Sejak diminta Kak Eza menjadi pengisi acara Launching proyek Rumah Belajar Aksara, aku dan anggota band semakin giat berlatih. Kami semakin sering menghabiskan waktu berjam-jam di ruang musik, bahkan Zayn semakin rajin membuat melodi-melodi yang bisa digunakan sebagai opening penampilan kami.
"Mei, lo hari ini latihan lagi kan?"
Aku lekas mengangguk menanggapi pertanyaan Rhea. Tumben sekali dia menanyakan soal latihan band.
"Okey, ntar kabarin gue kalau mau latihan. Gue dapet mandat suruh pantau kalian."
Pantas saja Rhea menanyakan soal latihan band, ternyata dia sedang diberi tugas oleh Kak Eza. Kalau tidak dapat mandat seperti itu, mana mau dia menonton kami latihan Band.
"Ra, lo mau ikut nggak? Lumayan kan dapat hiburan gratis."
"Boleh deh, daripada ntar gue pulang sendiri."
"Tapi ntar lo duluan aja ya, Kara juga mau datang katanya. Gue mau ke perpustakaan dulu, mau pinjam beberapa buku."
Ah, ternyata ada Kara juga. Sepertinya latihan hari ini kami benar-benar di pantau. Semoga saja nggak ada yang aneh-aneh hari ini.
"Ya sudah, sampai ketemu nanti. Aku kelas dulu."
Kami bertiga berpisah di loby fakultas, karena Lyra harus menyebrang ke gedung sebelah yang untungnya tidak terlalu jauh. Aku masih berjalan bersama Rhea yang sedang fokus dengan sesuatu di ponselnya.
"Mei, duluan ya," ujar Rhea membelokan langkahnya menuju perpustakaan.
Sedangkan aku, masih harus menaiki satu tangga lagi untuk sampai ke kelas. Sebenarnya ada lift, tapi hari ini aku terlalu malas untuk mengantre jadi aku memilih lewat tangga.
"Mei, tugas lo udah beres? Mau lihat dong, ntar sekalian gue kumpulin di depan."
Aku lekas mengambil tugas yang dimaksud dan menyerahkannya pada teman sebelahku itu. Aku memang sudah biasa seperti ini, toh mereka tidak menjiplak tugas ku dan hanya melihat apakah milik mereka sudah sama atau belum dengan milikku.
Sebenarnya aku heran, apa yang mereka peroleh dengan melakukan hal seperti itu, toh tugasku belum tentu 100% tepat sesuai mau dosen.
"Morning everyone, how are you today?"
"Morning Miss, we are fine. How are you?"
"I'm fine too."
Iya, itu rutinitas ketika dosen masuk kelas kami. Menyapa dengan template sapaan dalam bahasa inggris. Tapi kadang kala ada juga dosen yang tidak melakukan itu.
Perkuliahan berlangsung dengan menyenangkan, karena materinya juga menyenangkan menurutku. Kami diminta untuk mereview dongeng dan rencananya pada kelas hari ini kami harus praktek speaking dengan hasil review yang sudah dibuat.
"Mei, can you tell me about your review?"
"Of course."
Aku bergegas maju kedepan dan membacakan review yang sudah aku buat dari kemarin. Sepertinya hasil yang aku tulis cukup bagus, karena Miss Dian memilih milikku.
"Thank you, Mei. Your review is very good."
"You are welcome, Miss."
Aku tersenyum puas, mendengar pujian dari Miss Dian. Kapan lagi kan aku bisa mendapatkan pujian cuma-cuma hanya karena sebuah review singkat.
Satu jam sudah berlalu dan kelas hari ini sudah selesai, tapi aku masih malas untuk keluar. Aku menelungkupkan kepala dimeja dan berniat untuk tidur sebentar. Tapi baru juga memejamkan mata, seseorang datang mengangguku.
"Katanya latihan band, malah tidur dikelas."
"Biarin sih, lagi pula Zayn juga masih ada kelas," sahutku malas, karena waktu istirahatku terganggu.
"Mending sini turun, temenin gue makan di kantin sambil nunggu Rhea kelar. Gue berasa kek orang asing masuk kelas anak Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris."
"Kan emang kamu orang asing, Kara. Lagian salah kamu sendiri, ngapain anak Arkeo nyasar sampai sini. Kejauhan," tukasku acuh tak acuh.
"Buruan Mei, lo harus latihan band abis ini."
Mau tak mau gue lekas bangun, sebelum Kara kehabisan kesabaran dan menyeretku dari sini. Dengan cepat aku membereskan beberapa barang yang belum masuk tas. Aku mengekor di belakang Kara yang sudah berjalan lebih dulu.
"Mei mana?"
Samar-samar aku mendengar suara Rhea yang menanyakan keberadaanku.
"Tuh di belakang, dia jalannya lama banget. Makanya ketinggalan jauh."
"Itu lo aja yang jalannya kayak dikejar setan. Nggak bisa santai."
Aku mengacungkan jempol setuju dengan ucapan Rhea. Karena memang Kara berjalan terlalu cepat, mungkin karena langkahnya yang terlalu lebar.
"Aga, pesenin sekalian ya. Gue sama Mei tunggu disini. Buruan."
"Kalian mau makan apa emang?" Kara menatap kami penuh tanya.
"Semain aja, biar cepat," tukasku.
Tak lama kemudian Kara kembali membawa nampan berisi pesanan kami, tiga mangkok mie ayam dan tiga gelas es jeruk.
"Makasih," ucapku dan Rhea bersamaan tak lupa tersenyum manis tentunya.
Kami menikmati makan siang dalam diam. Tidak ada yang bersuara diantara kami bertiga, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu.
"Mei, band lo mau bawain berapa lagu?"
"Em... aku kurang tahu. Tapi rencananya 3 lagu, terus nanti 1 lagu khusus dari aku sama Zayn kalau jadi."
"Lagu khusus?"
Aku lekas mengangguk, "Iya, lagu khusus yang dibikin aku sama Zayn."
"Kalian udah selesai kan? Kita ke ruang musik sekarang aja. Ini Zayn sama yang lain udah nunggu," ujar Kara sambil menunjukkan pesan yang dikirimkan Zayn padanya.
Sejak kapan Kara dan Zayn saling berhubungan seperti ini. Bukankah awal kenal mereka seperti musuh, tapi kenapa sekarang terlihat dekat.
"Lo berdua duluan aja, gue mau ke perpus dulu ambil buku yang tadi soalnya tadi nggak ada penjaga perpusnya. Ntar gue nyusul sama Lyra."
Aku segera mengajak Kara untuk bergegas menuju ruang latihan, sebelum Zayn membombardirku dengan pesan tidak penting.
Di ruang musik, ku lihat Zayn sedang bermain-main dengan stik drumnya. Awas saja kalau sampai stik itu patah dan dia merengek padaku untuk menemaninya membeli yang baru.
"Udah datang kalian?"
"Langsung latihan atau kamu mau ngobrol dulu sama Kara?" Aku bertanya pada Zayn yang sudah bersiap di belakang drum set miliknya.
"Latihan dulu aja, ngobrol ntar aja kalau udah beres latihan."
Latihan berlangsung dengan menyenangkan, aku lihat Kara juga ikut menikmati lagu-lagu yang kami bawakan.
"Yah, kita ketinggalan perform-nya Mei nih. Lo kelamaan sih, Ra."
"Ini baru latihan astaga, besok masih bisa lihat Mei beneran perform."
Aku samar-samar masih bisa mendengar perdebatan tidak penting antara Rhea dan Lyra. Sepertinya memang lebih baik hanya Kara yang memantau latihan kami, karena dia hanya diam dan mendengarkan, tidak seperti Lyra dan Rhea yang malah ribut sendiri.
"Sebenarnya gue disuruh lihat kalian latihan tuh buat apa sih? Kalian udah bagus, nggak perlu diragukan lagi."
Itu Kara yang berkomentar setelah kami beristirahat.
"Nggak tahu tuh, Kakaknya Lyra emang nggak jelas. Mana hobinya cuma nyuruh-nyuruh doang," timpal Rhea ikut berkomentar, tapi lebih tepatnya mengomentari sikap Kak Eza.
"Tapi asli sih Mei, kalian keren banget. Pasti besok pas beneran perform bakalan lebih keren sih."
Aku tersenyum mendengar pujian yang diberikan Lyra untuk kami. Aku lihat Zayn juga tersenyum lebar ketika mendengarnya.
"Abis ini kalian masih latihan?"
"Iya, gue sama Mei perlu latihan berdua juga." Zayn lebih dulu menyahuti pertanyaan yang dilontarkan Kara.
"Okey, kalau gitu gue titip Mei. Gue sama Rhea balik duluan."
"Jagain Mei, anterin pulang sampai rumah. Awas aja kalau nggak, gue aduin sepupu lo," ucap Lyra ikut berbicara.
Setelah mereka bertiga pergi, ruang latihan menjadi sepi. Kami fokus dengan kegiatan masing-masing, memanfaatkan waktu istirahat yang hanya sebentar.
"Mulai latihan lagi, ulangi semua lagu setelah itu kalian boleh pulang."
Nah kan, benar. Zayn sudah mengajak kami untuk kembali berlatih. Padahal baru lima belas menit kami beristirahat. Ambis sekali dia.
"Cuma lima belas menit doang nih?" Aku protes kepada Zayn. Ini kebiasaan baruku, hobi memprotes orang tapi hanya berlaku untuk Zayn tidak untuk orang lain.
"Iya, abis ini gue mau nagih janji lo soalnya. Biar nggak sampai malem ntar kita."
"Janji? Aku pernah janji apa ya sama Zayn? Kok tiba-tiba jadi pelupa sih aku."
...~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments