4. Permintaan Maaf

Fani yang duduk dikursi halte bus pun berdiri, karena melihat mobil temannya datang, dia melangkah ke arahnya hendak menyambut Nindy yang sudah turun dari mobil, tapi baru saja selangkah, tiba tiba berhenti, dia terkejut melihat satu orang lagi turun dari mobil

Fani membelalakan matanya hampir tak percaya dengan kedatangan seseorang tersebut, karena memang dia mengenalinya, seseorang yang begitu dia sayangi sebagai teman bahkan lebih dari teman, tapi itu dulu, entah sekarang sepertinya hanya rasa benci yang dia rasakan

"Hai Fan, gimana kabarmu, sudah lama kita tidak ketemu" sapa Nindy mendekat dan langsung memeluknya

Tapi satu orang lagi dibelakang Nindy malah diam saja menantap mereka berdua

"Ohh haii, aku baik baik saja kok" jawab Fani tersenyum dan membalas pelukan Nindy tapi matanya tertuju pada seseorang yang ada dibelakang Nindy

"Kemana saja selama ini, kangen tauuu" ucap Nindy sambil melepas pelukannya

"Gak kemana mana Nin, kamu saja yang pergi entah kemana, kasih kabarpun tidak" jawab Fani tersenyum bahagia bisa ketemu lagi

"Upss sorry aku lumayan sibuk akhir akhir ini"

"Sibuk apaan sih?"

"Biasalaahh bantu nyokap kelola bisnis"

"Wahh yang kamu bilang dulu mau buka usaha kuliner bukan?"

"Yupss,,, betul" jawab Nindy sambil mengacungkan kedua jempol tangannya

"Kapan kapan aku boleh kesana?"

"Tentunya dong" jawab Nindy "aku dengar kamu sudah nikah ya, kok gak undang aku sihh, nangis nihhh" ucapnya kemudian sambil mengucek matanya seolah menangis

"Maaf, nikahannya memang dadakan, jadi hanya undang keluarga dekat saja"

"Ehh kok bisa?"

"Nanti aku ceritain deh" jawab Fani, tapi tatapannya terus ke belakang Nindy

Nindy lupa ada siapa dibelakangnya, diapun baru sadar setelah melihat wajah Fani yang seketika matanya terlihat sendu seolah teringat dengan seseorang

"Oh iya sampai lupa" ucap Nindy menutup mulut dengan kedua telapak tangannya

"Maaf, tadi aku lihat kinan dijalan, dia sendirian, jadi aku berhenti, dan dia seperti tengah menangis, jadi aku ajak saja masuk ke mobil, kasihan" ujar Nindy

Ya mereka bertiga dulunya teman dekat, tapi Kinan malah menusuknya dari belakang, pacaran dengan Dio diam diam, padahal statusnya masih dengan Fani, tak ada satupun yang tau diantara mereka berdua

Sehingga kabar itu lama kelamaan menyebar, lalu hubungan pertemanan mereka merenggang, hanya Nindy yang Fani anggap sebagai teman, bahkan bisa dibilang sahabat

"Ohh pantas saja dari tadi kulihat matanya merah sembab" ucap Fani dalam hatinya

"Fan,,, it's okayy" ucap Nindy melihat Fani malah bengong

"Ehh,,, iya"

"Aku tau kamu masih marah sama kinan, aku paham perasaan kamu, ditikung teman sendiri lebih menyakitkan" jawab Nindy sambil menoleh ke sisi kirinya, dia juga geram dengan kelakuan Kinan, tapi mau gimana lagi, semua sudah terjadi

Lalu tangan Fani ditarik Nindy untuk mendekat kearah kinan

"Ayo,,," ajak Nindy

Mereka bertiga pun berhadapan, tapi hanya saling diam, Kinan langsung menunduk sejak mereka berdua berjalan kearahnya

"Fan,,, aku minta maaf" ucap Kinan akhirnya, tak berani mengangkat wajahnya

Yang dimintai maaf, justru memalingkan wajahnya sambil menyeka sudut matanya

"Aku minta maaf, atas apa yang kulakukan selama ini, sungguh aku menyesal" ucapnya lagi

Nindy pun mengusap bahunya, menguatkannya dan memeluknya

"Aku sangat mengerti perasaan kamu, tapi kamu harus ingat, kamu sudah punya suami yang harus kamu jaga juga perasaannya, apalagi suami kamu memang baik, semua sudah terjadi, meski sulit memaafkan, tapi berusahalah" ucap Nindy pelan lalu melepas pelukannya

Ya Nindy benar, Rayyan memang baik

"Aku gak tau, harus gimana, memaafkan rasanya masih sakit hati ini, tapi tidak pun terasa seolah punya musuh, dan aku tidak mau punya musuh" jawab Fani

"Beri aku waktu" ucap Fani kemudian

"Terimakasih, Fan,,, kamu memang teman baik" balas Kinan

Tak ada jawaban dari mulut Fani, hanya diam

"Yasudah, antar aku ke mall yuk, tadinya aku memang mau ajak kamu Fan, bantu aku memilih hadiah apa yang cocok untuk Mamah, sebentar lagi ulang tahun" ucap Nindy tersenyum

"Wahh tante Shera ulang tahun?" Tanya Fani

"Iya, seminggu lagi, tapi tidak mau dirayakan, katanya malu sudah tua" kekeh Nindy

"Aku juga kalau gitu mau beli buat tante Shera" jawab Fani

"Yaudah ayo, gak apa apa kan kalau Kinan ikut, ayo Kin" ajak Nindy

Mereka bertiga pun masuk mobil, Fani duduk disamping Nindy, lalu Kinan dibelakang mereka

Sebenarnya Fani tidak mau kalau Kinan ikut, dia hanya menghargai Nindy yang berusaha untuk mendekatkan mereka kembali

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, lalu Fani mengambil handphone didalam tas, dia lupa kasih kabar pada suaminya

Benar saja, disana terpampang sepuluh panggilan tak terjawab

"Waduhh" ucap Fani

"Ada apa?" Tanya Nindy

"Nggak" kekeh Fani menoleh

"Suami ya, lupa kasih kabar ke dia? Yasudah sana telepon, kasihan nungguin" ucap Nindy

"Perhatian amat" jawab Fani menatapnya

"Hah??" Ucap Nindy sambil menggaruk kepala nya yang tak gatal, heran dengan ucapan Fani barusan

"Hallo, waalaikumsalam, mas" jawab Fani di seberang telepon menjawab salam sang suami

"Kamu dimana? Di telepon dari tadi kenapa tidak diangkat? Tanya Rayyan

"Aku baru saja jalan, tadi sempat ngobrol dulu"

"Ohh,,, sama siapa saja? Nindy doang kan?"

"Mmm,,,, ituu,,,,,"

"Fani,,, jujur" tekan Rayyan

"Iiiya mas, sama Kinan juga"

"Kinan? Sudah baikkan?" Tanya Rayyan, karena dia juga tau siapa Kinan

"Ihh kenapa sih selalu banyak tanya, sudah dulu ya, sudah mau sampai nih" jawab Fani

berbohong, dan terkesan buru buru, padahal masih beberapa menit lagi

"Kamu hutang cerita padaku" jawab Rayyan

"Iya iyaaa bawel, assalaamu'alaikum" tutup Fani setelah Rayyan pun menjawab salam nya

"Kok gitu sih sama suami, dibilang bawel segala" tanya Nindy

"Dia mah emang gitu" ucap Fani agak kesal dengan tingkah suaminya

"Kayaknya suamimu posesif ya, tapi aku malah suka cowok posesif, rasanya sangat dicintai gitu" kekeh Nindy

"Aduuhh kamu ini, terasa diawasin terus malah, merasa gak bebas, kayak diikutin cctv" keluh Fani

"Aku malah penasaran sama suami kamu, siapa sih, aku kenal tidak? Tapi dari sekian cowok yang aku kenal, aku belum menemukan cowok seposesif gitu" jawab Nindy

"Yaa kalau pun nemu, udah kamu sikat kan?" ucap Fani menoleh

"Iya sih, tapi tergantung, orangnya goodloking tidak, apalagi good rekening" kekeh Nindy

"Kamu ini" balas Fani sambil menjitak kepalanya

"Ohh ya iya dong, cinta tanpa  goodrekening mana kenyang, makan tuh cinta" canda Nindy membuat keduanya tertawa

Tapi yang dibelakang hanya diam saja, menyimak obrolan mereka, sesekali tersenyum kecut, seolah iri dengan kehidupan Fani yang selalu terlihat mulus

Tak terasa mobil pun sudah memasuki area parkir, berhenti, lalu mereka turun dan memasuki mall, jalan bertiga dengan posisi Nindy berada ditengahnya

Ada rasa penasaran dihati Fani, kenapa Kinan menangis dijalanan, tapi dia tidak mau menanyakannya, tak mau peduli, tapi hatinya tetap bertanya tanya

Kemudian mereka memilih barang untuk dijadikan hadiah

"Nin, itu menurutku bagus" Fani menunjuk ke deretan tas mewah

"Mamah tidak akan mau dibelikan barang barang mewah, apalagi itu tas, katanya sayang uangnya, sudah susah susah nabung" jawab Nindy

Mamahnya Nindy memang punya jiwa sederhana, meski mampu, tapi dia masih mikir, mending dibelikan untuk hal yang bermanfaat

"Terus apaan dong? Apa,,, kalung berlian saja, pasti tante Shera mau, kan bermanfaat juga dikemudian hari, jikalau ada masalah keuangan atau apa gitu, yaa semoga saja tidak ada" ucap Fani

"Itu ide bagus, kamu memang paling bisa, ayo,," ajak Nindy

Mereka pun memilih, dan dapat, satu set kotak merah berisi kalung berlian dengan cincin didalamnya, tentunya sangat bagus dan dengan harga sedikit menguras kantong

Baginya tak apa mengeluarkan uang yang tak sedikit yang Nindy kumpulkan dari sisa uang jajan, karena dia belum bekerja, toh itu juga buat sang mamah tercinta

Kemudian mereka berjalan ke tempat pakaian, mata Fani tertuju pada gamis berwarna navy dengan set kerudung berwarna senada

Fani pun akhirnya membeli satu set gamis, tentunya dengan uang yang dikasih Rayyan, toh tak apa kan, kalau uangnya dipakai bukan untuk dirinya, terlebih bukan untuk hal tidak penting bukan? Karena memang tante Shera sangat baik orangnya

"Makasih Fan" ucap Nindy sambil memeluk Fani

"Ahh ini gak seberapa Nin, aku beli ini karena memang aku pernah lihat tante Shera ngoleksi pakaian gamis, pas waktu itu aku main kerumahmu" jawab Fani

"Ini sangat bagus kok, pasti mamah suka, emm,,, abis ini kita kemana?" Tanya Nindy

Tapi Kinan yang berada di belakang merasa kesal sendiri, seolah hanya mereka berdua yang ada disana

"Gak ngehargai banget sih, aku tuh juga terpaksa kali ngikutin kalian, kalau tau gini mah mending gak usah ikut" ucap Kinan dalam hati dengan kesal karena dicuekin dari tadi

"Gimana kalau kita makan, aku laper bangeett" jawab Fani

"Okeyy ini juga waktunya kita makan siang, aku juga lapar" ucap Nindy kemudian menoleh ke belakang

"Kinan, ikut kan?" Tanya Nindy pada Kinan

Kinan tersentak dengan ajakan Nindy

"Kamu kenapa dari tadi malah bengong?" Tanya Nindy

"Ehh nggak, aku gak ikut ya, maaf aku lupa ada urusan" jawab Kinan berbohong, padahal dia hanya tidak mau dicuekin lagi kalau ikut

"Beneran gak ikut? Yaudah aku antar kamu ya sambil mencari tempat makanan" ucap Nindy

"Gak usah Nin, makasih, aku duluan ya" jawab Kinan yang langsung pergi meninggalkan mereka berdua

"Dia kenapa sih?" Tanya Fani

Nindy hanya mengangkat kedua bahunya, karena dia juga tidak tau, mereka tidak sadar telah nyuekin Kinan

"Jadi gak nih, makan, katanya laper" tanya Nindy

"Jadi lah, yukk" jawab Fani

Tapi Kinan yang terus berjalanpun tiba tiba berhenti lalu membalikkan badannya

"Kita lihat saja nanti" gumamnya tersenyum dengan sorot mata penuh kebencian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!