merayakan ulang tahun anak-anak asuhnya. Menurut Arimbi, merayakan ulang tahun akan membuat seseorang merasa dirinya berharga telah lahir ke dunia ini bagaimanapun nasibnya.
Sahara pulang beriringan dengan mobil hitam legam memasuki pekarangan panti.
Sejenak, Cakra tertegun melihat gadis itu mengusap keringat setelah memarkirkan motor maticnya. Sahara menenteng dua kantong keresek entah isinya apa? yang jelas mau bagaimanapun kondisi Sahara, bahkan jika berlumuran tanah setelah berkebun, gadis itu tetaplah cantik dimana Cakra.
"Assalamu'alaikum," ucap Kinanti dan Cakra setelah turun mobil lalu memasuki emperan panti.
"Waalaikumsalam warrohmatullohi wabarrokatuh, Bu Kinan, Mas Cakra," jawab Arimbi, Sahara dan yang lain bersamaan.
Sejenak Cakra dan Sahara saling tatap lama, sebelum akhirnya memutus pandangan itu dengan mempersilahkan Kinanti dan Cakra masuk ke dalam. Sahara tertegun, ia tak menyangka akan mendapat surprize dari Ibu panti dan adik-adiknya.
"Ibu..." Bukan senang, Sahara malah menghambur dalam pelukan Arimbi dan menangis terisak.
"Selamat ulang tahun Sayang, semoga kamu selalu bahagia!" Arimbi memeluk Sahara disusul adik-adiknya. Pemandangan hangat itu tak lepas dari mata Kinanti. Saking terharunya, ia sampai menitikkan air mata.
"Bu Kinan gak ada yang meluk nih," seloroh Kinanti. Sahara mengusap air matanya lantas berbalik memeluk Kinanti.
"Ehm, Sahara aku juga gak dipeluk?" Cakra berdehem sambil melirik Sahara yang memeluk Mamanya sangat erat.
"Apaan, enggak ah!" pipi Sahara memerah.
Cakra hanya terkekeh melihat ekspresi Sahara yang menggemaskan, apalagi pipi cubby itu akan menggembung jika sedang mode cemberut.
Namun, jika Sahara tersenyum. Lesung di kedua pipinya semakin menambah kadar manis gadis itu.
Sahara memotong kue tart setelah meniup lilin dan merapalkan doa, keinginan sederhananya tahun ini adalah membuat Arimbi dan adik-adiknya bahagia. Itu saja, sesederhana itu.
"Buat kamu sayang, pokoknya doa Ibu yang terbaik buat kamu!" Kinanti menyodorkan paperbag ke pangkuan Sahara.
"Astaga, kado dari Cakra lupa, Ma!" Cakra menepuk jidatnya lantas berdiri.
"Sahara temenin ambil yuk," ajak Cakra.
"Eh!" Sahara mengangguk, lalu mengekori Cakra keluar rumah.
"Kok kesini?" tanya Sahara, saat Cakra justru mengajaknya ke arah taman samping rumah.
"Hm." Cakra berdehem, ia tersenyum tipis tanpa melihat Sahara dan tetap berjalan lurus ke arah gasebo.
"Cakra!" teriak Sahara.
Saat itulah Cakra menoleh dan tertawa.
"Ishhh, rese!" Sahara melipat bibirnya dan bersedekap.
Cakra merogoh sesuatu di sakunya, kotak kado kecil berisi kalung yang ia beli di toko asesoris tadi.
"Happy birthday Sahara, semoga..." Cakra tak melanjutkan kalimatnya.
Sahara menunggu kalimat lanjutan dari bibir Cakra, tapi memang dasar laki-laki itu suka sekali mengusilinya bahkan di momen haru biru malah menjadi momen terbengek.
"Aamiin," seru Cakra lalu menyodorkan kado ke tangan Sahara.
"Apa ini? Kebiasaan kalau doa aku nggak tau isi doamu!" Sahara membuka kado dari Cakra dan kembali dibuat tertegun oleh isinya. Kalung berbandul hati yang sangat cantik.
"Cantik sekali," gumam Sahara dengan mata berbinar.
"Sama kaya kamu," batin Cakra. Sayang sekali bibirnya justru terkunci rapat tak mampu mengatakan pujian sederhana itu. Cakra bukan penggombal sejati yang akan dengan mudah mengeluarkan kalimat manis untuk gadis yang disukainya, Cakra lebih cenderung memendam semuanya seorang diri.
"Makasih," seru Sahara teramat senang.
"Mau aku pakaikan?" tawar Cakra, Sahara langsung mengangguk.
"Cantik sekali," gumam Sahara tak henti-hentinya.
Cakra tersenyum, ia bisa saja bilang pada Sahara bahwa si pemakai kalung itu jauh lebih cantik.
***
Hallo bestie, selamat datang di karya baruku yang ke--- entah!
Tapi doaku, semoga kalian menyukai karyaku kecil ini dan menjadi salah satu pengisi rak favorit kalian.
Salam hangat dariku dan anak baruku hehehe.
Yuk kenalan sama Mas Bayu Cakrawala dan Dek Bintang Sahara. Kisah manis sederhana berbumbu balado. Jangan lupa beri jejak termanis kalian💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Han
Cakra nyari kesempatan aja 😂
2023-04-22
1
☠ᵏᵋᶜᶟ 𝕸y💞Sarinande⒋ⷨ͢⚤👻ᴸᴷ
hadir aq Thor... Bintang Sahara nama yg cantik
2023-04-18
0
🍭ͪ ͩ👙A⃠isyahᵇᶦᵏᶦⁿᶦ❣️
aku mampir KK😘😘😘
2023-04-12
0