"Aku,,,,, yaa kamu benar mas, aku seharusnya mau berubah, seharusnya aku berusaha, dan semalam aku terbangun disaat kamu tertidur pulas, lalu aku melihat handphone karena menyala, temanku Nindy mengirim pesan mengajak aku untuk menemani dia pergi ke suatu tempat" jelasnya panjang lebar
"Kamu bersedia menemaninya?" Tanya Rayyan
Fani mengangguk lemah
"Dan kamu tidak minta ijin dulu padaku?" Katanya lagi
Fani diam saja, dia merasa bersalah karena memang langsung mengiyakan permintaan Nindy temannya, sejauh ini dia sendiri sebenarnya mau berubah tapi entah kenapa seolah bayang bayang sang mantan selalu hadir di kepalanya
"Kemana?"
"Cuma ke mall mungkin" jawab Fani
"Mungkin?? Memangnya tidak dikasih tau mau kemana, kamu seperti menyembunyikan sesuatu dariku"
"Itu kan tadi sudah dikasih tau mau ke mall, Mas nggak percaya sama aku gitu?" Tanya Fani menoleh lalu menatap Rayyan
"Bukan begitu, kamu tau sendiri siapa Nindy, dia teman dekat Dio mantan kamu itu" jawab Rayyan, dia sedikit tau tentang Dio, karena dia mencari tau pada teman temannya
"Jadi kamu pikir aku akan ketemuan dengan dia begitu? Dengan alasan pergi bersama temanku?" Ucapnya kesal
"Kenapa kamu jadi kesal? padahal aku ngomong baik baik lho" ucap Rayyan
"Maaf,,, kamu sendiri yang mancing seperti tidak percaya padaku, aku semalam berpikir aku memang sudah keterlaluan sama kamu, menolak melayani dan masih memikirkan dia, aku pikir aku akan berusaha dengan menerima tawaran Nindy untuk pergi hanya sekedar menemani dia ke mall, gak lebih, dan aku berkata jujur mas" ucapnya dengan sedikit meninggi
Fani sebenarnya orang baik, tapi karena cinta membuat dia seperti bukan dirinya, padahal hanya belum menerima kenyataan bahwa telah diselingkuhi terlebih selingkuhan Dio sesama teman sendiri, dan itu sangat menyakitkan, tapi dia sekarang ingin memenuhi keinginan suaminya dan juga kedua orangtuanya untuk bisa melupakan Dio
"Aku tidak ijinkan" tekan Rayyan
"Tapi mas?" Jawab Fani menoleh dan sedikit terkejut dengan jawaban suaminya
"Kamu tidak dengar barusan?"
"Kenapa? Bukannya mas ingin aku berubah, dengan aku mau keluar rumah, tidak seperti kemarin yang selalu inginnya dirumah terus" ucap Fani
"Karena kamu seperti tengah memaksakan diri"
"Bukannya kalau mau berubah harus dipaksakan?"
"Ya benar, tapi aku inginnya dari hatimu"
"Aku gak ngerti sama jalan pikiranmu mas" ucap Fani yang langsung bangun dan hendak pergi ke kamar mandi, namun tangannya dicekal oleh tangan Rayyan
"Jangan pergi"
"Kamu itu kenapa sihh, lepasin mas" ucap Fani sambil berusaha lepas dari genggaman tangan suaminya
"Oke,,, oke, tapi aku ikut" jawab Rayyan
"Hah? Ikut? Haduuhhh, masa ikut padahal cuma nganter doang, emang dia mau dengar curhatan para cewek, cewek kan kalau curhat panjang kali lebar kali tinggi" ucap Fani dalam hati
Fani juga sebenarnya merasa tidak bebas kalau suaminya ikut, yang benar saja, pasti gerak geriknya dilihatin terus, kayak cctv saja
"Kenapa diam, aku boleh ikut kan?"
"Heran saja, ngapain ikut, emang kamu mau jadi nyamuk?"
"Maksudnya?"
"Yaa kan kalau sesama cewek suka curhat"
"Curhat apa?" Tanya Rayyan yang terus menatapnya
"Apa sajalah"
"Wahhh suka ngegibah" ucap Rayyan dengan nada meledek sambil tersenyum
"Ihhh bukan gituu" ucap Fani sambil memajukan bibirnya
"Lah terus?"
"Ya kebiasaan cewek kan emang begitu, curhat ini curhat itu, udah ah lagian mau apa kalau ikut kita"
"Yaa mau dengerin curhatan para cewek, emang suka curhat apa sih kalau cewek" jawab Rayyan sedikit tersenyum
"Laki laki memang begitu ya, dikasih tau jangan tapi malah maksa" jawab Fani
"Dan kamu suka tidak kalau dipaksa?" Tanya Rayyan menahan tawa melihat istrinya salah tingkah dengan pertanyaan dirinya, karena memang pertanyaannya mengarah ke hal yang tidak seharusnya dibahas sekarang, tapi sepertinya Fani mengerti arah pembicaraanya
"No, aku tidak suka" jawab Fani
"Memangnya mengerti apa maksudku?"
"Udah lah mas, dari tadi ngobrol terus, aku nggak mau telat" ucap Fani hendak beranjak ke kamar mandi
"Ehh,, aku belum ijinin lhoo"
"Terseraahhh" jawab Fani menoleh, lalu bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri
"Wanita itu selalu benar dan lelaki harus selalu salah" ucap Rayyan sambil mengangkat bahu
"Ya ampun aku sampai lupa menawarkan untuk sarapan, kaann jadi dingin" ucap Rayyan melihat makanannya
Fani sendiri sudah selesai dan sudah berpakaian rapi, tidak lupa dengan kerudung sudah melekat di wajahnya, make up pun sudah karena dia memakainya juga dikamar mandi, dia masih malu meski hanya untuk pakai make up di dalam kamar
Fani pun keluar dia melihat suaminya masih duduk santai diatas ranjang
Rayyan menoleh ke arahnya, dia terpaku dengan penampilan sang istri, yang mengenakan atasan tunik berwarna maroon, dipadukan dengan bawahan celana kulot berwarna senada lalu kerudung pashmina berwarna corak coklat susu, sangat pas untuknya, apalagi istrinya memakai apapun serasi di tubuhnya
Fani sadar dengan tatapan suaminya, lalu menghampirinya
"Mas, kamu kesurupan?" Tanya Fani
"Kamu ini nanya yang bener kenapa"
"Lagian tatapannya gitu amat"
"Aku lagi berpikir, betapa beruntungnya aku memiliki bidadari seindah ini, tapi sayang belum,,,,,,," ucap Rayyan menggantung
"Belum mau disentuh" jawab Fani, entah dia juga tak tau kenapa berani menjawab seperti itu
"Sekarang sudah peka ya"
"Sedikit"
"Ehh aku sampai lupa nawarin kamu sarapan, itu sudah ada diatas meja dari tadi, mungkin sudah dingin" ucap Rayyan sambil melirik pada makanan yang dia bawa
"Emang itu buat aku? Dari tadi aku sudah tau ada makanan disitu, kirain bukan buat aku"
"Kenapa nggak nanya"
"Males lah, udah kesal sendiri dengan pertanyaan ini dan itu" gerutu Fani
"Yasudah, itu mau dimakan tidak, itu ibu sendiri yang masak, bik Rumi lagi pulang kampung katanya
"Ibu sendiri yang bawa kesini? duhh tau dong kalau aku masih tidur"
"Tidak kok, itu aku yang bawa, tadinya aku juga yang mau buat sarapan untuk kamu, tapi ibu larang katanya suami nggak pantas, harusnya istrinya" jawab Rayyan dengan jujur, sengaja supaya istrinya mau berubah
"Lagian memang udah biasa kan kalau abis subuh kamu tidur lagi, orangtuamu juga sudah tau"
"Yasudah aku sarapan dulu, gak apa apa dingin dari pada gak sarapan"
Menunggu istrinya sarapan, handphone Rayyan berdering, dia beranjak mengambil handphone yang berada diatas meja rias, lalu menggeser tombol berwarna hijau, dan mengangkatnya
"Hallo, Assalaamu'alaikum" jawab Rayyan
"Memang gak bisa ditunda? Ohh yasudah, oke" tutup Rayyan tak lupa menjawab salam dari seberang telepon
Fani menoleh dan tersenyum, dia tau apa yang dibicarakan suaminya, pasti soal kerjaan, dan itu artinya suaminya gak bisa ikut
"Ada apa?" Tanya Fani
"Maaf, aku gak bisa ikut, ada urusan kerjaan, tapi kalau udah sampai, jangan lupa hubungi aku, dan jangan pulang ke sore an, apalagi malam" titah Rayyan
Lagian juga tadinya Rayyan mau ngajak Fani untuk sekedar jalan jalan, tapi mungkin meski Fani tak pergi pun dia akan membatalkan niatnya juga, karena sebuah pekerjaan yang tidak mungkin di tinggalkan sekarang
"Yess" gumamnya
"Apa tadi?" Tanya Rayyan karena sedikit mendengar yang dikatakan istrinya
"Ehh enggak, yaudah aku di ijinin kan?"
"Iya, dengan persyaratan tadi"
"Baiklah" jawab Fani yang sudah selesai sarapan, lalu siap siap untuk pergi
Rayyan sudah siap pergi setelah sebelumnya sudah membersihkan diri
Merekapun keluar dari kamar bersamaan menuju lantai satu, ya rumah Fani hanya berlantai dua, dua kamar dibawah, dan dua kamar diatas, rumahnya terletak disebuah komplek perumahan yang cukup sederhana tapi elegan, cat warna putih perpaduan cokelat, sedikit terlihat mewah dipandang, para tetangga pun disana suka bermain dan berkumpul didepan gerbang rumah mereka
"Kalian mau kemana?" Tanya Lusi, sedangkan suaminya sudah berangkat kerja, dia bekerja di sebuah pabrik ternama dijakarta, lumayan jauh dari rumahnya
"Kita mau pergi bu, aku ada urusan kerjaan, dan Fani ada janji dengan temannya" jawab Rayyan dengan sopan
"Sejak kapan kamu mau keluar rumah Fan, kok tiba tiba banget, ibu jadi curiga" tanya Lusi dengan menatap kedua mata anaknya
"Ibu sama saja ya sama mas Rayyan, bawaanya curiga mulu"
"Ya lagian heran saja, gak ada angin gak ada ujan"
"Menantu sama mertua sama saja" jawabnya dengan nada sedikit kesal, sambil melipat kedua tangannya didada
"Iya ibu percaya, tapi udah sarapan kan? Besok mah harusnya kamu yang bikinin sarapan untuk suamimu, masa harus ibu ngingetin terus" titah Lusi
"Iya ibuu,,, kita permisi dulu, assalaamu'alaikum" ucap Fani lalu keduanya mencium tangan Lusi kemudian berjalan membuka pintu keluar lalu keduanya menaiki mobil, karena gerbang pun sudah dibuka sebelumnya
Para tetangga yang bermain disana kaget melihat Fani didalam mobil karena kaca mobilnya tidak dia tutup
Mereka tak menyangka Fani mau keluar rumah lagi setelah sekian lama tidak terlihat, merekapun menyapa sambil melambaikan tangan
Lalu mobil pun melesat lebih jauh, dengan kecepatan sedang
"Turun dimana?" Tanya Rayyan didalam mobil yang sudah melaju cukup jauh
"Di halte bus dekat sini"
"Oke, tapi naik apa ke mall nya?"
"Nindy bilang sih pakai mobil dia"
Mereka akhirnya berhenti karena sudah sampai dihalte bus, Rayyan turun dan langsung membukakan pintu untuk Fani
"Aku pergi dulu, jangan lupa telepon" ucap Rayyan sambil memainkan jari disisi telinganya mengisyaratkan telepon
"Iya"
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam" jawab Fani
"Huhhh capek lama lama sama dia, nyerocoooss terus" ucap Fani kesal yang melihat suaminya sudah menaiki mobil
Tak lama, temannya datang, tapi dia membawa seseorang didalam mobilnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments