Nyssa menarik nafas dalam saat ia membayangkan perubahan total pada kehidupannya mendatang. Ia harus bersikap layaknya pemilik tubuh, bukan lagi sebagai ibu rumah tangga dengan dua anak. Ia juga harus rela menjalani pernikahan pemilik tubuh.
Apa hukumnya, haram, halal, sunnah, makruh? Tiada daya upaya, hanya Allah yang Maha Kuat.
Bisa saja Nyssa memilih kabur, tapi kemana? Ia tidak mengetahui letak geografis tempat ini. Ingatan pemilik tubuh hanya sekitar kota tempat tinggalnya. Jika kabur dan bersembunyi, kemungkinan besar akan cepat ditemukan. Akhirnya, Nyssa berada di keputusan akhir, yaitu memutuskan untuk menjalani takdir yang telah diberikan Allah. Dengan harapan ia dapat merubah kesedihan pemilik tubuh dengan kehidupan yang bahagia. Dosa atau tidak, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Pemberi Pengampunan.
Ia pun memutuskan untuk mandi dan berganti pakaian, untungnya pemilik tubuh gadis yang sederhana jadi pakaian yang dimilikinya pun tergolong tertutup. Setelah mengenakan atasan sweater dan celana kulot, ia mencari syal yang dapat dikenakan sebagai hijab. Sepertinya ia harus berbelanja hijab dan mukena. Karena pemilik tubuh tak memiliki keyakinan, ini juga merupakan cobaan baginya untuk tetap menjaga marwahnya sebagai muslim dilingkungan yang berbeda keyakinan.
Ia memulai kegiatan yang biasa dilakukan pemilik tubuh, yaitu menyiapkan makanan sebelum berangkat kuliah. Karena hanya ada satu ART yang bertugas khusus untuk membersihkan rumah, dan terkadang membantu pemilik tubuh jika tidak diperhatikan orang rumah. Berhubung ia telah mengalami kehidupan seorang ibu rumah tangga, menyiapkan makanan bukanlah masalah. Menurut ingatan pemilik tubuh makanan yang disiapkan pun tak berbeda jauh dengan yang biasa ia masak. Setelah satu jam berkutat di dapur, beberapa hidangan telah siap. Dibantu ART, ia menghidangkan makanan dimeja makan.
"Mba Nyssa tidak apa-apa kan?" tanya ART yang bernama Ratih dengan pandangan tak dapat dijelaskan. Mungkin terkejut dengan penampilan Nyssa yang mengenakan syal sebagai hijab.
"Tidak apa-apa bi, aneh ya?" ia tahu, pasti perubahan penampilannya akan membuat orang-orang heran.
"Tidak mba, semakin cantik malahan." sambil menampilkan dua jempolnya. Ratih juga seorang muslim, namun tidak mengenakan hijab.
"Do'akan yaa bi, semoga istiqomah." hanya ini yang dapat ia ucapkan agar Ratih tak curiga bahwa sebenarnya ia bukan pemilik asli tubuh ini.
"Aamiin.. Semoga Allah selalu meridhoi mba Nyssa."
Tak lama ayah dan ibu tirinya turun dan duduk untuk memulai sarapan. Tak ada komentar dari kedua orangtuanya, ia merasa nyeri dihatinya mungkin perasaan pemilik tubuh masih tersisa. Karena sekarang ia yang memegang kendali, maka ia akan bersikap acuh terhadap perlakuan kedua orang tua yang ada didepannya.
Tak ingin bergabung sarapan, ia memutuskan untuk masuk ke kamar bersiap untuk berangkat kuliah. Langkahnya terhenti sebelum meninggalkan rumah, saat ibu tirinya menyuruhnya pergi ke rumah sakit setelah pulang kuliah untuk menjenguk calon suaminya. Nyssa hanya menjawab sekedarnya dan berjalan menuju garasi menaiki motor matic hadiah ulang tahun pemilik tubuh dari ayahnya saat masuk universitas.
Pemilik tubuh tak memiliki teman, sehingga memudahkan Nyssa dalam menjalani kegiatan di kampus. Hanya satu orang yang sedari tadi memperhatikan perubahannya, yaitu senior yang tertarik dengan pemilik tubuh. Namun dari ingatan pemilik tubuh, tidak ada perasaan spesial terhadap senior tersebut. Jadi untuk apa ia repot-repot menjelaskan, anggap saja tidak kenal.
Selesai mengikuti mata kuliah, ia menyempatkan ke kantin untuk membeli sandwich dan air mineral yang kemudian ia makan dibangku dekat parkiran. Ada perasaan hampa yang saat ini ia rasakan dihatinya. Ia masih merasa tak percaya dan bingung dengan apa yang dialaminya sekarang dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun segera ia tepis "Kuatkanlah aku Yaa Allah" ucapnya lirih.
Ada nada pemberitahuan di ponselnya, saat diperiksa ternyata nama rumah sakit dan nomor kamar yang dikirim oleh ibu tirinya. Karena ia sudah menata hati, maka ia akan menjalani kehidupan pemilik tubuh dengan sebaik-baiknya.
Disinilah ia sekarang, didepan kamar rawat inap VVIP tempat laki-laki yang tak ia kenal dan berstatus calon suami. Ada rasa enggan yang menggerogotinya, karena ia jiwa yang telah bersuami dan selalu menjaga marwahnya sebagai seorang istri kini menemui laki-laki lain. Juga perasaan enggan dari pemilik tubuh yang juga sama sekali tidak mengenal laki-laki tersebut, dan tidak menginginkan pernikahan ini.
"Ini Nyssa yaa?" tanya perempuan paruh baya yang datang dari belakang Nyssa.
"Iya, saya Nyssa tante." secara refleks mengulurkan tangan didepan perempuan paruh baya tersebut, yang disambut dengan senyuman. Kemudian menariknya untuk dibawa masuk kedalam dan menyuruhnya untuk duduk.
"Nyssa ternyata cantik sekali, panggil saya Mami Sita mulai dari sekarang. Karena kamu calon menantu mami."
"Iya tan,, emm Mami." perasaan enggan yang dirasakannya sekarang ini perlahan reda. Karena ia tak menyangka jika calon mertuanya seorang muslim yang juga mengenakan hijab meskipun masih dengan jambul yang terlihat.
Setelah berbincang-bincang sebentar, ia dapat memahami jika calon mertuanya Papi Agam seorang muslim. Sedangkan Mami Sita yang ada dihadapannya ini adalah seorang mualaf. Kehangatan menyelimuti perasaannya sekarang ini, mungkin pemilik tubuh merasa diterima oleh keluarga ini. Ia bisa memakluminya, karena ia juga menilai jika keluarga ini ramah, berbeda dengan ibu tiri pemilik tubuh yang meskipun baik namun tidak memikirkan perasaannya saat berhubungan dengan anaknya sendiri. Memang benar kata peribahasa, "Darah lebih kental dari air".
Dari perbincangan itu pula ia tahu, bahwa sebenarnya mami kecewa dengan keputusan ibu tirinya yang mengusulkan Nyssa sebagai pengganti. Akan tetapi setelah bertemu dengan Nyssa, Mami bersyukur telah setuju dengan usulan pengganti. Karena Mami merasa langsung akrab dengan Nyssa, berbeda dengan kesannya saat bertemu adik tiri Nyssa. Beliau juga merasa menyesal telah memintanya menandatangani surat perjanjian itu.
"Sini sayang, mami kenalin sama calon suami kamu." Nyssa mengangguk, kemudian mengikuti Mami Sita menuju brankar pasien.
"Ini calon suami kamu sayang, namanya Azmy Al Fatah."
Laki-laki kisaran umur 25 tahun, tinggi sekitar 180 cm, wajah yang tegas namun pucat, terpasang alat bantu pernafasan juga patient monitor.
"Assalamu'alaikum kak Azmy, saya Nyssa." dengan gerakan refleks menangkup kan tangannya didepan dada. Mami Sita yang melihatnya tersenyum geli.
"Ini calon istrimu sayang, lekaslah bangun sayang. Rugi kamu kalau sampai tidak melihat kecantikan calon istrimu." goda Mami Sita sambil membelai kepala anak laki-laki nya. "Kamu tidak akan menyesal dengan calon mu yang sekarang sayang, Mami jamin. " batin Mami Sita.
Setelah beberapa waktu menemani Mami Sita menjaga Azmy. Nyssa berpamitan pulang. Hatinya yang mulai nyaman, kini harus kembali keruh karena suasana rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ayano
Aduh.... guantengnya calon mantu onlineku 😍😍😍😍
2023-04-07
1
Ayano
Anak online sapa dulu dong?. Tolong calonnya yang gak kalah Soleh ya. Buat anak online ku mesti yang TERBAIK
2023-04-07
1
Ayano
Noh kan denger
2023-04-07
1